KTI Asuhan Keperawatan Pada Tn. A dengan Urolitiasis (BATU GINJAL)
8:52:00 AM
1 Comment
Kesempatan yang sangat berharga kali ini akan saya manfaatkan untuk menulis tentang pengalam saya dalam menulis KTI Keperawatan berdasarkan peninjauan buku-buku yang ada di perpustakaan kampus dan studi praktik kerja lapangan dalam mendapatkan kasus urolitiasis atau batu ginjal
Saatnya sobat menyimak KTI Urolitisasis atau Batu Ginjal di bawah ini :
A.
Konsep Dasar Urolitiasis
1.
Pengertian
Batu ginjal (urolitiasis) adalah bentuk deposit mineral,
paling umum kalsium oksalat dan
kalsium fosfat, namun asam urat dan
kristal lain juga pembentuk batu. Meskipun kalkulus ginjal dapat terbentuk
dimana saja dari saluran perkemihan, batu ini paling umum ditemukan pada palvis
dan kalik ginjal. Batu ginjal dapat tetap asimtomatik sampai keluar kedalam ureter dan/atau aliran
urine terhambat (Doengoes, 2000. Hal 686).
2.
Etiologi
Penyebab batu ginjal idiopatik. Akan tetapi, ada faktor
yang merupakan predisposisi dan yang utama adalah ISK. Infeksi ini akan
meningkatkan terbentuknya zat organik. Zat ini dikelilingi mineral yang
mengendap. Pengendapan mineral ini (karena infeksi) akan meningkatkan alkalinitas
urine dan mengakibatkan pengendapan kalsium fosfat dam magnesium amonium
fosfat. Statis urin juga dapat menyebabkan pengendapan zat organik dan mineral.
Faktor lain yang dikaitkan dengan pembentukan batu adalah konsumsi antasida
dalam jangka panjang, terlalu banyak vitamin D, dan kalsium karbonat (Mary,
2008. Hal 60).
3.
Patofisiologi
Pembentukan batu saluran kemih memerlukan keadaan
supersaturasi dalam pembentukan batu. Inhibitor dalam pembentukan batu dijumpai
dalam air kemih normal. Batu kasium oksalat dengan inhibitor sitrat dan
glikoprotein. Berapa promotor (reaktan) dapat memacu pembentukan batu seperti
asam urat, memacu batu kalsium oksalat. Aksi reaktan dan inhibitor belum
dikenali sepenuhnya. Ada dugaan proses dikenali sepenuhnya. Ada dugaan proses
ini berperan pada pembentukan awal atau nukleasi kristal, progresi kristal atau
agregatasi kristal. Misal penambahan sitrat dalam kompleks kalsium dapat
mencegah agregatasi kristal kalsium oksalat dan mungkin dapat mengurangi risiko
agregatasi kristal dalam saluran kemih (Soparman, 2000, hal 378)
4.
Gejala Klinis
Gejala utama batu ginjal yang akut adalah kolik ginjal
atau nyeri kolik. Lokasi nyeri bergantung pada lokasi batu. Apabila batu ada di
dalam pelvis ginjal, penyebab nyerinya adalah hidronefrosis dan nyeri ini tidak
tajam, tetap, dan dirasakan di area sudut kostovertebra. Apabila batu turun ke
ureter, pasien akan mengalami nyeri yang hebat, kolik, dan rasa seperti
ditikam. Nyeri ini bersifat interminten dan disebabkan oleh spasme (kejang) urter
dan anoksia dinding ureter yang ditekan batu. Nyeri ini menyebar ke area
suprapubik, genitelia eksterna, dan paha. Nyeri dapat disertai dengan mual dan
muntah (Mary, 2008. Hal 60).
5.
Pemeriksaan
penunjang
Uji diagnostik :Yang termasuk dalam pemeriksaan diagnostik
adalah sinar X KUB, pielografi intravena atau retrograd, ultrasonografi,
pemibdaian CT, dan sistoskopi. Urinalisis dan kalsium serum dan kadar asam urat
serum juga diperiksa. Untuk mengetahui asiditas dan alkalinitas urine, pH urine
dipantau dengan dipstick setiap pasien berkemih. Pengumpulan spesimen urine 24
jam untuk mengetahui kadar kalsium, oksalat, fosfor, dan asam urat dalam urine
(Mary, 2008. Hal 61).
6.
Penatalaksanaan
a. Peningkatan asupan cairan meiningkatkan aliran urine dan membantu mendorong
batu. Asupan cairan dalam jumlah besar pada orang-orang yang rentan mengalami
batu ginjal dapat mencegah pembentukan batu.
b. Modifikasi makana dapat mengurangi kadar bahan pembentuk batu, bila
kandungan batu teridentifikasi.
c. Mengubah pH urine sedemikian untuk meningkatkan pemecahan batu.
d. Litotripsi (terapi gelombang kejut) ekstrakorporeal (di luar tubuh) atau
terapi laser dapat digunakan untuk memecahkan batu besar atau untuk menempatkan
selang disekitar batu untuk mengatasi obstruksi (Corwin, 2009. Hal 716).
7.
Komplikasi
a.
Obstruksi urine dapat terjadi di sebelah hulu
dari batu dibagian mana saja di saluran kemih. Obstruksi diatas kandung kemih
dapat menyebabkan hidroureter, yaitu ureter membengkak oleh urine. Hidoureter
yang tidak diatasi, atau obstruksi pada atau atas tempat ureter keluar dari
ginjal dapat menyebabkan hidronefrosis yaitu pembengkakan pelvis ginjal dan
sistem duktus pengumpul. Hidronefrosis dapat menyebabkan ginjal tidak dapat
memekatkan urine sehingga terjadi ketidakseimbangan elektrolit dan cairan.
b.
