LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN SADISME
6:06:00 AM
Add Comment
GANGGUAN KEPRIBADIAN SADISME
a. Definisi Sadisme
Sadisme seksual adalah gangguan mental di mana seorang individu mencapai kepuasan seksual dengan menimbulkan rasa sakit pada orang lain. Dalam teori psikoanalitik, sadisme terkait dengan rasa takut , sedangkan penjelasan behavioris dari sadomasokisme (praktek seksual menyimpang yang menggabungkan sadisme dan masokisme) adalah bahwa unsur perasaannya secara fisiologis mirip dengan gairah seksual.
b. Faktor Penyebab
1. Kekurangan dan kemiskinan
2. Trauma
3. Dendam di masalalu
4. Perasaan putus asa
5. Perlakuan kasar orang tua
6. Kelainan jiwa
c. Ciri- ciri Pelaku Sadisme
Orang-orang sadis yang berada di tengah-tengah masyarakat amat sulit dikenali dan diketahui. Benar,mereka adalah orang-orang keras dan kejam,akan tetapi mereka memiliki penampilan yang lembut,jujur,dan baik budi.
Berikut adalah beberapa ciri-ciri yang terdapat pada pelaku sadisme berdasarkan penelitianpsikoanalis :
1. Pelaku sadisme adalah orang yang penakut. Oleh karena itu,mereka selalu menutup diri dan menjaga agar tak seorang pun mengetahui kondisi dan perbuatannya.
2. Mereka adalah orang yang pemalu dan merasa amat bersedih serta kecewa lantaran tidak bisa menjalin hubungan dengan orang lain.
3. Mereka adalah orang-orang lemah yang berusaha menyiksa orang dengan kekuatan absolut.
4. Mereka tidak memiliki perasaan manusiawi dan tidak merasa iba saat menyiksa korbannya.
5. Mereka tidak mampu menyimpan rahasia dan selalu merasa tidak aman.
d. Hakikat-hakikat Sadisme
1. Sadisme bersumber dari keinginan agar tidak seorangpun mencampuri urusannya dan semua berada di bawah kendali kekuasaannya.
2. Sadisme adalah sejenis upaya menghilangkan penderitaan dengan melakukan berbagai tindakan keji.
3. Sadisme bersumber dari keinginan membalas dendam dan perseteruan yang mengubah seseorang menjadi haus darah,sehingga terdorong melenyapkan rasa haus tersebut.
e. Contoh kasus Sadisme
Kasus penyiksaan terhadap Junko Furuta seorang gadis kebangsaan Jepang dari Saitama pada tahun 1998, dimana 4 orang laki-laki menculiknya . Furuta ditahan selama 44 hari, selama ditahan Furuta diperkosa berkali-kali, dipaksa makan kecoak, ditendang, dipukuli, digantung dan dijadikan sarana untuk berlatih tinju. Pada hari ke 44 dengan alasan kalah bermain mahyong, Furuta dijatuhi barbel besi , di tuangi cairan korek api dan akhirnya dibakar.
f. Dampak Sadisme
Sadisme memiliki dampak yang sangat krusial dan mengancam kehidupan individu maupun sosial. Lingkungan dimana pelaku sadisme berada dan keluarga sekitarnya tidak akan aman dari tindak kejahatannya dan tidak akan dapat tidur dengan tenang. Bahaya selalu mengancam kehidupan anak-anak mereka.
Seorang yang sadis, di satu sisi akan merasa benci dan berburuk sangka kepada orang lain, sehingga menyakitinya. Di sisi lain, ia berburuk sangka dan muak kepada dirinya sendiri lantaran ulah dan perilakunya yang selalu sibuk merancang rencana untuk melakukan kejahatan kepada orang lain sehingga melalaikan jalan menuju pertumbuhan dan
Seorang yang sadis, di satu sisi akan merasa benci dan berburuk sangka kepada orang lain, sehingga menyakitinya. Di sisi lain, ia berburuk sangka dan muak kepada dirinya sendiri lantaran ulah dan perilakunya yang selalu sibuk merancang rencana untuk melakukan kejahatan kepada orang lain sehingga melalaikan jalan menuju pertumbuhan dan
kesempurnaan. Buruk sangka dan kelalaian tersebut akan senantiasa bergayut sehingga membuatnya menjadi bengis dan kejam.
