-->

ASKEP ISK


Askep ISK /infeksi saluran kemih adalah salah satu meteri keperawatan medikal bedah tentang sistem urologi, saat anda menempuh mata kuliah KMB degan di jurusan keperawatan maka anda akan berhadapan langsung dengan yang namanya Askep ISK, dan anda pasti akan tau bagaimana gambaran menyusun suatu asuhan keperawatan secara teoritis dan selanjutnya saat anda praktik di RS maka anda akan bertemu juga dengan askep infeksi saluran kemih Serta membuat laporan kasusnya.

ASKEP ISK INFEKSI SALURAN KEMIH

Askep ISK yang baik dan lengkap dengan sumber pustakanya adalah sebagai berikut :

A. Konsep Askep ISK (Infeksi Saluran Kemih)

1. Pengertian

Infeksi saluran kemih adalah berkembang biaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal tidak mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme lain, tempat yang sering mengalami infeksi saluran kemih adalah kandung kemih (sistisis), uretra (uretritis), dan ginjal (pielonefritis) (Suharyanto, T, 2009, Hal : 109 ).

Infeksi saluran kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih (Wijayaningsih, 2013, Hal : 200).

Infeksi saluran kemih adalah istilah umum yang dipakai untuk menyatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih (Tjokronegoro, 2004, Hal: 369).


2. Etiologi

Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan infeksi saluran kemih, antara lain :
  • Escherichia Coli : 90% penyebab infeksi saluran kemih uncomplicated (simple).
  • Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebabkan infeksi saluran kemih complicated.
  • Enterobacter, Staphylococcus epidemidis, enterococci, dan lain – lain (Wijayaningsih, 2013 Hal : 201).

Faktor resiko yang umum pada infeksi saluran kemih adalah :
  • Ketidakmampuan atau kegagalan kandung kemih untuk mengosongkan isinya secara sempurna
  • Penurunan daya tahan tubuh
  • Peralatan yang dipasang pada saluran perkemihan seperti kateter dan prosedur sistoskopi (Suharyanto, 2009. Hal. 369)


3. Klasifikasi

Menurut  Wijayaningsih, (2013 Hal. 201). Jenis infeksi saluran kemih, antara lain :
a. andung kemih (sistitis).
b. retra (uretritis).
c. Prostat (prostatitis).
d. Ginjal (pielonefritis).


4. Patofisiologi

Infeksi saluran kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam traktur urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya ISK, asending dan hematogen. Secara asending menurut Wijayaningsih, (2013 Hal. 202) yaitu :

    a. Masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih, antara lain ; 
faktor anatomi dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek dari pada laki-laki sehingga insiden terjadinya infeksi saluran kemih lebih tinggi, faktor tekanan urine saat miksi, kontaminasi fekal,pemasangan alat ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik, pemakaian kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi.


    b. Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal

Secara hematogen yaitu; sering terjadi pada pasien yang sistem imunnya rendah sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu; adanya bendungan total urine yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat jaringan parut dan lain-lain .

5. Manifestasi klinis

Manifestasi klinis yang terjadi menurut Suharyanto, (2009 Hal. 109). Tanda dan gejala yang berhubungan dengan infeksi saluran kemih bervariasi, seperti dari klien yang ditemukan adanya bakteri dalam urin (bakteriuria) tidak menunjukkan adanya gejala (asimtomatik).

Gejala yang sering ditemukan pada infeksi saluran kemih :
a. Nyeri dan rasa panas ketika berkemih (disuria), polakisuria, dan terdesak ingin berkemih (urgency).
b.  Stranguria (sulit berkemih dan disertai kejang otot pinggang).
c. Tenesmus (rasa nyeri dengan keinginan mengosongkan kandung kemih meskipun telah kosong).
d. Nokturia (kecenderungan sering buang air kecil pada malam hari).
e. Prostatisme (kesulitan memulai berkemih).



5. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksan penunjang yang diperlukan untuk mendiagnosi kasus infeksi saluran kemih menurut Wijayaningsih, (2013 Hal , 203)

a.    Urinalisis
-Leukosuria atau piuria ; merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK. Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB) sediment air kemih.