Obstruksi menyebabkan peningkatan tekanan
hidrostatistik intersium dan dapat menyebabkan penurunan GFR. Obstruksi yang
tidak diatasi dapat menyebabkan kolapsnya nefron dan kapiler sehingga terjadi
iskemia nefron karena suplai darah terganggu. Akhirnya dapat terjadi gagal
ginjal jika kedua ginjal terserang.
c.
Setiap kali terjadi obstruksi aliran urine
(stasis), kemungkinan infeksi bakteri meningkat.
d.
Dapat terbentuk kanker ginjal akibat
peradangan dan cedera berulang (Corwin, 2009. Hal 716).
e.
B.
Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan pada klien dengan Urolitiasis dilaksanakan melalui pendekatan proses
perawatan terdiri dari : pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan, dan
evaluasi (Doengoes, 2000. Hal 686-694).
1.
Pengkajian
Dasar data pengkajian
pasien
a.
Aktivitas/istirahat
Gejala : pekerjaan monoton, pekerjaan dimana pasien
terpajan pada lingkungan bersuhu tinggi. Keterbatasan aktivitas/mobilisasi
sehubungan dengan kondisi sebelumnya.
b.
Sirkulasi
Tanda : peningkatan TD/nadi (nyeri, ansietas,
gagal ginjal). Kulit hangat dan kemerahan ; pucat.
c.
Eliminasi
Gejala : riwayat adanya/ISK kronis ; obstruksi
sebelumnya (kalkulus). Penurunan haluaran urine, kandung kemih penuh. Rasa
terbakar, dorongan berkemih. Diare,
Tanda : oliguria, hematuria, piuria. Perubahan
pola berkemih.
d.
Makanan/cairan
Gejala : mual/muntah, nyeri tekan abdomen. Diet
tinggi purin, kalsium oksalat, dan /atau fosfat. Ketidakcukupan pemasukan
cairan, tidak minum air dengan cukup.
Tanda : distensi abdominal ; penurunan/tak adanya
bising usus. Muntah.
e.
Nyeri/kenyamanan
Gejala : episode akut nyeri berat, nyeri kolik.
Lokasi tergantung pada lokasi batu. Contoh pada panggul di region sudut
kostovertebral ; dapat menyebar ke punggung, abdomen, dan turun kelipat paha/genetalia.
Nyeri dangkal kostan menunjukkan ada pelvis atau kalkulus ginjal.
Nyeri dapat digambarkan
sebagai akut, hebat tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain.
Tanda : melindungi ;perilaku distraksi. Nyeri
tekan pada area pada palpasi.
f.
Keamanan
Gejala : penggunaan alcohol, demam, menggigil.
g.
Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat kalkulus dalam keluarga, penyakit
ginjal, hipertensi, gout, ISK kronis riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen
sebelumnya, hiperparatiroidisme. Penggunaan antibiotic, antihipertensi, natrium
bikarbonat, alupurinol, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan kalsium atau
vitamin.
Pertimbangan Rencana
Pemulangan : DRG menunjukkan rerata lama dirawat : 3,4 hari.
h.
Pemeriksaan
diagnostik
Urinalisa : warna
kuning, coklat gelap, berdarah secara umum menunjukkan SDM, SDP, Kristal,
Urine : (24 jam)
kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin meningkat.
Hitung darah lengkap :
SDP mungkin meningkat menunjukan infeksi/septicemia.
2.
Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan peningkatan
kontraksi ureteral, trauma jaringan, pembentukan edema, ischemia seluler
ditandai dengan keluhan nyeri kolik, prilaku melindungi, gelisah, merintih,
fokus pada diri sendiri, nyeri wajah, tegangan otot, respon otonomik.
b. Perubahan eliminasi urine berhubungan
dengan stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal atau ureteral,
obstruksi mekanik, inflamasi ditandai dengan urgensi dan frekuensi: Liguria
(retensi) dan hematuria.
c. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume
cairan berhubungan dengan mual/muntah
d. Kurang pengetahuan tentang kondisi,
prognosis, dan kebutuhan belajar berhubungan dengan kurang terpajan/ kurang
mengingat, salah intepretasi/informasi. Tidak mengenal sumber informasi ditandai
dengan pertanyaan, meminta informasi, peryataan salah konsepsi.
3.
Perencanaan
a. Nyeri berhubungan dengan peningkatan
kontraksi ureteral, trauma jaringan, pembentukan edema, ischemia seluler
ditandai dengan keluhan nyeri kolik, prilaku melindungi, gelisah, merintih,
fokus pada diri sendiri, nyeri wajah, tegangan otot, respon otonomik. Tujuan :
nyeri hilang, keseimbangan cairan dipertahankan. Kriteria hasil : nyeri hilang,
tampak rileks, mampu istirahat dengan tepat.
Intervensi/rasional
Intervensi:
Catat lokasi, lamanya intensitas dan penyebaran. Rasional: membantu
mengevaluasi tempat obstruksi dan kemajuan gerakan kalkulus.
Intervensi:
Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan ke staf terhadap perubahan
kejadian/karakteristik nyeri. Rasional: memberikan kesempatan untuk pemberian
analgesic sesuai waktu dan mewaspadakan staf akan kemungkinan lewatnya
batu/terjadi komplikasi.
