LP GASTRITIS LENGKAP
3:50:00 AM
Add Comment
LP GASTRITIS pada dasarnya adalah sebuah laporan yang terlebih dahulu
harus di buat oleh anda seorang perawat jita anda mendapatkan pasien yang harus
dirawat di rumah sakit dengan keluhan awalnya nyeri pada bagian perut, sering
bersendawa dan perutnya kembung.
Dalam hal ini, laporan ini juga bisa di terapkan pada pasien yang sudah
lansia tentunya dengan pengkajian yang dilakukan nantinya harus dengan
menggunakan format pengkajian pada pasien lansia atau gerontik dengan masalah
gastritis.
Pada postingan saya ini, diposting secara lengkap Laporan Pendahuluan
Gastritis sehingga anda tidak perlunya mencari tambahan materinya lagi baik itu
berupa file LP Gastritis doc atau file astritis yang berformat pdf, karena pada
dasarnya anda hanya tinggal sedikit modifikasinya dan anda bisa jadikan lp
gastritis yg anda dapat disini menjadi file Doc dan PDF.
Selanjutnya anda hanya perlu mengutip Laporan Pendahuluan untuk kasus
Gastritis di blog ini dan tentunya untuk menghargai penulis anda harus
mencantumkan sumbernya dari blog pada daftar pustaka laporan anda.
LATAR BELAKANG GASTRITIS
Gastritis merupakan
gangguan kesehatan paling sering di jumpai diklinik karena diagnosisnya sering
hanya berdasarkan gejala klinis bukan pemeriksaan hispatologi (Priyanto, 2008).
Gastritis
atau radang lambung yang juga dikenal dengan sakit radang maag. Meski dirasa
sepele, kenyataannya penyakit ini tetap saja menjadi momok bagi penderitanya.
Tanpa pemeriksaan dan pengobatan yang tepat, sakit radang maag justru dapat
berkembang menjadi kanker lambung. Sakit radang maag merupakan penyakit yang
terjadi saat lambung mengalami perubahan fungsi maupun peradangan (Dewanto,
2012).
Penyakit gastritis yang
terjadi pada lambung umumnya disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor infeksi
dan non infeksi. Faktor infeksi umumnya disebabkan
oleh bakteri, virus, jamur dan protozoa. Kuman Helicobacter Pylori merupakan
penyebab tersering. Faktor non infeksi disebabkan oleh hadirnya zat asing yang
masuk dalam tubuh melalui makanan atau minuman yang dapat menyebabkan
peradangan lambung
(Dewanto, 2012).
Badan
penelitian kesehatan WHO mengadakan tinjauan terhadap 8 negara dunia dan
mendapatkan beberapa hasil persentase dari angka kejadian gastritis di dunia,
dimulai dari Negara yang
angka kejadian gastritisnya paling tinggi yaitu Amerika dengan persentase
mencapai 47% kemudian diikuti oleh India dengan persentase 43%, lalu beberapa
Negara lainnya seperti Inggris 22%, China 31%, Jepang 14,5%, Kanada 35%,
Perancis 29,5%, dan Indonesia 40,8% (Nurlina, 2012).
Dari penelitian dan pengamatan yang
dilakukan oleh depertemen kesahatan RI angka kejadian gastritis di beberapa
kota di Indonesia ada yang tinggi mencapai 91,6% yaitu di kota Medan, lalu di
beberapa kota lainnya seperti Surabaya
31,2%, Denpasar 46%, Jakarta 50%, Bandung 32,5%, Palembang 35,3%, Aceh
31,7% dan Pontianak 31,2%. Hal tersebut disebabkan oleh pola makan yang
kurang sehat (Nurlina, 2012).
A, Konsep Dasar Gastritis
Pengertian
Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa
lambung. (Priyanto, 2008. Hal 69). Dan Menurut Suratun (2010. Hal 59) gastritis
adalah suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat akut, kronik difus, atau
lokal dengan karakteristik anoreksia, rasa penuh, tidak enak pada epigastrium,
mual dan muntah. Sedangkan menurut Broker (2009. Hal 571) gastritis adalah
imflamasi mukosa yang melapisi lambung dan gastritis dapat terjadi secara akut
ataupun kronis.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa gastritis merupakan peradangan yang terjadi pada mukosa
lambung yang dapat bersifat akut maupun kronis.