-Hematuria : hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.


b. Bakteriologis
1)   Mikroskopis.
2)   Biakan bakteri.

c.    Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik.

d.   Hitung koloni; hitung koloni sekitar 100.000 koloni/ML urine dari urine tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai kriteria utama adanya infeksi.

6. Penatalaksanaan

a.       Medis
Menurut Wijayaningsih, (2013 Hal, 204). Penanganan infeksi saluran kemih (ISK) yang ideal adalah agens antibacterial yang secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek minimal terhadap flora fekal dan vagina.

Terapi infeksi saluran kemih (ISK) pada usia lanjut dapat di bedakan atas :
1)   Terapi antibiotika dosis tunggal.
2)   Terapi antibiotika konvensional : 5-14 hari.
3)   Terapi antibiotika jangka lama 4-6 minggu.
4)   Terapi dosis rendah untuk supresi.

Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan risiko kekambuhan infeksi. Jika kekambuhan disebabkan oleh bakteri persisten di awal infeksi, faktor kausatif (misalnya : batu, abses) jika muncul salah satu,  harus segera ditangani. Setelah penanganan dan sterilisasi urine, terapi preventif dosis rendah.

Penggunaan medikasi yang umum mencakup; Sulfisoxazole (gastrisin), trimenthoprim/sulfamethoxazole (TMP/SMZ, bactrim, septra), kadang ampicillin atau amoksisilin digunakan, tetapi E. coli telah konsisten terhadap bakteri ini. Pyridium, suatu analgesic urinarius juga dapat digunakan untuk mengurangi ketidaknyamanan akibat infeksi.

b.      Keperawatan
Jika pasien dirawat dirumah sakit anjurkan untuk mengonsumsi cairan ( 3-4 liter/hari ) kecuali jika di kontra indikasi.
1)   Pantau dan catat asupan dan haluaran
2)   Kaji suhu tubuh setiap 4 jam, berikan agens anti pirentik dan anti biotic seperti yang diresepkan.
3)   Ajarkan tentang tindakan preventik dan cara pengenalan diri dari gejala.
4)   Tekankan tentang tindakan preventik dan cara pengenalan diri dari gejala memenuhi jadwal kunjungan lanjutan. (Semeltzer, 2013. Hal 485).

7. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan infeksi saluran kemih Menurut Grace, (2006, hal. 167) adalah sebagai berikut : Bakteremia dan syok septik, Abses ginjal, perinefrik, dan metastasis, Kerusakan ginjal dan gagal ginjal akut/ kronis, Pielonefritis kronis dan xantogranulomatosa.


Konsep Asuhan Keperawatan Secara Teoritis Infeksi Saluran Kemih

A.      Pengkajian

Menurut Wijayaningsih, (2013, Hal. 205). Pengkajian pada pasien Infeksi Saluran Kemih adalah sebagai berikut :

1. Pemeriksaan fisik : dilakukan secara head to toe dan sistem tubuh.

2. Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko :
a. Adakah riwayat infeksi sebelumnya ?
b. Adakah obstruksi pada saluran kemih?


3. Adanya faktor yang menjadi predisposisi pasien terhadap infeksi nasokomial.
a. Bagaimana dengan pemasangan kateter foley ?
b. Imobilisasi dalam waktu yang lama ?
c. Apakah terjadi inkontinensia urine ?

4. Pengkajian dari manifestasi klinik infeksi saluran kemih (ISK).
a. Bagaimana pola berkemih pasien ? Untuk mendekati faktor predisposisi terjadi infeksi saluran kemih pasien ( dorongan, frekuensi, dan jumlah)
b. Adakah disuria ?
c. Adakah urgensi ?
d. Adakah hesitancy ?
e. Adakah bau urine yang menyengat ?
f. Bagaimana haluaran volume urine, warna (kabu-abuan) dan konsentrasi urine ?
g. Adakah nyeri biasanya suprapubik pada infeksi saluran kemih bagian bawah.
h. Adakah nyeri punggul atau pinggang biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas.
i. Peningkatan suhu tubuh biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas.

5. Pengkajian spikologi pasien.
Bagaimanakah perasaan pasien terhadap hasil tindakan dan pengobatan yang telah di lakukan? Adakah perasaan malu atau takut kekambuhan terhadap penyakitnya.