Intervensi:
berukan kenyamanan, contoh pijatan punggung, lingkungan istirahat. Rasional :
meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot, dan meningktkan koping.
Intervensi:
Bantu atau dorong penggunaan napas berfokus, bimbingan imajinasi, dan aktivitas
terapetik. Rasional : mengarahkan kembali perhatian dan membantu dalam
relaksasi otot.
Intervensi:
Berikan obat sesuai indikasi : narkotik,
contoh meperidin (Demerol), morfin. Rasional : biasanya diberikan selama akut
untuk menurunkan kolik uretral dan meningkatkan relaksasi otot/mental.
Intervensi:
Berika kompres hangat pada punggung.
Rasional : menghilangkan tegangan otot dan dapat menurunan reflex spasme.
b. Perubahan eliminasi urine berhubungan
dengan stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal atau ureteral,
obstruksi mekanik, inflamasi ditandai dengan urgensi dan frekuensi: Liguria
(retensi) dan hematuria. Tujuan : mampu berkemih dengan normal. Kriteria hasil
: tidak mengalami tanda obstruksi.
Intervensi/rasional
Intervensi:
Awasi pemasukan dan pengeluaran dan
karakteristik urine. Rasional : memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan
adanya komplikasi, contoh infeksi dan perdarahan.
Intervensi:
Tentukan pola berkemih norml pasien dan
perhatikan variasi. Rasional : kalkulus dapat menyebabkan eksitabilitas saraf,
yang menyebabkan sensasi kebutuhan berkemih segera.
Intervensi:
Dorong meningkatkan pemasukan cairan.
Rasional : peningkatan hidrasi membilas bakteri, darah, dan debris dan dapat
membantu lewatnya batu.
Intervensi:
Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh
elektrolit, BUN, kretainin. Rasional : peniggian BUN, kreatinin dan elektrolit
mengindikasikan disfungsi ginjal.
Intervensi:
Ambil urine untuk culture dan
sensifitas. Rasional : menetukan adanya ISK, yang penyebab komplikasi.
c. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume
cairan berhubungan dengan mual/muntah. Tujuan : mempertahankan keseimbangan
cairan adekuat. Kriteria hasil : membrane mukosa lembab, turgor kulit baik,
berat badan normal.
Intervensi/rasional
:
Intervensi:
Awasi pemasukan dan pengeluaran.
Rasional : membandingkan keluaran actual dan yang diantisipasi membantu dalam
ealuasi adanya/derajat stasis/kerusakan ginjal.
Intervensi:
Catat insiden muntah, diare, perhatikan
karakteristik muntah dan diare. Rasional : mual/muntah dan diare secra umum
berhubungan dengan kolik ginjal.
Intervensi:
Tindakan pemasukan cairan sampai 3-4 L/hari dalam toleransi jantung. Rasional :
mempertahankan keseimbangan cairan untuk homeostasis juga tindakan
“mencuci”yang dapat membilas batu keluar.
Intervensi:
Awasi tanda vital. Rasional : indicator hidrasi/volume sirkulasi dan kebutuhan
intervensi.
d. Kurang pengetahuan tentang kondisi,
prognosis, dan kebutuhan belajar berhubungan dengan kurang terpajan/ kurang
mengingat, salah intepretasi/informasi. Tidak mengenal sumber informasi
ditandai dengan pertanyaan, meminta informasi, peryataan salah konsepsi. Tidak
mengenal masalah/sumber masalah. Tujuan : menyatakan pemahaman proses penyakit,
menghubungkan gejala dengan factor penyebab. Kriteria hasil : melakukan
perubahan perilku yang perlu dan berpartisipasi dalam program pengobatan.
Intervensi/Rasional
Intervensi:Kaji
ulang proses penyakit dan harapan di masa dating. Rasional : memberikan
pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi.
Intervensi:
Tekankan pentingnya peningkatan cairan,
rasional : pembilasan system ginjal menurunkan kesempatan statis ginjal dan
pembentukan batu.
Intervensi:
Diet rendah purin, contoh membatasi
daging berlemak, kalkun, tumbuhan polog, gandum, alkohol. Rasional : menurunkan
pemasukan oral terhadap prekusor asam urat.
Intervensi:
Diet rendah kalsium, contoh membatasi
susu, keju, sayur berdaun hijau, yogurt. Rasional : menurunkan risiko
pembentukan batu kalsium.
Intervensi:
Diet rendah oksalat. Rasional :
menurnukan pembentukan batu kalsium.
Intervensi:
Diet rendah kalsium. Rasional : mencegah
kalkulus fosfat dengan membentuk presipitasi yang tak larut dalam traktus
GI.
4.
Implementasi
Menurut Carpenito (2009, hal 57) komponen implementasi dalam proses keperawatan mencakup penerapan
ketrampilan yang diperlukan untuk mengimplentasikan intervensi keperawatan.
Ketrampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk implementasi biasanya
berfokus pada:
a.
Melakukan aktivitas untuk klien atau membantu klien.
b.
Melakukan pengkajian keperawatan untuk mengidentifikasi masalah
baru atau memantau status masalah yang telah ada
c.
Member pendidikan kesehatan untuk membantu klien mendapatkan
pengetahuan yang baru tentang kesehatannya atau penatalaksanaan gangguan.
d.
Membantu klien membuat keptusan tentang layanan kesehatannya
sendiri
e.
Berkonsultasi dan membuat rujukan pada profesi kesehatan lainnya
untuk mendapatkan pengarahan yang tepat.
f.