Klasifikasi Gastritis
Menurut Robbins
(2009. Hal: 474) gastritis dibagi kedalam dua klasifikasi yaitu :
a, Gastritis akut
Gastritis akut merupakan proses inflamasi yang bersifat akut
dan biasanya terjadi sepintas pada mukosa lambung. Keadaan ini paling sering
berkaitan dengan penggunaan obat obat anti inflamasi nonsteroid (khususnya,
aspirin) dalam waktu yang lama dan dosis tinggi, konsumsi alkohol yang
berlebihan, dan perokok berat. Stress berat (luka bakar dan pembedahan),
iskemia dan syokjuga menyebabkan gastritis akut, seperti halnya kemoterapi,
uremia, infeksi sistemik, tertelan zat asam atau alakali, iradiasi lambung,
trauma mekanik, dan gastrektomi distal.
a, Gastritis kronis
Gastritis kronis di
artikan sebagai keadaan terdapatnya perubahan inflamatorik yang kronis pada
mukosa lambung sehingga akhirnya terjadi atrofi mukosa dan metaplasia epitel.
Keadaan ini menjadi latar belakang terjadinya dysplasia dan karsinoma.
Etiologi
Menurut Suratun (2010.
Hal: 60) ada beberapa penyebab yang dapat mengakibatkan seseorang menderita
gastritis antara lain yaitu :
a.Mengkonsumsi obat obatan kimia
(asetaminofen (aspirin), steroid kortikosteroid), digitalis. Asetaminofen dan
kortikosteroid dapat mengakibatkan iritasi pada mukosa lambung, NSAIDS (nonsteroid anti inflammation drugs) dan
kortikosteroid menghambat sintesis prostaglandin sehingga sekresi HCL meningkat
dan menyebabkan suasana lambung menjadi sangat asam sehingga menimbulkan
iritasi mukosa lambung.
b.Konsumsi alkohol. Alkohol dapat
menyebabkan kerusakan gaster.
c.Terapi radiasi, refluk empedu, zat zat
korosif (cuka, lada) menyebabkan kerusakan mukosa gaster dan menimbulkan edema
dan perdarahan.
d.Kondisi yang stressful (trauma, luka
bakar, kemoterapi dan kerusakan susunan saraf pusat) merangsang peningkatan
produksi HCI lambung.
e. Infeksi oleh bakteri seperti
helicobacter pilori, eschericia coli, salmonella dan lain lain.
Patofisiologi /Pathway Gastritis
Obat-obatan, alkohol, garam empedu, zat iritan lainnya dapat
merusak mukosa lambung (gastritis erosive). Mukosa lambung berperan penting
dalam melindungi lambung dari autodigesti oleh HCI dan pepsin. Bila mukosa
lambung rusak maka terjadi difusi HCI ke mukosa HCI akan merusak mukosa. Pepsin
merangsang pelepasan histamin dari sel mast. Histamine akan menyebabkan
penningkata permeabilitas kapiler sehingga terjadi perpindahan cairan dari
intra sel ke ekstra sel dan menyebabkan edema dan kerusakan kapiler sehingga
timbul perdarahan pada lambung.
Namun bila lambung sering terpapar dengan zat iritan maka
inflamasi akan menjadi terus menerus. Jaringan yang meradang akan diisi oleh
jaringan fibrin sehingga lapisan mukosa lambung dapat hilang dan terjadi atropi
sel mukosa lambung. Faktor intrinsik yang dihasilkan oleh sel mukosa lambung
akan menurun atau menghilang sehingga cobalamin (Vitamin B12) tidak dapat
diserap di usus halus. Pada akhirnya klien gastritis dapat mengalami anemia.
Selain itu dinding lambung menipis rentan terhadap perforasi lambung dan
perdarahan (Suratun, 2010. Hal: 61).
