LAPORAN PENDAHULUAN PERILAKU BUNUH DIRI
9:44:00 AM
Add Comment
KONSEP DASAR PERILAKU BUNUH DIRI
A. PENGERTIAN
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien untuk mengakhiri kehidupannya. Secara umum, bunuh diri berasal dari bahasa Latin “suicidium”, dengan “sui” yang berarti sendiri dan “cidium” yang berarti pembunuhan. Schneidman mendefinisikan bunuh diri sebagai sebuah perilaku pemusnahan secara sadar yang ditujukan pada diri sendiri oleh seorang individu yang memandang bunuh diri sebagai solusi terbaik dari sebuah isu. Dia mendeskripsikan bahwa keadaan mental individu yang cenderung melakukan bunuh diri telah mengalami rasa sakit psikologis dan perasaan frustasi yang bertahan lama sehingga individu melihat bunuh diri sebagai satu-satunya penyelesaian untuk masalah yang dihadapi yang bisa menghentikan rasa sakit yang dirasakan (dalam Maris dkk., 2000).
Dari aliran eksistensial, Baechler mengatakan bahwa bunuh diri mencakup semua perilaku yang mencari penyelesaian atas suatu masalah eksistensial dengan melakukan percobaan terhadap hidup subjek (dalam Maris dkk., 2000). Menurut Corr, Nabe, dan Corr (2003), agar sebuah kematian bisa disebut bunuh diri, maka harus disertai adanya intensi untuk mati. Meskipun demikian, intensi bukanlah hal yang mudah ditentukan, karena intensi sangat variatif dan bisa mendahului, misalnya untuk mendapatkan perhatian, membalas dendam, mengakhiri sesuatu yang dipersepsikan sebagai penderitaan, atau mengakhiri hidup. Menurut Maris, Berman, Silverman, dan Bongar (2000), bunuh diri memiliki 4 pengertian, antara lain:
1. Bunuh diri adalah membunuh diri sendiri secara intensional
2. Bunuh diri dilakukan dengan intensi
3. Bunuh diri dilakukan oleh diri sendiri kepada diri sendiri
4. Bunuh diri bisa terjadi secara tidak langsung (aktif) atau tidak langsung (pasif), misalnya dengan tidak meminum obat yang menentukan kelangsungan hidup atau secara sengaja berada di rel kereta api.
B. ETIOLOGI
Menurut Dalami (2009:101-102), etiologi bunuh diri yang digolongkan atas berbagai unsur antara lain:
1. Penyebab bunuh diri pada anak
Pelarian dari penganiayaan atau pemerkosaan, situasi keluarga yang kacau, perasaan tidak disayang, selalu dikritik, gagal sekolah, takut atau dihina di sekolah, kehilangan orang yang dicintai, dihukum orang lain.
2. Penyebab bunuh diri pada remaja
Hubungan interpersonal yang tidak bermakna, sulit mempertahankan hubungan interpersonal, pelarian dari penganiayaan fisik atau pemerkosaan, perasaan tidak mengerti orang lain, kehilangan orang yang dicintai, keadaan fisik, masalah dengan orang tua, masalah seksual, depresi.
3. Penyebab bunuh diri pada mahasiswa
Self ideal yang terlalu tinggi, cemas akan tugas akademik yang banyak, kegagalan akademi berarti kehilangan penghargaan dan kasih sayang orang tua, kompetisi untuk sukses.
4. Penyebab bunuh diri pada usia lanjut
Perubahan status dari mandiri ketergantungan penyakit yang menurunkan kemampuan berfungsi, perasaan tidak berarti di masyarakat, kesepian dan isolasi social, kehilangan ganda (seperti pekerjaan kesehatan pasangan, sumber hidup berkurang.
Beberapa factor determinan pada perilaku bunuh diri: kebudayaan, jenis kelamin, umur, status social, status perkawinan, gangguan jiwa (Dalami, 2009:102-103). Mann dari bidang psikiatri mengatakan penyebab bunuh diri berada di otak, akibat kurangnya tingkat 5-HIAA, reseptor post-sinapsis, dan pertanda biologis lainnya (dalam Maris dkk., 2000). Berikut beberapa faktor penyebab bunuh diri yang didasarkan pada kasus bunuh diri yang berbeda-beda tetapi memiliki efek interaksi di antaranya (dalam Maris dkk.,2000; Meichenbaum, 2008):
1. Major-depressive illness, affective disorder
2. Penyalahgunaan obat-obatan (sebanyak 50% korban percobaan bunuh
memiliki level alkohol dalam darah yang positif)
3. Memiliki pikiran bunuh diri, berbicara dan mempersiapkan bunuh diri
4. Sejarah percobaan bunuh diri
5. Sejarah bunuh diri dalam keluarga
6. Isolasi, hidup sendiri, kehilangan dukungan, penolakan
7. Hopelessness dan cognitive rigidity
8. Stresor atau kejadian hidup yang negatif (masalah pekerjaan, pernikahan, seksual, patologi keluarga, konflik interpersonal, kehilangan, berhubungan dengan kelompok teman yang suicidal)
9. Kemarahan, agresi, dan impulsivitas
10. Rendahnya tingkat 5-HIAA
11.Key symptoms (anhedonia, impulsivitas, kecemasan / panik, insomnia global, halusinasi perintah)
12. Suicidality (frekuensi, intensitas, durasi, rencana dan perilaku persiapan bunuh diri)
13. Akses pada media untuk melukai diri sendiri
14. Penyakit fisik dan komplikasinya
15. Repetisi dan komorbid antara faktor-faktor di atas.
C. RENTANG RESPON BERHUBUNGAN DENGAN BUNUH DIRI
Rentang sehat sakit dapat dipakai untuk mengabarkan respon adaptif sampai respon maladaptive pada bunuh diri.
Respon adaptif menghargai diri
|
Respon maladaptif menghargai diri
|
Merusak diri sendiri secara langsung
|
Berani mengambil resiko dalam mengembangkan diri
|
Rentang menghargai-merusak diri (Stuart dan Sundeen, 1987, hl.484)
Dalam kehidupan, individu selau menghadapi masalah atau sressor. Respon individu terhadap stressor tergantung pada kemampuan masalah yang dimiliki serta tingkat stress yang dialami. Individu yang sehat senantiasa berespon secara adaptif dan jika gagal ia berespon secara maladaptive dengan menggunakan koping bunuh diri (Dalami, 2009:104)..
D. MEKANISME KOPING
Mekanisme koping adalah usaha yang diarahkan untuk menanggulangi stress. Usaha ini dapat berorientasi pada tugas dan meliputi usaha pemecahan masalah langsung. Dari sudut kedokteran dapat dikemukakan bahwa setidak-tidaknya orang yang hendak melakukan bunuh diri egoistic atau anomik berada dalam keadaan patologis. Mereka semua sedang mengalami gagguan fungsi mental yang bervariasi dari yang ringan sampai yang berat karena itu perlu ditolong. Pencegahan bunuh diri altruistic boleh dikatakan tidak mungkin kecuali bila kebudayaan dan norma-norma masyarakat diubah (Dalami, 2009:104).
E. METODE BUNUH DIRI
Richman menyatakan ada dua fungsi dari metode bunuh diri (dalam Maris dkk., 2000). Fungsi pertama adalah sebagai sebuah cara untuk melaksanakan intensi mati. Sedangkan pada fungsi yang kedua, Richman percaya bahwa metode memiliki makna khusus atau simbolisasi dari individu. Secara umum, metode bunuh diri terdiri dari 6 kategori utama yaitu:
1. Obat (memakan padatan, cairan, gas, atau uap)
2. Menggantung diri (mencekik dan menyesakkan nafas)
3. Senjata api dan peledak
4. Menenggelamkan diri
5. Melompat
6. Memotong (menyayat dan menusuk).
F. TANDA DAN GEJALA
1. Sedih
2. Marah
3. Putus asa
4. Tidak berdaya
5. Memberikan isyarat verbal maupun non verbal
G.PENATALAKSANAAN
Semua kasus percobaan bunuh diri harus mendapat perhatian sungguh-sungguh. Pertolongan pertama bisanya dilakukan secara darurat atau dikamar pertolongan darurat di rumah sakit, dibagian penyakit dalam atau bagian bedah. Dilakukan pengobatan terhadap luka-luka atau keadaan keracunan, kesadaran penderita tidak selalu menentukan urgensi suatu tindakan medis. Penentuan perawatan tidak bergantung pada factor social, tetapi berhubungan erat dengan kriteria yang mencerminkan besarnya kemungkinan bunuh diri.