Memberi tindakan yang spesifik untuk menghilangkan, mengurangi,
atau menyelesaikan masalah kesehatan.
g.
Membantu klien melakukan aktivitasnya sendiri
h.
Membantu klien mengidentifikasi risiko atau masalah dan menggali
pilihan yang tersedia.
5. Evaluasi
Menurut Hidayat (2008
Hal 124) Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan
cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan
tercapai atau tidak. Dalam melakukan evaluasi perawat harusnya memiliki
pengetahuan dan kemampuan dalam memahami respons terhadap intervensi keperawatan,
kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta kemampuan
dalam menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil.
TINJAUAN
KASUS
Pada
tinjauan kasus ini, penulis melakukan pengkajian kasus yaitu kasus pada klien
Urolitiasis yang dirawat di Ruang Bedah Pria. Dalam tinjauan kasus ini, penulis
akan menguraikan tentang Asuhan Keperawatan yang dilakukan terhadap klien Urolitiasis selama tiga hari melalui
pendekatan proses keperawatan.
A.
Pengkajian
1.
Identitas
Klien
Nama
Tn. M, umur : 72 tahun, jenis kelamin laki-laki, agama islam, suku/bangsa Aceh,
pendidikan SMA, pekerjaan petani, alamat ds bade bila kecamatan nisam antara,
tanggal masuk 27 Juni 2012 No. CM 03 83 03. Ruag Bedah Pria, dengan diagnosa
medis Urolitiasis.
2.
Data
Riwayat masuk
Riwayat
Keluhan : klien masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri bagian belakang
pinggang, nyeri yang dirasakan klien berupa nyeri akut yaitu kadang hilang
kadang juga timbul, klien juga mengatakan nyerinya menyebar ke paha, klien
sudah mengalami penyakit seperti ini sekitar 6 bulan yang lalu, namun klien
tidak memeriksakan dirinya ke rumah sakit karena hanya menganggap nyeri biasa
yang timbul sesekali. Seminggu yang lalu nyeri klien lebih sering timbul lalu
kemudian klien datang untuk berobat jalan ke rumah sakit umum cut meutia dan klien
dianjurkan untuk dirawat.
3.
Riwayat
keperawatan
a. Riwayat
kesehatan sekarang
1) Keluhan
utama : Nyeri akut di bagian belakang pinggang.
2) Kronologis
keluhan : sudah mengalami hal tersebut selama 6 bulan yang lalu.
b) Timbulnya keluhan : bertahap
c) Lamanya
; bisa mencapai durasi sampai 30 menit.
e) Upaya
mengatasi dengan cara duduk bila sedang bekerja.
3) Riwayat kesehatan masa lalu.
a) Riwayat
alergi obat seperti alergi pada obat, makanan, binatang dan lain lain tidak
ada.
b) Riwayat
kecelakaan tidak ada.
c) Riwayat
dirawat dirumah sakit ; klien mengatakan belum pernah dirawat dirumah sakit
hanya saja berobat jalan di puskesmas tempat tinggal klien.
d) Riwayat
pemakaian obat : klien tidak ada ketergantungan kepada obat obatan.
4) Riwayat
kesehatan keluarga.
Klien
mengatakan tidak pernah ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti
klien.
Genogram
:
Genogram keluarga Tn. M dengan urolitiasis
Keterangan:
Gambar 1 genogram keluarga Tn. M dengan
Urolitiasis dari pengkajian genogram tidak didapatkan data bahwa penyakit yang
diderita klien adalah penyakit keturunan / genetik .
5) penyakit
yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang menjadi faktor resiko tidak ada
anggota keluarga yang menderita penyakit yang dapat mencetus terjadinya penyakit
yang diderita klien saat ini.
6) Riwayat
psikososial dan spiritual.
a) Orang
terdekat dengan klien adalah istri klien dan anak anaknya.
b) Interaksi
dalam keluarga, dengan pola komunikasi yang baik dan terbuka, pembuat keputusan
dengan cara musyawarah antara anggota keluarga, klien juga mengikuti seluruh
kegiatan kemasyarakatan seperti gotong royong dan keikut sertaan klien dalam
pembangunan gampoeng.
c) Dampak
penyakit klien terhadap keluarga terganggu akan masalah ekonomi keluarga.
d) Masalah
yang mempengaruhi klien usia klien yang sudah lanjut usia.
e) Mekanisme
koping terhadap stress dengan cara pemecahan masalah melalui proses
mengumpulkan seluruh anggota keluarga dan bermusyawarah.
f) Persepsi
klien terhadap penyakitnya, hal yang sangat dipikirkan saat ini adalah kapan
penyakitnya ini sembuh, harapan setelah perawatan adalah dapat
pulang kerumah dan melanjutkan aktivitas seperti biasanya, perubahan yang
dirasakan setelah jatuh sakit adalah klien tidak dapat berkerja seperti
biasanya.
g) Sistem
nilai kepecayaan klien tidak ada yang bertentangan dengan penyakitnya biarpun
klien dirawat dirumah sakit namun klien masih tetap melakukan ibadah solat 5
waktu.
h) Klien
beragama islam dan selalu bersembahyang dan berdoa agar mendapatkan ridha dari
allah atas masalah kesehatan yang menimpanya.
i) Kondisi
lingkungan rumah, klien tinggal di lingkungan dengan mayoritas penduduknya
berpekerjaan petani.