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis
pada pasien dengan gastritis menurut Robbins (2009. Hal: 474) ialah sebagai
berikut :
a. Gastritis akut : gambaran klinisnya
gastritis akut berkisar dari keadaan asimtomatik, nyeri abdomen yang ringan
hingga nyeri abdomen akut dengan hematemesis
b. Gastritis kronis : gastritis kronis
biasanya asimtomatik, kendati gejala nausea, vomitus atau keluhan tidak nyaman
pada abdomen atas dapat terjadi; kadang kadang, ditemukan anemia pernisiosa
yang manifes. Hasil laboratoriumnya meliputi hipoklorhidria lambung dan
hipergastrinemia serum. Resiko terjadinya kanker untuk jangka panjang adalah 2
(dua) persen hingga 4 (empat) persen.
Komplikasi
Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa
hematemasis dan melena, dapat berakhir sebagai syok hemoragik, khusus untuk
perdarahan SCBA, perlu dibedakan dengan tukak peptik. Gambaran klinis yang
diperlihatkan hampir sama. Namun pada tukak peptik penyebab utamanya adalah
infeksi helicobacterpylori, sebesar
100% pada tukak duodenum dan 60%-90% pada tukak lambung. Diagnosis pasti dapat
ditegakkan dengan endoskopi (Mansjoer, 2000, hal : 493).
Pemeriksaan Diagnostik
Menrurut Suratun (2010. Hal: 71) pemeriksaan diagnostik pada
pasien dengan gastritis meliputi :
a.Darah lengkap bertujuan untuk mengetahui
adanya anemia.
b.Pemeriksaan serum vitamin B12
bertujuan untuk mengetahui adanya defesiensi B12.
c.Analisa feses bertujuan untuk mengetahui adanya darah dalam
feses.
d.Analisa gaster bertujuan untuk
mengetahui kandungan HCI lambung. Acholohidria
menunjukkan adanya gastritis atropi.
e.Test
antibody serum. Bertujuan untuk mengetahui adanya
antibody sel pariental dan faktor instrinsik lambung terhadap helicobacter
pylori.
f.Endoscopy,
biopsy dan pemeriksaan urin biasanya dilakukan bila ada kecurigaan
berkembangnya ulkus peptikum.
g.Sitologi
bertujuan untuk mengetahui adanya
keganasan sel lambung.
Penatalaksanaan
Menurut Manjoer (2000. Hal 493) penatalaksanaan medis pada
pasien Gastritis, baik gastritis akut maupun gastritis Kronis ialah sebagai
berikut :
a. Gastritis akut
Faktor utama adalah
dengan menghilangkan etiologinya. Diet lambung, dengan porsi kecil dan sering.
Obat obatan ditujukan untuk mengatur sekresi asam lambung, berupa antagonis
reseptor H2, inhibitor pompa proton, antikolinergik, dan antacid.
Juga ditujukan sebagai sitoprotektor, berupa sukralfat dan prostaglanding.
b. Gastritis kronis
Penatlaksanaa
diberikan seperti pada pasien dengan sindrom dispepsia, apa lagi jika test
serologi negatif. Pertama-tama yang dilakukan adalah mengatasi dan menghindari
penyebab pada gastritis akut, kemudian diberikan pengobatan empiris berupa
antasid, antagonis H2/ inhibitor pompa proton dan obat obatan
prokinetik. Jika endoskopidapat dilakukan, dilakukan terapi eradikasi kecuali
jika hasil CLO, kultur dan PA ketiganya negatif atau hasil serologi negatif.
B, Asuhan Keperawatan Pada Klien Gastritis
Asuhan keperawatan pada klien dengan gastritis
menurut Suratun (2010. Hal: 63-66) ialah sebagai berikut :
1.