Selain itu, perilaku sadis juga dapat menular , dan pelaku sadisme juga akan terkucilkan serta tersingkirkan dari tengah masyarakat.
Selain itu, perilaku sadis juga dapat menular , dan pelaku sadisme juga akan terkucilkan serta tersingkirkan dari tengah masyarakat.
g. Cara Pembenahan Sadisme
Dalam membenahi dan menjauhkan anak-anak dari perbuatan sadisme, orang tua atau wali anak tersebut harus melenyapkan berbagai faktor yang dapat menumbuhkan sadisme pada sang anak, memenuhi kebutuhan anak secara wajar agar anak tidak merasa kekurangan, menghapus peraturan dan tata tertib yang terlalu berat dan mengekang mereka, menciptakan suasana kehidupan yang hangat, saling pengertian, dan harmonis, melakukan suatu usaha agar anak menjadi cenderung pada norma norma agama, akhlak, dan sosial.
Faktor yang Mempengaruhi Seksualitas
1. Pertimbangan Perkembangan
Proses perkembangan manusia mempengaruhi aspek psikososial, emosional dan biologik kehidupan yang selanjutnya akan mempengaruhi seksualitas individu Hanya aspek seksualitas yang telah dibedakan sejak fase konsepsi
2. Kebiasaan Hidup Sehat dan Kondisi Kesehatan
Tubuh, jiwa dan emosi yang sehat merupakan persyaratan utama untuk dapat mencapai kepuasan seksual. Trauma atau stress dapat mempengaruhi kemampuan individu untuk melakukan kegiatan atau fungsi kehidupan sehari-hari yang tentunya juga mempengaruhi ekspresi seksualitasnya, termasuk penyakit. Kebiasaan tidur, istirahat, gizi yang adekuat dan pandangan hidup yang positif mengkontribusi pada kehidupan seksual yang membahagiakan
3. Peran dan Hubungan
Kualitas hubungan seseorang dengan pasangan hidupnya sangat mempengaruhi kualitas hubungan seksualnya. Cinta dan rasa percaya merupakan kunci utama yang memfasilitasi rasa nyaman seseorang terhadap seksualitas dan hubungan seksualnya dengan seseorang yang dicintai dan dipercayainya. Pengalaman dalam berhubungan seksual seringkali ditentukan oleg dengan siapa individu tersebut berhubungan seksual.
4. Konsep Diri
Pandangan individu terhadap dirinya sendiri mempunyai dampak langsung terhadap seksualitas
5. Budaya, Nilai dan Keyakinan
Faktor budaya, termasuk pandangan masyarakat tentang seksualitas dapat mempengaruhi individu. Tiap budaya mempunyai norma-norma tertentu tentang identitas dan perilaku seksual. Budaya turut menentukan lama hubungan seksual, cara stimulasi seksual dan hal lain terkait dengan kegiatan seksual
6. Agama
Pandangan agama tertenmtu yang diajarkan, ternyata berpengaruh terhadap ekspresi seksualitas seseorang. Berbagai bentuk ekspresi seksual yang diluar kebiasaan, dianggap tidak wajar. Konsep tentang keperawanan dapat diartikan sebagai kesucian dan kegiatan seksual dianggap dosa, untuk agama tertentu
7. Etik
Seksualitas yang sehat menurut Taylor, Lilis & Le Mone (1997) tergantung pada terbebasnya individu dari rasa berssalah dan ansietas. Apa yang diyakini salah oleh seseorang, bisa saja wajar bagi orang lain.