7) Pola
kebiasaan
a) Pola
nutrisi
Pola
nutrisi sebelum sakit klien makan dengan frekuensi 2-3 kali/hari
dengan nafsu makan baik, tidak ada makanan yang tidak disukai, tidak
ada makanan yang menyebabkan klien alergi, makanan yang dapat menigkatkan nyeri
pada klien jika makan makanan seperti daging berlemak dan susu, penggunaan obat obatan sebelum makan tidak
ada, penggunaan alat bantu makan tidak ada.
Pola nutrisi klien dirumah sakit, frekuensi 3 kali/hari,
nafsu makan baik, porsi makan yang dihabiskan 1 porsi, waktunya teratur karena
dirumah sakit klien juga mendapatkan pelayanan dari ahli gizi, tidak ada
makanan yang menyebabkan klien alergi, makanan diet M II, makan dengan dibantu
oleh keluarga.
b) Pola
eliminasi
Sebelum
sakit BAK Klien dengan frekuensi 6-8 kali/24jam, dengan warna kuning keruh.
Dirumah
sakit BAK klien selama dirumah sakit 800cc/24 jam dengan warna kuning
kemerahan dan keruh, nyeri ketika BAK, retensi urine dan cateter (+)
ukuran 20. Klien mengatakan sering merasa ingin BAK dan ketika BAK klien merasa
nyeri.
Pola
BAB sebelum masuk rumah sakit baik dengan frekuensi 1-2 kali/hari, tidak ada
konstipasi.
Setelah sakit Pola BAB dengan frekuensi 1 kali/sehari,
waktunya tidak tentu, warna kecoklatan, terjadi tidak disertai dengan distensi
abdomen.
c) Pola
personal hygiene
Sebelum
masuk rumah sakit klien mandi dengan frekuensi 2 kali/hari, pagi dan sore hari,
Dirumah
sakit klien hanya di seka oleh keluarga 2 kali sehari pada pagi dan sore hari.
Oral
hygiene sebelum sakit 2 kali sehari setiap setelah mandi pada pagi
dan sore.
Oral
hygiene setelah sakit 2 kali sehari setiap setelah diseka pada pagi dan sore.
Cuci
rambut sebelum sakit selalu mencuci rambut ketika mandi pada pagi dan sore
hari.
Setelah
sakit tidak pernah mencuci rambut setelah klien masuk rumah sakit.
d) Pola
istirahat
Sebelum
sakit klien tidur siang pada jam 14-15 wib, dan tidur malam pada jam 22-06 wib,
dengan kebiasaan sebelum tidur berdoa.
Sebelum
sakit klien tidur siang pada jam 14-15 wib, dan tidur malam pada jam 22-06 wib,
dengan kebiasaan sebelum tidur berdoa.
e) Pola
aktivitas dan latihan
Sebelum
sakit bekerja dari jam 08 pagi sampai dengan 13 siang, tidak berolah raga,
tidak ada keluhan ketika bekerja.
f) Kebiasaan
yang mempengaruhi kesehatan klien adalah klien perokok namun klien tidak
meminum alcohol dan penggunaan NAPZA.
4.
Pengkajian
fisik
a. Pemeriksaan fisik umum
Berat badan sebelum dan setelah sakit 54 kg, tinggi badan 163cm. tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 80
x/menit, frekuensi napas 24 kali/menit, suhu tubuh 37oC, Keadaan
umum sedang, Pembesaran kelenjar getah bening tidak ada.
b. Sistem penglihatan
Sisi mata simetris, Kelopak mata normal, Pergerakan
bola mata normal. Konjungtiva berwarna kekuning kuningan, Kornea jernih pada
mata kanan dan mata kiri, Sclera ikterik, Pupil isokor, Otot mata tidak ada
kelainan, Fungsi penglihatan baik,
Pemakaian lensa kontak tidak, Reaksi terhadap cahaya baik.
c. Sistem pendengaran
Daun telinga kanan dan kiri normal, Karakteristik
serumen warna kuning kecoklatan dengan bau khas, Kondisi telinga tengah normal,
Cairan dari telinga tidak ada, Perasaan penuh di telinga tidak, Tinnitus tidak,
Fungsi pendengaran normal, Gangguan keseimbangan tidak, Pemakaian alat bantu
tidak
d. Sistem wicara normal
e. Sistem pernapasan
Jalan napas bersih, Pernapasan tidak sesak, Menggunakan
otot bantu pernapasan tidak, Frekuensi 24 x/menit. Jenis pernapasan spontan. Kedalaman
pernapasan dalam, Batuk tidak, Sputum tidak, Palpasi dada tidak ada tumor,
Suara napas vesicular, Tidak ada nyeri saat bernapas, Penggunaan alat bantu
napas tidak
f. Sisitem kardiovaskuler
1) Sirkulasi perifer
Nadi 80x/menit dengan irama teratur, denyut
kuat, Tekanan darah 130/90
mmHg, Distensi vena jugularis kiri dan kanan tidak ada, Temperature
kulit hangat, Warna kulit normal, Edema tidak ada
2) Sirkulasi jantung
Kecepatan denyut apical 80x/menit, Irama
teratur, Tidak ada kelainan bunyi jantung, Sakit dada tidak.
g. Sistem hematologi
Pucat tidak, Perdarahan tidak
h. Sistem saraf pusat
Keluhan sakit kepala tidak, Tingkat kesadaran
compos mentis, Glaslow coma scale E: 4, M :6. V: 5, Tanda tanda peningkatan TIK
tidak ada, Gangguan sistem persyarafan tidak ada
i. Sistem pencernaan
Gigi utuh tidak ada caries, Penggunaan gigi
palsu tidak, Stomatis tidak, Lidah kotor tidak, Saliva normal, Muntah tidak, Bising
usus 5x/menit, Diare tidak, Konstipasi tidak, Hepar teraba, Abdomen lembek
j. Sistem endokrin
Pembesaran kelenjar tiroid tidak ada, Napas
berbau khas, Luka gangrene tidak.
k. Sistem urogenital
Balance cairan, intake 1000-1200ml/24jam, out
put tidak terdeteksi, BAK warna kuning kemerahan dan keruh, adanya retensi
urine, dengan keluhan nyeri pinggang, skala nyeri 6.
l. Sistem integument
Turgor kulit baik, Temperature kulit hangat, Warna
kulit normal, Keadaan kulit baik, Kelainan kulit tidak, Kondisi kulit daerah
pemasangan infus lembab, Keadaan rambut baik, kebersihan rambut bersih
m. Sistem musculoskeletal
Kesulitan dalam pergerakan tidak, Sakit pada
tulang dan sendi tidak Fraktur tidak, Keadaan tonus otot baik.
5.
Data
tambahan (pemahaman tentang penyakit)
klien
mengatakan masih kurang mengerti terhadap penyakit yang dialaminya, tidak tahu tentang perkembangan penyakit nya
dan prosedur pengoabatannya, dan klien tampak cemas saat menyatakan
perasaannya. klien berharap perawat dan doker yang merawat
klien dapat memberitahukan penjelasan tentang penyakit klien dan prosedur
pengobatan yang diberikan kepadanya.
6.
Pemeriksaan
laboratorium
Analisa
darah : HB : 11,6. LED : 24,
Eritrosit : 4,9, lekosit : 10,1, hematrokit : 37,1, MCV : 76, MCH : 23,9, MCHC
: 31,3, RDW : 15,4, trombosit : 194, glukosa : 94, gol darah : B
Analisa
urine : berat jenis 1,020, PH, protein 25 mg (+), blod dan HB 25/ml (+),
leukosit 25 (+), eritrosit 10-25, leukosit 5-10, epitel 10-15.
7.
Penatalaksanaan
Infus NaCL 07% 10 tt/m, drip Ciprofloxcacin 500ml/12 jam,
injeksi ketorolak 3% 1amp/8 jam, injeksi ondasetron 1 amp/12 jam, cateter urin,
diet M II.
8.
Data fokus
Data subjektif : klien mengeluh nyeri di
bagian belakang pinggang, klien juga mengatakan nyerinya menyebar ke paha.
Klien mengatakan sering merasa ingin BAK dan ketika BAK klien merasa nyeri. klien mengatakan masih kurang mengerti terhadap penyakit
yang dialaminya dan proesedur pengobatannya.
Data
objektif :skala nyeri 6 (nyeri sedang) lokasi nyeri pada bagian belakang
pinggang dan menjalar kebagian paha, durasi paling lama 30 menit. out put 800cc/24jam, BAK warna kuning
kemerahan dan keruh, retensi urine dan cateter (+) ukuran
20. klien tampak cemas saat menyatakan perasaannya, klien berharap perawat dan
doker yang merawat klien dapat memberitahukan penjelasan tentang penyakit klien
dan prosedur pengobatan yang diberikan kepadanya.
Data subjektif : klien mengeluh nyeri di bagian belakang pinggang, klien juga
mengatakan nyerinya menyebar ke paha
Data objektif : skala nyeri 6 (nyeri sedang) lokasi nyeri pada bagian belakang pinggang dan menjalar kebagian
paha, durasi paling lama 30 menit. Masalah : Nyeri Penyebab: peningkatan kontraksi ureteral.
Data subjektif ; Klien mengatakan sering merasa
ingin BAK dan ketika BAK klien merasa nyeri
Data objektif : out put 800cc/24jam, BAK warna kuning
kemerahan dan keruh, retensi urine dan cateter (+) ukuran 20. Analisa urine : berat jenis 1,020, PH , protein 25 mg (+),
blod dan HB 25/ml (+), leukosit 25 (+). Masalah
: perubahan eliminasi urin. Penyebab stimulasi kandung kemih oleh
batu.
Data subjektif : klien mengatakan masih kurang
mengerti terhadap penyakit yang dialaminya dan proesedur pengobatannya. Data objektif : klien tampak cemas
saat menyatakan perasaannya mengenai penyakit yang dideritanya kepada perawat, hal
yang sangat dipikirkan oleh klien saat ini adalah kapan penyakitnya ini sembuh,
klien menyatakan bahwa harapan klien terhadap perawat dan dokter yang
merawatnya dapat memberitahukan penjelasan tentang penyakit klien dan prosedur
pengobatan yang diberikan kepadanya. Masalah
: Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan, Penyebab ; kurang
terpajan.
B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri
berhubungan dengan peningkatan kontraksi ureteral
ditandai dengan keluhan nyeri, skala
nyeri 6 (nyeri sedang) lokasi nyeri pada
bagian belakang pinggang dan menjalar kebagian paha, durasi paling lama 30
menit.
2. perubahan
eliminasi urin berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu ditandai
oleh BAK warna kuning kemerahan dan keruh, retensi urine.
3.
Kurang pengetahuan tentang kondisi,
prognosis, dan kebutuhan pengobatan, berhubungan dengan kurang terpajan ditandai
oleh klien tampak cemas harapan akan kesembuhan penyakitnya.
C. Intervensi
1.