Pengkajian Gastritis
a. Data subyektif
Keluhan klien
berupa nyeri uluhati, mual dan muntah, anorexia, rasa penuh, pola makan salah,
stres, konsumsi obat obatan, merokok, alkohol, diit, sakit kepala, bersendawa,
rasa terbakar setalah makan.
b. Data obyektif
Hasil pengkajian
didapatkan nyeri tekan abdomen, dehidrasi, muntah (frekuensi, bahan muntahan,
darah).
a. Tanyakan pasien tentang tanda-tanda dan
gejala-gejala yang ditunjukkan; nyeri ulu hati, indigesti, mual, muntah; jika
terdapat gejala; apakah gejala berhubungan dengan ansietas, stress, alergi,
makan atau minum terlalu banyak atau terlalu cepat.
b. Bagaimana gejala menghilang.
c. Selidiki apakah orang lain di lingkungan
pasien mempunyai gejala-gejala serupa; apakah sudah dimuntahkan darah atau
telah menelan suatu elemen penyebab.
d. Lakukan pengkajian fisik lengkap.
Perhatikan nyeri tekan abdomen, dehidrasi, dan bukti bukti kelainan sistemik
yang mungkin bertanggung jawab terhadap gejala-gejala.
2.
Diagnosa keperawatan
Adapun
Diagnosa Keperawatan menurut Suratun (2010. Hal: 63) adalah sebagai berikut :
a. Kekurangan volume cairan berhubungan
dengan output cairan yang berlebihan (muntah, perdarahan), intake cairan yang
tidak adekuat.
b. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa
gaster.
c. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan tindakan pembatasan intake nutrisi, puasa.
3.
Intervesi keperawatan
Intervesi
Keperawatan menurut Suratun (2010. Hal: 64) adalah sebagai berikut :
a. Kekurangan volume cairan berhubungan
dengan output cairan yang berlebihan (muntah, perdarahan), intake cairan yang
tidak adekuat.
Tujuan :
pemenuhan kebutuhan cairan adekuat.
Kriteria hasil :
pengeluaran urine adekuat, tanda tanda vital dalam batas normal, membrane
mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler kurang dari 3 detik.
Intervensi/Rasional
1) Catat karakteristik muntah dan drainase.
Rasional : untuk membedakan distress
gaster.
2) Observasi tanda tanda vital setiap 2
jam. Rasional : perubahan tekan
darah dan nadi indicator dehidarasi.
3) Monitor tanda tanda dehidrasi (membrane
mukosa, turgor kulit, pengisian kapiler). Rasional
: untuk mengidentifikasi terjadinya dehidrasi.
4) Obsarvasi masukan (intake) dan pengeluaran
(output) cairan. Rasional : untuk
mengetahui keseimbangan cairan tubuh.
5) Pertahankan tirah baring. Rasional : untuk menurunkan kerja
gaster sehingga mencegah terjadinya muntah.
6) Tinggikan kepala tempat tidur selama
pemberian antasid. Rasional : mencegah refluks dan aspirasi antasid.
7) Berikan cairan peroral 2 liter/hari. Rasional : menetralisir asam lambung.
8) Jelaskan pada klien agar menghindari
kafein. Rasional : kafein merangsang
produksi asam lambung.
9) Berikan cairan intravena sesuai pram
terapi medik. Rasional : untuk
pergantian cairansesuai derajat hipovalemi dan kehilangan cairan
10) Pasang nasogastrik tube (NGT) pada klien
yang mengalami pendarahan akut. Rasional
: untuk membersihkan lambung yang berisi darah supaya terbentuk ammonia.
11) Pantau hasil pemeriksaan haemoglobin
(HB). Rasional : untuk
mengidentifikasi adanya anemia.
12) Berikan terapi antibiotik, antasid, Vit
K, sesuai program medik. Rasional :
untuk mengatasi masalah gastritis dan hematamisis.
b. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa
gaster.
Tujuan : nyeri
teratasi
Kriteria hasil :
klien rileks, klien dapat tidur, skala nyeri 0-2.
Intervensi/Rasional
1) Kaji dan cata keluhan nyeri termasuk
lokasi, lamanya instensitas skala nyeri (0-10).
Rasional : untuk menetukan
intervensi dan mengetahui efek terapi.
2) Berikan makanan sedikit tapi sering. Rasional : makanan sebagai penetralisir
asam lambung.