Pengkajian
Berikut ini pedoman wawancara yang baik dalam mengumpulkan data yang berkaitan dengan aspek psikoseksual :
1. Menggunakan pendekatan yang jujur dan berdasarkan fakta yang menyadari bahwa klien sedang mempunyai pertanyaan atau masalah seksual
2. Mempertahankan kontak mata dan duduk dekat klien
3. Memberikan waktu yang memadai untuk membahas masalah seksual, jangan terburu-buru
4. Menggunakan pertanyaan yang terbuka, umum dan luas untuk mendapatkan informasi mengenai pengetahuan, persepsi dan dampak penyakit berkaitan dengan seksualitas
5. Jangan mendesak klien untuk membicarakan mengenai seksualitas, biarkan terbuka untuk dibicarakan pada waktu yang akan datang
6. Masalah citra diri, kegiatan hidup sehari-hari dan fungsi sebelum sakit dapat dipakai untuk mulai membahas masalah seksual\
7. Amati klien selama interaksi, dapat memberikan informasi tentang masalah ap yang dibahs, bigitu pula masalah apa yang dihindari klien
8. Minta klien untuk mengklarifikasi komunikasi verbal dan nonverbal yang belum jelas
9. Berinisiatif untuk membahas masalah seksual berarti menghargai kjlien sebagai makhluk seksual, memungkinkan timbulnya pertanyaan tentang masalah seksual.
Perlu dikaji berbagai mekanisme koping yang mungkin digunakan klien untuk mengekspresikan masalah seksualnya, antara lain :
1. Fantasi, mungkin digunakan untuk meningkatkan kepuasan sekasual
2. Denial, mungkin digunakan untuk tidak mengakui adanya konflik atau ketidakpuasan seksual
3. Rasionalisasi, mungkin digunakan untuk memperoleh pembenaran atau penerimaan tentang motif, perilaku, perasaan dan dorongan seksual
4. Menarik Diri, mungkin dilakukan untuk mengatasi perasaan lemah, perasaan ambivalensi terhadap hubungan intim yang belum terselesaikan secara tuntas
Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
1. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur dan fungsi tubuh, penganiayaan fisik (seksual), depresi.
Batasan Karakteristik :
1. Tidak adanya hasrat untuk aktivitas seksual
2. Perasaan jijik, ansietas, panik sebagai respons terhadap kontak genital
3. Tidak adanya pelumasan atau sensasi subjektif dari rangsangan seksual selama aktivitas seksual
4. Kegagalan untuk mencapai atau mempertahankan ereksi penis selama aktivitas seksual
5. Ketidakmampuan untuk mencapai orgasme atau ejakulasi
6. Ejakulasi prematur
7. Nyeri genital selama koitus
8. Kontriksi vagina yang mencegah penetrasi penis
Tujuan Jangka Panjang :
Pasien akan mendapatkan kembali aktivitas seksual pada tingkat yang memuaskan untuk dirinya dan pasangannya (dimensi waktu ditentukan oleh situasi individu)
Intervensi :
1. Kaji riwayat seksual dan tingkat kepuasan sebelumnya dalam hubungan seksual
2. Kaji persepsi pasien terhadap masalah
3. Bantu pasien menetapkan dimensi waktu yang berhubungan dengan awitan masalah dan diskusikan apa yang terjadi dalam situasi kehidupannya pada waktu itu
4. Kaji alam perasaan dan tingkat energi pasien
5. Tinjau aturan pengobatan, observasi efek samping
6. Anjurkan pasien untuk mendiskusikan proses penyakit yang mungkin menambah disfungsi seksual
7. Dorong pasien untuk menanyakan hal-hal yang berkenaan dengan seksual dan fungsi yang mungkin menyusahkan dirinya
Hasil Pasien Yang Diharapkan / Kriteria Pulang
1. Pasien mampu menghubungkan faktor-faktor fisik atau psikososial yang mengganggu fungsi seksual
2. Pasien mampu berkomunikasi dengan pasangannya tentang hubungan seksual mereka tanpa merasa tidak nyaman
3. Pasien dan pasangannya mengatakan keinginan dan hasrat untuk mencari bantuan dari terapi seks yang professional
4. Pasien mengatakan kembali bahwa aktivitas seksualnya ada pada tahap yang memuaskan dirinya dan pasangannya
5. Pasien dan pasangannya mengatakan modifilkasi dalam aktivitas seksual dalam berespon pada keterbatasan karena penyakit atau tindakan medis.
DAFTAR PUSTAKA
Maramis, W. 1995. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press
Pedoman Diagnosis Dan Terapi LAB/UPF Ilmu Kedokteran Jiwa 1994
0 Response to "LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN SADISME"
Post a Comment