Nyeri
berhubungan dengan peningkatan
kontraksi ureteral ditandai dengan
keluhan nyeri, skala nyeri 6 (nyeri sedang) lokasi nyeri pada bagian belakang pinggang dan menjalar
kebagian paha, durasi paling lama 30 menit.
Tujuan: nyeri hilang, keseimbangan
cairan dipertahankan. Kriteria hasil: nyeri
hilang, tampak rileks, mampu istirahat dengan tepat.
Intervensi/rasional
Intervensi:
Catat lokasi, lamanya intensitas dan penyebaran. Rasional: membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan kemajuan
gerakan kalkulus.
Intervensi:
Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan ke staf terhadap perubahan
kejadian/karakteristik nyeri. Rasional :
memberikan kesempatan untuk pemberian analgesic sesuai waktu dan mewaspadakan
staf akan kemungkinan lewatnya batu/terjadi komplikasi.
Intervensi:
Berikan tindakan nyaman, contoh pijatan punggung, lingkungan istirahat. Rasional : meningkatkan relaksasi,
menurunkan tegangan otot, dan meningktkan koping.
Intervensi:
Bantu atau dorong penggunaan napas
berfokus, bimbingan imajinasi, dan aktivitas terapetik. Rasional : mengarahkan kembali perhatian dan membantu dalam
relaksasi otot.
Intervensi:
Berikan obat sesuai indikasi : narkotik,
contoh meperidin (Demerol), morfin. Rasional
: biasanya diberikan selama akut untuk menurunkan kolik uretral dan meningkatkan
relaksasi otot/mental.
Intervensi:
Berikan kompres hangat pada punggung.
Rasional : menghilangkan tegangan otot dan dapat menurunan reflex spasme.
2.
Perubahan
eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu ditandai oleh BAK warna kuning
kemerahan dan keruh, retensi urine. Tujuan : mampu berkemih dengan normal. Kriteria hasil : tidak mengalami tanda obstruksi.
Intervensi/rasional
Intervensi:
Awasi pemasukan dan pengeluaran dan
karakteristik urine. Rasional :
memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi, contoh
infeksi dan perdarahan.
Intervensi:
Tentukan pola berkemih norml pasien dan
perhatikan variasi. Rasional : kalkulus
dapat menyebabkan eksitabilitas saraf, yang menyebabkan sensasi kebutuhan berkemih
segera.
Intervensi:Dorong
meningkatkan pemasukan cairan. Rasional
: peningkatan hidrasi membilas bakteri, darah, dan debris dan dapat
membantu lewatnya batu.
Intervensi:
Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh
elektrolit, BUN, kretainin. Rasional :
peniggian BUN, kreatinin dan elektrolit mengindikasikan disfungsi ginjal.
Intervensi:
Ambil urine untuk culture dan
sensifitas. Rasional : menetukan adanya ISK, yang penyebab komplikasi.
3.
Kurang
pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan belajar berhubungan kurang terpajan ditandai oleh klien
tampak cemas harapan akan kesembuhan penyakitnya.
Tujuan : menyatakan pemahaman proses
penyakit, menghubungkan gejala dengan factor penyebab. Kriteria hasil : melakukan perubahan perilku yang perlu dan berpartisipasi
dalam program pengobatan.
Intervensi/Rasional
Intervensi:
Kaji ulang proses penyakit dan harapan
di masa dating. Rasional : memberikan
pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi.
Intervensi:
Tekankan pentingnya peningkatan cairan, rasional : pembilasan system ginjal
menurunkan kesempatan statis ginjal dan pembentukan batu.
Intervensi:
Diet rendah purin, contoh membatasi
daging berlemak, kalkun, tumbuhan polog, gandum, alkohol. Rasional : menurunkan pemasukan oral terhadap prekusor asam urat.
Intervensi:
Diet rendah kalsium, contoh membatasi susu, keju, sayur berdaun hijau, yogurt. Rasional : menurunkan risiko
pembentukan batu kalsium.
Intervensi:
Diet rendah oksalat. Rasional : menurunkan pembentukan batu
kalsium.
Intervensi:
Diet rendah kalsium. Rasional : mencegah kalkulus fosfat
dengsn membentuk presipitasi yang tak larut dalam traktus GI.
D. Implementasi dan Evaluasi
Diagnosa I :
Nyeri berhubungan dengan peningkatan kontraksi ureteral
Implementasi : Mengkaji tingkat nyeri, mencatat lokasi,
karakteristik, beratnya ( nyeri sedang, skala nyeri 6, lokasi nyeri belakang
pinggang), menganjurkan pada klien untuk laporkan perubahan nyeri dengan cepat,
mempertahankan istirahat dengan posisi semifowler, mengajarkan teknik relaksasi
ketika nyerinya timbul, memberikan kompres hangat pada daerah punggung.
Evaluasi
subjektif : klien mengatakan nyeri di bagian
belakang pinggang, klien juga mengatakan nyerinya menyebar ke paha. Objektif : skala nyeri 6 (nyeri sedang)
lokasi nyeri pada bagian belakang
pinggang dan menjalar kebagian paha, durasi paling lama 30 menit. Analisa Data : Masalah belum teratasi. Perencanaan : Tindakan dilanjutkan.
Implementasi Tanggal 28 Juni 2012 Jam 10.30 Wib
DX II : perubahan eliminasi urin berhubungan dengan stimulasi kandung
kemih oleh batu.
