LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN KEPRIBADIAN ASTHENIK
11:35:00 AM
Add Comment
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN KEPRIBADIAN ASTHENIK
A. Pengertian
Gangguan kepribadian atau dikenal denganpersonality disorder adalah gangguan dalam perilaku yang memberikan dampak atau dinilai negatif oleh masyarakat. Gangguan kepribadian pada umumnya ditandai oleh masalah-masalah dimana individu secara tipikal mengalami kesukaran dalam melaksanakan kehidupan dengan orang lain sebagaimana yang ia kehendaki. Orang yang mengalami gangguan kepribadian ini melihat orang lain sebagai hal yang membingungkan, tidak jelas dan tidak dapat diduga. Dan begitu pula sebaliknya, ia akan melakukan tindakan sosial secara membingungkan. (Sutarjo A. Wiramiharja : 2007)
Gangguan kepribadian adalah suatu proses perkembangan yang timbul pada masa kanak-kanak, masa remaja, dan berlanjut pada masa dewasa. Keadaan ini merupakan pola perilaku yang tertanam dalam dan berlangsung lama, muncul sebagai respon yang kaku terhadap rentangan situasi pribadi dan sosial yang luas.
Kepribadian astenik gangguan dimana klien tidak terdapat gairah untuk menikmati kehidupannya. Ia seumur hidup merasa lelah, lesu, tak bertenaga dan lemah untuk memulai sesuatu. Terdapat abulia (kekurangan kemauan) dan anhedonia (kekurangan kemampuan menikmati sesuatu). Orang ini tidak sanggup menahan hidup yang normal sehari-hari. Vitalitas, emosionalitas dan motilitasnya sangat kurang. Libidonya lemah. Karir pekerjaan atau pernikahan dielakkan atau hanya dengan susah payah dipertahankan.
B. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor tumbuh kembang
Pada masa tumbuh kembang individu mempunyai tugas perkembangan yang harus dipenuhi, setiap tahap perkembangan mempunyai spesifikasi tersendiri. Bila tugas dalam perkembangan tidak terpenuhi akan menghambat tahap perkembangan selanjutnya hal ini dapat menyebabkan terjadinya gangguan hubungan sosial.
Pada masa tumbuh kembang individu mempunyai tugas perkembangan yang harus dipenuhi, setiap tahap perkembangan mempunyai spesifikasi tersendiri. Bila tugas dalam perkembangan tidak terpenuhi akan menghambat tahap perkembangan selanjutnya hal ini dapat menyebabkan terjadinya gangguan hubungan sosial.
b. Faktor komunikasi dalam keluarga
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan hubungan sosial, termasuk komunikasi yang tidak jelas (double blind komunikation), ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga dan pola asuh keluarga yang tidak menganjurkan anggota keluarga untuk berhubungan di luar lingkungan keluarga.
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan hubungan sosial, termasuk komunikasi yang tidak jelas (double blind komunikation), ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga dan pola asuh keluarga yang tidak menganjurkan anggota keluarga untuk berhubungan di luar lingkungan keluarga.
c. Faktor genetik
Riwayat anggota keluarga yang pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya.
Riwayat anggota keluarga yang pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya.
d. Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial
Merupakan faktor pendukung untuk terjadinya ada gangguan hubungan social dan gangguan kepribadian. Hal ini disebabkan oleh norma-norma yang dianut keluarga yang salah, dimana tiap anggota keluarga yang tidak produktif diasingkan dari hubungan sosialnya misalnya : usia lanjut, penyakit kronis, penyandang cacat dan lain-lain. Selain itu pengalaman masa lalu klien yang tidak menyenangkan juga bias menjadi factor pendukung terjadinya gangguan hubungan social.
Merupakan faktor pendukung untuk terjadinya ada gangguan hubungan social dan gangguan kepribadian. Hal ini disebabkan oleh norma-norma yang dianut keluarga yang salah, dimana tiap anggota keluarga yang tidak produktif diasingkan dari hubungan sosialnya misalnya : usia lanjut, penyakit kronis, penyandang cacat dan lain-lain. Selain itu pengalaman masa lalu klien yang tidak menyenangkan juga bias menjadi factor pendukung terjadinya gangguan hubungan social.