3) Jelaskan agar klien menghindari makanan
yang merangsang lambung, seperti makanan pedas, asam dan mengandung gas. Rasional : makanan yang merangsang
dapat mengiritasi mukosa lambung.
4) Atur posisi tidur senyaman mungkin. Rasional : posisi yang nyaman dapat
menurunkan nyeri.
5) Anjurkan klien melakukan teknik
relaksasi, seperti napas dalam, mendengarkan music, menonton TV dan membaca. Rasional : teknik relaksasi dapat
mengalihkan perhatian klien sehingga dapat menurunkan nyeri.
6) Berikan terapi analgetik dan antasid. Rasional : untuk menghilangkan nyeri
lambung.
c. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan tundakan pembatasan intake nutrisi, puasa.
Tujuan :
pemeuhan kebutuhan nutrisi adekuat.
Kriteria hasil :
makan habis 1 porsi, berat badan meningkat, hasil Laboratorium : alnumin, Hb
normal.
Intervensi/Rasional
1) Kaji status nutrisi dan pola makan
klien. Rasional : sebagai dasar
untuk menetukan intervensi.
2) Puasakan pasien selama fase akut. Rasional : menurunkan rangsangan
lambung sehingga mencegah muntah.
3) Berikan nutrisi enteral atau parental,
jika klien dipuasakan. Rasional :
Untuk pemenuhan kebutuhan nutrisi.
4) Berikan minum peroral secara bertahap
jika fase akut berkurang. Rasional : untuk
merangsang gaster secara bertahap.
5) Berikan makan peroral secara bertahap,
mulai dari makanan saring. Rasional : mencegah
terjadinya iritasi pada mukosa lambung.
6) Jelaskan agar klien menghindari minuman
yang mengandung kafein. Rasional : kafeindapat
merangsang aktivitas gaster.
7) Timbang berat badan klien setiap hari
dengan alat ukur yang sama. Rasional : untuk
mengetahui status nutrisi klien.
8) Berikan terapi multivitamindan antasid
sesuai program medik. Rasional : untuk
meningkatkan nafsu makan menghilangkan mual.
4.
Impelementasi
Menurut Carpenito, (2009, hal 57). komponen
implementasi dalam proses keperawatan mencakup penerapan ketrampilan yang
diperlukan untuk mengimplentasikan intervensi keperawatan. Ketrempilan dan pengetahuan
yang diperlukan untuk implementasi biasanya berfokus pada
a. Melakukan aktivitas untuk klien atau
membantu klien.
b. Melakukan pengkajian keperawatan untuk
mengidentifikasi masalah baru atau memantau status masalah yang telah ada
c. Member pendidikan kesehatan untuk
membantu klien mendapatkan pengetahuan yang baru tentang kesehatannya atau
penatalaksanaan gangguan.
d. Membantu klien membuat keptusan tentang
layanan kesehatannya sendiri .
e. Berkonsultasi dan membuat rujukan pada
profesi kesehatan lainnya untuk mendapatkan pengarahan yang tepat.
f. Memberi tindakan yang spesifik untuk
menghilangkan, mengurangi, atau menyelesaikan masalah kesehatan.
g. Membantu klien melakukan aktivitasnya
sendiri
h. Membantu klien mengidentifikasi risiko
atau masalah dan menggali pilihan yang tersedia.
5.
Evaluasi
Menurut
Asmadi (2008. Hal: 178) Evaluasi adalah tahap akhir dari
proses keperawatan yang merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana
antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada
tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan secara bersinambungan dengan melibatkan
klien dan tenaga kesehatan lainnya. Jika
hasil evaluasi menunjukkan tercapainya tujuan dan criteria hasil, klien bisa
keluar dari siklus proses keperawatan. Jika sebalinya, kajian ulang (reassessment). Secara umum, evaluasi
ditunjukkan untuk :
a. Melihat dan menilai kemampuan klien
dalam mencapai tujuan.
b. Menetukan apakah tujuan keperawatan
telah tercapai atau belum.
c. Mengkaji penyebab jika tujuan asuhan
keperawatab belum tercapai.
0 Response to "LP GASTRITIS LENGKAP"
Post a Comment