Implementasi : Mengawasi pemasukan dan pengeluaran
dan karakteristik urine (input peroral 1000-1500ml/24 jam, input perparental
NaCL 10 tt/menit out put 800cc/24 jam), mendorong klien untuk melakukan
pemasukan cairan peroral.melakukan kolaborasi dengan tim laboratorium.
Evaluasi
Subjektif :
Klien
mengatakan sering merasa ingin BAK dan ketika BAK klien merasa nyeri, Objektif : input perparental NaCL 10tt/m, out put 800cc/24 jam, BAK warna kuning
kemerahan dan keruh, retensi urine dan cateter (+) ukuran 20. Analisa urine :
berat jenis 1,020, PH 6, protein 25 mg (+), blod dan HB 25/ml (+), leukosit 25
(+). Analisa Data : Masalah belum
teratasi. Perencanaan : Tindakan
dilanjutkan.
Implementasi Tanggal 28 Juni 2012 Jam 11:30 Wib
DX III : Kurang pengetahuan tentang kondisi,
prognosis, dan kebutuhan pengobatan, berhubungan dengan kurang terpajan.
Implementasi : menngkaji ulang tentang proses
penyakit dan harapan klien mendatang, membatasi klien makan makanan yang rendah
purin seperti daging berlemak. Menekankan kepada klien pentingnya peningkatan
cairan melalui oral.
Evaluasi
Subjektif : klien mengatakan mengerti terhadap penyakit yang dialaminya dan
proesedur pengobatannya. Data objektif :
klien memberikan respon balik saat perawat mendiskusikan tentang keadaan
klien, klien juga mempertahankan utnuk meningkatkan pemasukan peroral sebanyak
800-1000ml/hari. Analisa Data :
Masalah teratasi. Perencanaan :
Tindakan dihentikan.
Implementasi Tanggal 29 Juni 2012 Jam 09:00 Wib
Diagnosa I :
Nyeri berhubungan dengan peningkatan kontraksi ureteral
Implementasi : Mengkaji tingkat nyeri, mencatat lokasi,
karakteristik, beratnya ( nyeri sedang, skala nyeri 4, lokasi nyeri belakang
pinggang), menganjurkan pada klien untuk laporkan perubahan nyeri dengan cepat,
mempertahankan istirahat dengan posisi semifowler, mengajarkan teknik relaksasi
ketika nyerinya timbul, memberikan kompres hangat pada daerah punggung.
Evaluasi
subjektif : klien mengatakan nyeri berkurang. Objektif : skala nyeri 4 (nyeri sedang)
lokasi nyeri pada bagian belakang pinggang,
durasi paling lama 20 menit. Analisa
Data : Masalah teratasi sebagian. Perencanaan
: Tindakan dilanjutkan.
Implementasi Tanggal 29 Juni 2012 Jam 10.30 Wib
DX II : perubahan eliminasi urin berhubungan dengan stimulasi kandung
kemih oleh batu.
Implementasi : Mengawasi pemasukan dan pengeluaran
dan karakteristik urine, mendorong klien untuk melakukan pemasukan cairan
peroral. melakukan kolaborasi pemberian antibiotik drip ciprofloxacin 500ml/12
jam.
Evaluasi
Subjektif : Klien mengatakan sering merasa ingin
BAK, Objektif : input perparental NaCL 10tt/m, out put 1000cc/24 jam, BAK warna kuning
kemerahan dan keruh, retensi urine dan cateter (+) ukuran 20., drip
ciprofloxacin. Analisa Data :
Masalah teratasi sebagian. Perencanaan :
Tindakan dilanjutkan.
Implementasi Tanggal 30 Juni 2012 Jam 09:00 Wib
Diagnosa I :
Nyeri berhubungan dengan peningkatan kontraksi ureteral
Implementasi : Mengkaji tingkat nyeri, mencatat lokasi,
karakteristik, beratnya ( nyeri sedang, skala nyeri 3, lokasi nyeri belakang
pinggang), menganjurkan pada klien untuk laporkan perubahan nyeri dengan cepat,
mempertahankan istirahat dengan posisi semifowler, mengajarkan teknik relaksasi
ketika nyerinya timbul, memberikan kompres hangat pada daerah punggung.
Evaluasi
subjektif : klien mengatakan nyerinya berkurang
nyeri di, klien juga mengatakan nyerinya menyebar ke paha Objektif : skala nyeri 3 (nyeri sedang) lokasi nyeri pada bagian belakang pinggang, durasi paling
lama 15 menit. Analisa Data :
Masalah teratasi teratasi sebagian. Perencanaan
: Tindakan dilanjutkan.
Implementasi Tanggal 30 Juni 2012 Jam 10.30 Wib
DX II : perubahan eliminasi urin berhubungan dengan stimulasi kandung
kemih oleh batu.
Implementasi : Mengawasi pemasukan dan pengeluaran
dan karakteristik urine, mendorong klien untuk melakukan pemasukan cairan
peroral. Mengontrol kelancaran cairan infus (NaCL 10tt/I+drip ciprofloxacin
500ml/12 jam).
Evaluasi
Subjektif :
Klien
mengatakan sering merasa ingin BAK. Objektif : input perparental NaCL 10tt/m+drip ciprofloxacin 500ml/12 jam, out put 1200cc/24jam, BAK warna kuning
kemerahan dan keruh, retensi urine dan cateter (+) ukuran 20. Analisa Data : Masalah belum teratasi. Perencanaan : Tindakan dilanjutkan.
Sangat lengkap KTI nya..sangat membantu saya dlm pembuatan tugas..trims
ReplyDelete