Bila keadaan keracunan atau terluka sudah dapat dilakukan evaluasi psikiatri. Tidak ada hubungan beratnya gangguan badanlah dengan gangguan psikologik. Penting sekali dalam pengobatannya untuk menangani juga gangguan mentalnya. Untuk pasien dengan depresi dapat diberikan terapi elektrokonvulsi, obat-obat terutama berupa anti depresan dan psikoterapi.
(Dalami, 2009:105)
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
PERILAKU BUNUH DIRI
A. PENGKAJIAN
Asuhan keperawatan tingkah lakubunuh diri difokuskan pada pencegahan bunuh diri. Pencegahan dapat dicapai karena semua individuambivalen terhadap hidup dan tidak ada yang seratus persen ingin mati. Hal utama yang perlu dikaji adalah tanda atau gejala yang dapat menentukan tingkat risiko dari tingkah laku bunuh diri (Dalami, 2009:105).
Menurut Dalami (2009) ada tiga macam perilaku bunuh diri:
1. Isyarat bunuh diri
Isyarat bunuh diri ditujukan dengan berperilaku secara tidak langsung ingin bunuh diri, misalnya dengan mengatakan “segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya”.
Pada kondisi ini sudah memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya namun tidak disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri. Klien umumnya mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah/sedih/marah/putus asa tidak berdaya. Klien juga mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri sendiri yang menggambarkan harga diri rendah.
2. Ancaman bunuh diri
Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh klien, berisi keinginan untuk mati disertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat untuk melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif telah memikirkan rencana bunuh diri, namun tidak disertai dengan percobaan bunuh diri.
Walaupun dalam kondisi ini klien belum pernah mencoba bunh diri, pengawasan ketat harus dilakukan, kesempatan sedikit saja dapat dimanfaatkan klien untuk melaksanakan rencana bunuh diri.
3. Percobaan bunuh diri
Percobaan bunuh diri adalah tindakan klien mencederai atau melukai diri untuk menyakiti hhidupnya. Pada kondisi ini klien aktif mencoba bunuh diri dengan cara gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, atau menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi (Dalami, 2009:110-111).
Faktor-Faktor dalam Pengkajian
Pasien Destruktif Diri
Pengkajian Lingkungan Upaya Bunuh Diri
Presipitasi peristiwa kehidupan yang menghina/menyakitkan
Tindakan persiapan-metoda yang dibutuhkan, mengatur rencana, membicarakan tentang bunh diri, memberikan milik berharga sebagai hadiah, catatan untuk bunuh diri.
Pengguanaan cara kekerasan atau obat/racun yang lebih mematikan
Pemahaman letalitas dari metoda yang dipilih
Kewaspadaan yang dilakukan agar tidak diketahui
Petunjuk Gejala
Keputusasaan
Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berharga
Alam perasaan depresi
Agitasi dan gelisah
Insomnia yang menetap
Penurunan berat badan
Berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan social
Penyakit Psikiatrik
Upata bunuh diri sebelumnya
Kelainan afektif
Alkoholisme dan/atau penyalahgunaan obat
Kelainan tindakan dan depresi pada remaja
Demensia dini dan status kekacauan mental pada lansia
Kombinasi dari kondisi di atas
Riwayat Psikososial
Baru berpisah, bercerai, atau kehilangan
Hidup sendiri
Tidak bekerja, perubahan atau kehilangan pekerjaan yang baru dialami
|
Stress kehidupan multiple (pindah, kehilangan, putus hubungan yang berarti, masalah sekolah, ancaman terhadap krisis disiplin)
Penyakit medic kronik
Minum yang berlebihan dan penyalahgunaan zat
Faktor-Faktor Kepribadian
Impulsive, agresif, rasa bermusuhan
Kekakuan kognitif dan negatif
Keputusasaan
Harga diri rendah
Batasan atau gangguan kepribadian antisosial
Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga berperilaku bunuh diri
Riwayat keluarga gangguan afektif, alkoholisme, atau keduannya
|
B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan NANDA
Berhubungan Dengan Respons Perlindungan Diri
Penyesuaian, kerusakan
Ansietas
Gangguan citra tubuh
Koping komunitas, inefektif
Koping, keluarga inefektif, perlemahan
Koping, individu inefektif
Menyangkal, inefektif
Deficit volume cairan, risiko terhadap
Kesepian, risiko terhadap
Ketidakpatuhan
Nutrisi, perubahan: kurang dari kebutuhan tubuh
Nutrisi, perubahan: lebih dari kebutuhan tubuh
Gangguan harga diri
Mutilasi diri, risiko terhadap
Distress spiritual
Amuk, risiko terhadap: diarahkan-pada diri
|
C. RENCANA KEPERAWATAN
Respon Protektif-Diri Maladaptif
Diagnosis keperawatan: potensial untuk melakukan tindak kekerasan terhadap diri sendiri.
Hasil yang diharapkan: pasien tidak akan membahayakan dirinya sendiri secara fisik.
Tujuan jangka-pendek
|
Intervensi
|
Rasional
|
Pasien tidak akan melakukan aktivitas yang mencederakan dirinya.
|
· Observasi dengan ketat
· Pindahkan benda yang berbahaya
· Siapkan lingkungan yang aman
· Berikan kebutuhan fisiologik dasar
· Kontrak untuk keamanan jika tepat
· Pantau pengobatan
|
· Prioritas tertinggi diberikan pada aktivitas penyelamatan hidup pasien.
· Perilaku pasien harus diawasi sampai kendali diri memadai untuk keamanan.
|
Pasien akan mengidentifikasi aspek-aspek positif yang ada pada dirinya.
|
· Identifikasi kekuatan-kekuatan pasien
· Ajak pasien untuk berperan serta dalam aktivitas yang disukai dan dapat dilakukannya
· Dukung keberhasilan diri dan keinginan untuk berhias
· Tingkatkan hubungan interpersonal yang sehat
|
· Perilaku destruktif-dirimencerminkan depresi yang mendasar dan terkait dengan harga diri rendah serta kemarahan terhadap diri sendiri.
|
Pasien akan mengimplementasikan dua respons protektif diri yang adaptif.
|
· Permudah kesadaran, penamaan dan ekspresi perasaan
· Bantu pasien mengenal mekanisme koping yang tidak sehat
· Identifikasi alternative cara koping
· Beri imbalan untuk perilaku koping yang sehat
|
· Mekanisme koping maladaptive harus diganti dengan yang sehat untuk mengatasi stress dan ansietas.
|
Pasien akan mengidentifikasi dua sumber dukungan social yang bermanfaat.
|
· Bantu orang terdekat untuk berkomunikasi secara konstruktif dengan pasien
· Tingkatkan hubungan keluarga yang sehat
· Identifikasi sumber komunitas yang relevan
· Prakarsai rujukan untuk menggunakan sumber komunitas
|
· Isolasi social menyebabkab harga diri rendah dan depresi, mencetuskan perilaku destruktif terhadap diri sendiri.
|
Pasien akan mampu menguraikan rencana pengobatan dan rasionalnya.
|
· Libatkan pasien dan orang terdekat dalam perencanaan asuhan
· Jelaskan karakteristik dari kebutuhan pelayanan kesehatan yang telah diidentifikasi, diagnosis medic, dan rekomendasi tindakan dan medikasi
· Dapatkan respons terhadap rencana asuhan keperawatan
· Modifikasi rencana berdasarkan umpan balik pasien
|
· Pemahaman dan peran serta dalam perencanaan pelayanan kesehatan meningkatkan kepatuhan.
|
DAFTAR RUJUKAN
Dalami, E. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Masalah Psikososial. Jakarta: TIM
Stuart, G. W. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
repository.usu.ac.id/bitstream/.../4/Chapter%20II.pdf
______. 2013. Bunuh Diri, (http://kehidupanperawat.blogspot.com/2013/01/ laporan-pendahuluan-resiko-bunuh-diri.html), diakses pada 12 Desember 2013.
0 Response to "LAPORAN PENDAHULUAN PERILAKU BUNUH DIRI"
Post a Comment