2. Faktor Presipitasi
a. Stessor sosial budaya
Adalah stress yang ditimbulkan oleh social dan budaya masyarakat. Kejadian atau perubahan dalam kehidupan social-budaya memicu kesulitan berhubungan dengan orang lain dan cara berperilaku.
b. Stressor psikologis
Adalah stress yang disebabkan karena kecemasan yang berkepanjangan dan terjadinya individu untuk tidak mempunyai kemampuan mengatasinya.
a. Stessor sosial budaya
Adalah stress yang ditimbulkan oleh social dan budaya masyarakat. Kejadian atau perubahan dalam kehidupan social-budaya memicu kesulitan berhubungan dengan orang lain dan cara berperilaku.
b. Stressor psikologis
Adalah stress yang disebabkan karena kecemasan yang berkepanjangan dan terjadinya individu untuk tidak mempunyai kemampuan mengatasinya.
D. MEKANISME KOPING
1. Koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian anti social
1. Koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian anti social
a. Proyeksi : menyalahkan tanpa sadar kecenderungan atau pikiran yang tidak dapat diterima pada objek eksternal.
b. Regritasi : kembali ketahap perkembangan sebelumnya untuk mendapatkan rasa aman atau memenuhi kebutuhan.
c. Represi : menyingkirkan rasa emosional pikiran dan perasaan yang menimbulkan anseitas atau menyedihkan dari alam sadar.
d. Isolasi : pemisahan unsure emosional dari suatu pikiran yang menganggu dapat bersifat sementara atau jangka panjang.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KEPRIBADIAN ASTHENIK
A. Pengkajian
1. Pengumpulan data klien
Meliputi nama klien, usia, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, status marital, no.medrec, tanggal masu rumah sakit, tanggal pengkajian, diagnosa medis, ruangan alamat klien. Data penanggung jawab meliputi nama, usia, agama, pekerjaan, alamat, hubungan dengan klien.
2. Faktor Predisposisi
a. Faktor tumbuh kembang
Pada masa tumbuh kembang individu mempunyai tugas perkembsangan yang harus dipenuhi, setiap tahap perkembangan mempunyai spesifikasi tersendiri. Bila tugas dalam perkembangan tidak terpenuhi akan menghambat tahap perkembangan selanjutnya hal ini dapat menyebabkan terjadinya gangguan hubungan social.
b. Faktor komunikasi dalam keluarga
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan hubungan sosial, termasuk komunikasi yang tidak jelas (double blind komunikation), ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga dan pola asuh keluarga yang tidak menganjurkan anggota keluarga untuk berhubungan di luar lingkungan keluarga.
c. Factor genetic
Riwayat anggota keluarga yang pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya.
d. Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan social
Merupakan factor pendukung untuk terjadinya ada gangguan hubungan sosial. Hal ini disebabkan oleh noma-norma yang dianut keluarga yang salah, dimana tiap anggota keluarga yang tidak produktif diasingkan dari hubungan sosialnya misalnya : usia lanjut, penyakit kronis, penyandang cacat dan lain-lain. Selain itu pengalaman masa lalu klien yang tidak menyenangkan juga bias menjadi factor pendukung terjadinya gangguan hubungan social.
3. Factor Presipitasi
a) Stessor social budaya
Adalah stress yang ditimbulkan oleh social dan budaya masyarakat. Kejadian atau perubahan dalam kehidupan social-budaya memicu kesulitan berhubungan dengan orang lain dan cara berperilaku.
b) Stressor psikologis
Adalah stress yang disebabkan karena kecemasan yang berkepanjangan dan terjadinya individu untuk tidak mempunyai kemampuan mengatasinya.
4. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan system, meliputi system integument, kardiovaskuler, system gastrointestinal, system urogenital, system musculoskeletal.
b. Istirahat dan tidur, meliputi kapan mulai tidur dan terbangun, jumlah jam tidur, hal yang mengganggu tidur dan upaya mengatasinya.
5. Status mental
a. Penampilan: meliputi cara berpakaian klien yang biasanya kurang rapi, cara berbicara yang sangat pelan dan cenderung apatis, aktivitas motorik yang menurun , interaksi klien selama wawancara yang cenderung menundukkan wajah dan tidak ada kontak mata.
b. Status emosi, alam perasaan klien biasanya pasien sedih, apatis, cemas, menyalahkan diri sendiri, afek tumpul.
c. Sensori, halusinasi yang disebabkan karena keterbatasan dan kegagalan dalam berkomunikasi yang menyebabkan tidak adanya rangkaian cara berfikir, sehingga menimbulkan proses berfikir.
d. Proses pikir, cenderung mengalami gangguan proses fikir waham curiga, tidak percaya pada orang lain.
e. Kognisi, klien tidak mengalami gangguan orientasi, memori, biasanya konsentrasi klien mudah teralih dan klien menggunakan koping yang tidak konstruktif.
f. Psiko sosial spiritual
Konsep diri: klien mempunyai harga diri rendah, selalu mencari kelemahan sendiri, menya lahkan diri sendiri, merasa tidak berguna.
Social: klien mengalami kegagalan dalam melakukan hubungan dengan orang lain.
Spiritual: klien kehilangan harapan, keyakinan akan kehidupan yang tidak baik, pesimis dengan kehidupan yang akan datang, klien merasa putus asa karena harapan tidak terkabulkan, akhirnya klien kurang minat dalam menjalankan ibadat sehari-hari.
C. Diagnosa Keperawatan.
Diagnosa keperawatan pada klien dengan gangguan hubungan sosial adalah sebagai berikut:
1. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan harga diri rendah
2. Tidak efektifnya koping individu berhubungan dengan ketidaktahuan klien dalam pemecahan masalah
3. Potensial kambuh kembali penyakitnya berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
4. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan kurangnya minat dan motivasi terhadap perawatan diri
5. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan kurangnya minat.
6. Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan penilaian yang salah mengenai dirinya.
D. Perencanaan.
1. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan harga diri rendah
a. Tujuan jangka panjang
Pasien mampu mendemonstrasikan untuk berinteraksi dengan petugas dan pasien yang lain dibangsal tanpa merasa tidak nyaman.
b. Tujuan jangka pendek.
Terbinanya hubungan saling percaya antara perawat dengan klien.
Klien mengetahui dan mengerti tentang interaksi social.
Klien mampu terlibat aktif dalam kegiatan kelompok.
c. Kriteria hasil.
Dalam satu minggu:
Klien mau berkenalan dengan perawat.
Klien mau tersenyum dengan perawat.
Klien mau menyapa dan disapa.
Klien dapat menyebutkan pengertian interaksi social, manfaat, cara dan akibatnya bila tidak melakukan interaksi social.
Klien mau terlibat dalam kegiatan kelompok.
d. Intervensi dan rasional
1) Lakukan pendekatan dan bina rasa percaya klien terhadap perawat.
R : Dengan melakukan pendekatan secara terapetik akan menumbuhkan dan membina rasa saling percaya sehingga klien mau mengungkapkan perasaannya pada perawat.
2) Beri penjelasan pada klien mengenai interaksi social, mulai dari pengertian, manfat, cara-cara melakukan interaksi, unsur-unsur penting dalam berinteraksi serta akibat yang ditimbulkan.
R: Dengan memberikan kejelasan mengenai interaksi social maka pengetahuan klien akan meningkat.
3) Ajak klien dalam melakukan aktifitas yang berhubungan dengan klien lain.
R: Dengan mengajak klien melakukan aktivitas maka klien Akan merasa diperhatikan dan diberi kepercayaan sehingga klien mau bergaul dengan orang lain.
2. Tidak efektifnya koping individu berhubungan dengan ketidaktahuan klien dalam pemecahan masalah
a. Tujuan jangka panjang
Klien mampu menggunakan koping yang efektif.
b. Tujuan jangka pendek
Terbinanya hubungan saling percaya.
Klien mengetahui dan mengerti koping individu yang efektif dan destruktif.
Klien mampu menggunakan koping baru yang efektif dalam mengatasi masalah.
c. Kriteria hasil.
Dalam satu minggu:
Klien mau mengenal perawat.
Klien mau disapa dan menyapa.
Klien dapat memilih dan menggunakan koping yang efektif.
d. Intervensi dan rasional
1) Lakukan pendekatan dengan klien dan bina rasa percaya antara klien dengan perawat.
R: Menumbuhkan dan membian rasa percaya klien pada perawat.
2) Beri penjelasan pada klien mengenai koping yang efektif dan tidak efektif dalam mengatasi permasalahan serta akibat-akibat penggunaan koping yang tidak efektif.
R: Pengetahuan klien akan meningkat.
3) Bantu klien dalam mengenal dan mencari alternative penggunaan koping baru yang efektif dalam menyelesaikan masalah.
R: Klien menjadi tahu koping baru yang efektif.
4) Beri dukungan yang positif terhadap klien.
R: Untuk meningkatkan rasa percaya diri sehingga klien mau menggunakan koping yang efektif.
3. Potensial kambuh kembali penyakitnya berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
a. Tujuan jangka panjang
Penyakit klien tidak kambuh lagi.
b. Tujuan jangka pendek
Terbinanya hubungan saling percaya.
Pengetahuan klien dan keluarga mengenai perawatan klien dirumah meningkat.
Pengetahuan klien dan keluarga mengenai lingkungan yang terapeutik bertambah.
c. Kriteria hasil.
Dalam waktu satu minggu
Keluarga dan klien percaya dan mau berkenalan.
Keluarga dan klien mengetahui penyebab dan tanda-tanda kambuh.
Keluarga dan klien dapat menyebutkan cara perawatan klien di rumah.
Keluarga dan klien dapat menyebutkan mengenai lingkungan yang terapeutik.
d. Intervensi dan rasional.
1) Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga.
R: Agar terbina hubungan saling percaya.
2) Beri penjelasan tentang penyebab dan tanda-tanda kambuh.
R: Dapat menambah pengetahuan klien dan keluarga.
3) Beri penjelasan kepada keluarga dan klien mengenai lingkungan terapeutik.
R : Akan meningkatkan pengetahuan keluarga dan klien.
4. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan kurangnya minat.
a. Tujuan jangka panjang
Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
b. Tujuan jangka pendek
Terbinanya hubungan saling percaya.
Klien mengetahui dan mengerti manfaat makan bagi tubuh.
Klien mengetahui akibatnya apabila tidak makan.
Klien berminat untuk makan.
c. Kriteria hasil
Dalam satu minggu:
Klien mau berkenalan
Klien dapat menyebutkan pengertian makan, manfaat makan dan akibatnya apabila kekurangan makan.
Porsi makan yang disediakan habis.
Berat badan klien bertambah.
d. Intervensi dan rasional
1) Lakukan pendekatan dengan klien dan bina hubungan saling percaya.
R: Untuk menumbuhkan rasa percaya terhadap perawat sehingga Klien mampu mengungkapkan perasaannya.
2) Beri penjelasan pada klien tentang pentingnya makan bagi tubuh.
R: Dapat meningkatkan pengetahuan klien tentang pentingnya makan.
3) Ciptakan suasana lingkungan yang nyaman dan aman.
R: Akan merangsang minat klien untuk makan.
4) Beri kesempatan pada klien untuk memilih makanan yang disukainya.
R: Agar klien makan makanan tersebut.
5) Timbang berat badan klien tiap satu minggu sekali.
R: Untuk dapat mengetahui peningkatan dan penurunan berat badan.
5. Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan penilaian yang salah mengenai dirinya.
a. Tujuan jangka panjang
Harga diri klien meningkat.
b. Tujuan jangka pendek
Klien mampu mengungkapkan perasaannya pada perawat.
Klien mau mengetahui penyebab penilaiannya yang salah pada dirinya.
Pengetahuan klien meningkat mengenai konsep diri terutama tentang harga diri.
Rasa percaya diri klien meningkat.
c. Kriteria hasil
Dalam satu minggu
Klien mau mengenal perawat.
Klien mau disapa dan menyapa.
Klien mau bercerita pada perawat.
Klien menyebutkan mengenai konsep diri.
d. Intervensi dan rasional
1) Lakukan pendekatan dengan klien dan bina saling percaya.
R: Akan menumbuhkan dan membina saling percaya.
2) Bantu klien dalam mengidentifikasi hal-hal yang menyebabkan merasa salah pada dirinya.
R: karena dapat dicari alternatif pemecahan masalah.
3) Beri penjelasan mengenai konsep diri klien, meliputi pengertian unsur-unsur konsep diri, pentingnya konsep diri.
R: Pengetahuan klien mengenai konsep diri meningkat.
4) Beri dukungan atas keberhasilan yang telah dilakukan oleh klien.
R : Dapat meningkatkan rasa percaya diri klien.
DAFTAR RUJUKAN
Isaac, (2005). Panduan Belajar Keperawatan Kesehatan Jiwa & Psikiatrik. Ed 3. EGC: Jakarta.
Keliat, dkk. (1999). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Cetakan I. EGC: Jakarta.
Riyadi & Teguh. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Graha Ilmu: Yogyakarta.
W.F, Maramis. 1980. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press: Surabaya.
Supratiknya, A. 1995. Mengenal Perilaku Abnormal. Kanisius: Yogyakarta.
0 Response to "LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN KEPRIBADIAN ASTHENIK"
Post a Comment