B.       Diagnosa Keperawatan

Menurut Wijayaningsih, (2013, Hal. 206). Diagnosa keperawatan pada klien Infeksi Saluran Kemih adalah sebagai berikut :

1. Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih dan struktur traktus urinarius lain.

2. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung kemih ataupun struktur traktus urinarius lain.

3. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.

C.      Intervensi

Menurut Wijayaningsih, (2013, Hal. 206). Intevensi keperawatan yang dapat dirumuskan pada klien Infeksi Saluran Kemih adalah sebagai berikut :

Tabel : 3.1. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Intervensi
Rasional
Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih dan struktur traktus urinarius lain.




1.    Pantau haluaran urin terhadap perubahan warna,bau dan pola berkemih, masukkan dan haluaran setiap 8 jam dan pantau hasil urinalisis ulang.
2.    Catat lokasi lamanya intensitas skala (1-10) penyebaran nyeri.

3.    Berikan tindakan nyaman, seperti pijatan punggul, lingkungan, istirahat.
4.    Bantu atau dorong penggunaan nafas berfokus.

5.    Berikan perawatan perineal.
6.    Jika pasang kateter indewelling, berikan perawatan kateter 2 kali per hari.

7.    Kolaborasi : - Konsul dokter bila : Sebelumnya kuning gading urine kuning, jingga gelap, berkabut atau keruh. Pla berkemih berubah, sering berkemih jumlah sedikit, perasaan ingin kencing, menetes setelah berkemih. Nyeri menetap atau bertambah sakit.
8.    Berikan antibiotic, buat berbagai variasi sediaan minum, termasuk air segar, pemberian sampai 2400ml/hari.
1.      Untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang di harapkan.



2.     Membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan penyebab nyeri.
3.     Meningkat relaksasi, menurunkan tenganan otot.

4.     Membantu mengarahkan kembali perhatian dan untuk relaksasi otot.
5.     Untuk mencegah kontaminasi uretra.
6.     Kateter memberikan jalan bakteri untuk memasuki kandung kemih dan naik ke saluran perkemihan.
7.     Temuan-temuan ini dapat memberikan tanda kerusakan jaringan lanjut dan perlu pemeriksaan luar.







8.     Akibat dari haluan urine memudahkan berkemih sering dan membentuk membilas saluran berkemih.

Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung kemih ataupun struktur traktus urinarius lain.

1.    Awasi pemasukan dan pengeluaran karakteristik urine.
2.    dorong pemasukan cairan.
3.    kaji keluhan kandung kemih penuh.


4.    observasi perubahan status mental : perilaku atau tingkat kesadaran.


5.    awasi pemeriksaan laboratorium ; elektrolit, BUN, kreatinin.

1.    Memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi.
2.    Peningkatan hidrasi membilas bakteri.
3.    Retensi urine dapat terjadi menyebabkan distensi jaringan (kandung kemih/ginjal).
4.    akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolit dapat menjadi toksik pada susunan saraf pusat.
5.    pengawasan terhadap disfungsi ginjal.
Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.

1.    Kaji ulang proses penyakit dan harapan



2.    Berikan informasi tentang : sumber infeksi, tindakan untuk mencegah penyebaran, jelaskan pemberian anti biotik.


3.    Pastikan pasien atau orang terdekat telah menulis perjanjian untuk perawatan lanjut dan instruksi tertulis untuk perawatan sesudah pemeriksaan.
4.    Instruksi pasien untuk menggunakan obat yang diberikan, minum sebanyak kurang lebih delapan gelas per hari khususnya sari buah berry.





5.    Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan perasaan dan masalah tentang rencana pengobatan.

1.    Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi.
2.    Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana tarapetik.
3.    instruksi verbal dapat dengan mudah dilupakan.




4.    pasien sering menghentikan obat mereka, jika tanda-tanda  penyakit mereda, cairan menolong membilas ginjal dan asam piruvat dari sari buah berry membantu mempertahankan keadaan asam urine dan mencegah pertumbuhan bakteri.
5.    Untuk mendeteksi isyarat indikatif kemungkinan ketidak patuhan dan membantu mengembangkan penerimaan rencana tarapeutik.


D.      Implementasi

Menurut Asmadi, (2008, hal. 177) Implementasi adalah tahap perawat mengaplikasikan rencana asuhan keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kemampuan yang harus dimiliki perawat pada tahap implementasi adalah kemampuan komunikasi yang efektif, kemampuan untuk menciptakan hubungan saling percaya dan saling bantu, kemampuan melakukan teknik psikomotor, kemampuan melakukan observasi sistematis, kemampuan memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan advokasi, dan kemampuan evaluasi.

Implementasi tindakan keperawatan dibedakan menjadi 3 katagori, yaitu independent, interdependent, dan dependen.

1. Independent, yaitu suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dari dokter atau tenaga kesehatan lainnya. Lingkup tindakan keperawatan independen, antara lain :

a. Mengkaji klien atau keluarga melalui riwayat keperawatan dan pemeriksaan fisik untuk mengetahui status kesehatan klien.

b. Merumuskan diagnosis keperawatan sesuai respons klien yang memerlukan intervensi keperawatan.

c. Mengidentifikasi tindakan keperawatan untuk mempertahankan atau memulihkan kesehatan klien.

d. Mengevaluasi respons klien terhadap tindakan keperawatan dan medis.

2. Interdependent, yaitu suatu kegiatan yang memerlukan kerja sama dar tenaga kesehatan lain (misalnya : ahli gizi, fisioterapi, dan dokter).


3. Dependen, berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan medis/intruksi dari tenaga medis.

E.       Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Dalam melakukan evaluasi perawat harusnya memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam memahami respons terhadap intervensi keperawatan, kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil (Hidayat, 2008, hal; 124).


DAFTAR PUSTAKA ISK (INFEKSI SALURAN KEMIH)

Asmadi .(2008). Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta : EGC

Depkes Ri. (2014). Wasdapa Infeksi Saluran Kemih. http://www.depkes.go.id/ index.php? wasada+infeksi+saluran+kemih&act/. Diakses tanggal 02 Maret 2016.


Grace, P.A & Borley, N.R. (2006). At a Glance Ilmu Bedah. Edisi ke Tiga. Jakarta : Erlangga.
Hidayat, A, A,. (2008). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, edisi kedua. Jakarta : salemba medika.


Mukhlis,A. (2014). Anatomi Fisiologi Ginjal. https://www.tanyadok.com.com/wp-content/uploads/2015/01/nephron_structure.jpg. Di akses Pada Tanggal 28 Januari 2016


Purnomo, B. Basuki. (2009). Dasar Dasar Urologi. Malang : Universitas Brawijaya

Safitri. N. (2013). Infeksi Saluran Kemih. Http://www.alodokter.com/infeksi-saluran-kemih/gejala. Diakses tanggal 03 maret 2016


Saputra, R. (2013). Mengenal Anatomi dan Fisiologi Ginjal . Http:image.slidesharecdn. com/perkemihan /anatomi-dan-fisiologi. Di akses Pada Tanggal 28 Januari 2016

Sochilin,S. (2013). Waspada Infeksi Saluran Kemih. Di akses dari http://www.femina.co.id/isu.wanita/kesehatan/waspada.infeksi.saluran.kemih/005/005/68. Di akses Pada Tanggal 20 Januari 2016

Smeltzer, S.C. (2014). Keperawatan Medikal Bedah, Brunner & Suddarth. Edisi ke 12. Jakarta : EGC

Suharyanto, T., & Madjid, A. (2009) Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta : CV. Trans Info Media

Suranto, (2015). Kesehatan Merupakan Kebutuhan yang Harus Mendapat Perhatian Serius. http://www.kabarcianjur.com/2015/10/suranto-kesehatan-merupakan-kebutuhan.html. diakses tanggal 29 Februari 2016.

Tarwoto, Aryani, R. Wartonah. (2009). Anatomi dan Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Cetakan pertama. Jakarta : Trans Info Media.

Tjokronegoro. (2004). Buku Ajar: Ilmu Pen.yakit Dalam Jilid II, Edisi: Ketiga. Jakarta: Balai penerbit FKUI.

Wijayaningsih, K, S.(2013). Standar Asuhan Keperawatan. Jakarta : CV. Trans Info Media



Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "ASKEP ISK"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel