ASKEP ISK
3:50:00 AM
Add Comment
Askep ISK /infeksi saluran kemih adalah salah satu meteri keperawatan
medikal bedah tentang sistem urologi, saat anda menempuh mata kuliah KMB degan
di jurusan keperawatan maka anda akan berhadapan langsung dengan yang namanya
Askep ISK, dan anda pasti akan tau bagaimana gambaran menyusun suatu asuhan
keperawatan secara teoritis dan selanjutnya saat anda praktik di RS maka anda
akan bertemu juga dengan askep infeksi saluran kemih Serta membuat laporan kasusnya.
Askep ISK yang baik dan lengkap dengan sumber pustakanya adalah sebagai
berikut :
A. Konsep Askep ISK (Infeksi Saluran Kemih)
1. Pengertian
Infeksi saluran kemih adalah berkembang biaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal tidak mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme lain, tempat yang sering mengalami infeksi saluran kemih adalah kandung kemih (sistisis), uretra (uretritis), dan ginjal (pielonefritis) (Suharyanto, T, 2009, Hal : 109 ).
Infeksi saluran kemih (ISK) atau Urinarius Tractus
Infection (UTI) adalah suatu keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran
kemih (Wijayaningsih, 2013, Hal : 200).
Infeksi saluran kemih adalah istilah umum yang dipakai
untuk menyatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih (Tjokronegoro,
2004, Hal: 369).
2. Etiologi
Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan infeksi
saluran kemih, antara lain :
- Escherichia Coli : 90% penyebab infeksi saluran kemih uncomplicated (simple).
- Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebabkan infeksi saluran kemih complicated.
- Enterobacter, Staphylococcus epidemidis, enterococci, dan lain – lain (Wijayaningsih, 2013 Hal : 201).
Faktor resiko yang umum pada infeksi saluran kemih adalah :
- Ketidakmampuan atau kegagalan kandung kemih untuk mengosongkan isinya secara sempurna
- Penurunan daya tahan tubuh
- Peralatan yang dipasang pada saluran perkemihan seperti kateter dan prosedur sistoskopi (Suharyanto, 2009. Hal. 369)
3. Klasifikasi
Menurut Wijayaningsih,
(2013 Hal. 201). Jenis infeksi saluran kemih, antara lain :
a. andung kemih (sistitis).
b. retra (uretritis).
c. Prostat (prostatitis).
d. Ginjal (pielonefritis).
4. Patofisiologi
a. Masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih, antara lain ;
faktor anatomi dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek dari pada laki-laki sehingga insiden terjadinya infeksi saluran kemih lebih tinggi, faktor tekanan urine saat miksi, kontaminasi fekal,pemasangan alat ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik, pemakaian kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi.
b. Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal
Secara hematogen yaitu; sering terjadi pada pasien yang sistem imunnya rendah sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu; adanya bendungan total urine yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat jaringan parut dan lain-lain .
Menurut Wijayaningsih, (2013, Hal. 205). Pengkajian pada pasien Infeksi Saluran Kemih adalah sebagai berikut :
1. Pemeriksaan fisik : dilakukan secara head to toe dan sistem tubuh.
2. Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko :
a. Adakah riwayat infeksi sebelumnya ?
b. Adakah obstruksi pada saluran kemih?
3. Adanya faktor yang menjadi predisposisi pasien terhadap infeksi nasokomial.
a. Bagaimana dengan pemasangan kateter foley ?
b. Imobilisasi dalam waktu yang lama ?
c. Apakah terjadi inkontinensia urine ?
4. Pengkajian dari manifestasi klinik infeksi saluran kemih (ISK).
a. Bagaimana pola berkemih pasien ? Untuk mendekati faktor predisposisi terjadi infeksi saluran kemih pasien ( dorongan, frekuensi, dan jumlah)
b. Adakah disuria ?
c. Adakah urgensi ?
d. Adakah hesitancy ?
e. Adakah bau urine yang menyengat ?
f. Bagaimana haluaran volume urine, warna (kabu-abuan) dan konsentrasi urine ?
g. Adakah nyeri biasanya suprapubik pada infeksi saluran kemih bagian bawah.
h. Adakah nyeri punggul atau pinggang biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas.
i. Peningkatan suhu tubuh biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas.
5. Pengkajian spikologi pasien.
Bagaimanakah perasaan pasien terhadap hasil tindakan dan pengobatan yang telah di lakukan? Adakah perasaan malu atau takut kekambuhan terhadap penyakitnya.
Menurut Wijayaningsih, (2013, Hal. 206). Diagnosa keperawatan pada klien Infeksi Saluran Kemih adalah sebagai berikut :
a. Mengkaji klien atau keluarga melalui riwayat keperawatan dan pemeriksaan fisik untuk mengetahui status kesehatan klien.
b. Merumuskan diagnosis keperawatan sesuai respons klien yang memerlukan intervensi keperawatan.
c. Mengidentifikasi tindakan keperawatan untuk mempertahankan atau memulihkan kesehatan klien.
d. Mengevaluasi respons klien terhadap tindakan keperawatan dan medis.
2. Interdependent, yaitu suatu kegiatan yang memerlukan kerja sama dar tenaga kesehatan lain (misalnya : ahli gizi, fisioterapi, dan dokter).
3. Dependen, berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan medis/intruksi dari tenaga medis.
Asmadi .(2008). Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta : EGC
Depkes Ri. (2014). Wasdapa Infeksi Saluran Kemih. http://www.depkes.go.id/ index.php? wasada+infeksi+saluran+kemih&act/. Diakses tanggal 02 Maret 2016.
Grace, P.A & Borley, N.R. (2006). At a Glance Ilmu Bedah. Edisi ke Tiga. Jakarta : Erlangga.
Hidayat, A, A,. (2008). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, edisi kedua. Jakarta : salemba medika.
Mukhlis,A. (2014). Anatomi Fisiologi Ginjal. https://www.tanyadok.com.com/wp-content/uploads/2015/01/nephron_structure.jpg. Di akses Pada Tanggal 28 Januari 2016
Purnomo, B. Basuki. (2009). Dasar Dasar Urologi. Malang : Universitas Brawijaya
Safitri. N. (2013). Infeksi Saluran Kemih. Http://www.alodokter.com/infeksi-saluran-kemih/gejala. Diakses tanggal 03 maret 2016
Saputra, R. (2013). Mengenal Anatomi dan Fisiologi Ginjal . Http:image.slidesharecdn. com/perkemihan /anatomi-dan-fisiologi. Di akses Pada Tanggal 28 Januari 2016
Sochilin,S. (2013). Waspada Infeksi Saluran Kemih. Di akses dari http://www.femina.co.id/isu.wanita/kesehatan/waspada.infeksi.saluran.kemih/005/005/68. Di akses Pada Tanggal 20 Januari 2016
Smeltzer, S.C. (2014). Keperawatan Medikal Bedah, Brunner & Suddarth. Edisi ke 12. Jakarta : EGC
Suharyanto, T., & Madjid, A. (2009) Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta : CV. Trans Info Media
Suranto, (2015). Kesehatan Merupakan Kebutuhan yang Harus Mendapat Perhatian Serius. http://www.kabarcianjur.com/2015/10/suranto-kesehatan-merupakan-kebutuhan.html. diakses tanggal 29 Februari 2016.
Tarwoto, Aryani, R. Wartonah. (2009). Anatomi dan Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Cetakan pertama. Jakarta : Trans Info Media.
Tjokronegoro. (2004). Buku Ajar: Ilmu Pen.yakit Dalam Jilid II, Edisi: Ketiga. Jakarta: Balai penerbit FKUI.
Wijayaningsih, K, S.(2013). Standar Asuhan Keperawatan. Jakarta : CV. Trans Info Media
b. Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal
Secara hematogen yaitu; sering terjadi pada pasien yang sistem imunnya rendah sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu; adanya bendungan total urine yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat jaringan parut dan lain-lain .
5. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis yang terjadi menurut Suharyanto, (2009 Hal. 109). Tanda dan gejala yang berhubungan dengan infeksi saluran kemih bervariasi, seperti dari klien yang ditemukan adanya bakteri dalam urin (bakteriuria) tidak menunjukkan adanya gejala (asimtomatik).
Gejala yang sering ditemukan pada infeksi saluran kemih :
a. Nyeri dan rasa panas ketika berkemih (disuria),
polakisuria, dan terdesak ingin berkemih (urgency).
b. Stranguria (sulit berkemih dan disertai kejang otot
pinggang).
c. Tenesmus (rasa nyeri dengan keinginan mengosongkan
kandung kemih meskipun telah kosong).
d. Nokturia (kecenderungan sering buang air kecil pada malam
hari).
e. Prostatisme (kesulitan memulai berkemih).
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksan penunjang yang diperlukan untuk mendiagnosi
kasus infeksi saluran kemih menurut Wijayaningsih, (2013 Hal , 203)
a. Urinalisis
-Leukosuria atau
piuria ; merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK. Leukosuria positif
bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB) sediment air
kemih.
-Hematuria :
hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air kemih.
Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan
glomerulus ataupun urolitiasis.
b. Bakteriologis
1) Mikroskopis.
2) Biakan bakteri.
c. Kultur urine untuk
mengidentifikasi adanya organisme spesifik.
d. Hitung koloni;
hitung koloni sekitar 100.000 koloni/ML urine dari urine tampung aliran tengah
atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai kriteria utama adanya
infeksi.
6. Penatalaksanaan
a. Medis
Menurut Wijayaningsih, (2013 Hal, 204). Penanganan
infeksi saluran kemih (ISK) yang ideal adalah agens antibacterial yang secara efektif
menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek minimal terhadap flora
fekal dan vagina.
Terapi infeksi saluran kemih (ISK) pada usia lanjut dapat
di bedakan atas :
1)
Terapi antibiotika dosis
tunggal.
2)
Terapi antibiotika konvensional
: 5-14 hari.
3)
Terapi antibiotika jangka lama
4-6 minggu.
4)
Terapi dosis rendah untuk
supresi.
Pemakaian
antimicrobial jangka panjang menurunkan risiko kekambuhan infeksi. Jika
kekambuhan disebabkan oleh bakteri persisten di awal infeksi, faktor kausatif
(misalnya : batu, abses) jika muncul salah satu, harus segera ditangani. Setelah penanganan
dan sterilisasi urine, terapi preventif dosis rendah.
Penggunaan medikasi yang umum
mencakup; Sulfisoxazole (gastrisin), trimenthoprim/sulfamethoxazole
(TMP/SMZ, bactrim, septra), kadang ampicillin atau amoksisilin digunakan, tetapi
E. coli telah konsisten terhadap bakteri ini. Pyridium, suatu analgesic
urinarius juga dapat digunakan untuk mengurangi ketidaknyamanan akibat infeksi.
b. Keperawatan
Jika pasien dirawat dirumah sakit anjurkan untuk
mengonsumsi cairan ( 3-4 liter/hari ) kecuali jika di kontra indikasi.
1)
Pantau dan catat asupan dan haluaran
2)
Kaji suhu tubuh setiap 4 jam, berikan agens anti
pirentik dan anti biotic seperti yang diresepkan.
3)
Ajarkan tentang tindakan preventik dan cara
pengenalan diri dari gejala.
4)
Tekankan tentang tindakan preventik dan cara pengenalan
diri dari gejala memenuhi jadwal kunjungan lanjutan. (Semeltzer, 2013. Hal 485).
7. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi
pada pasien dengan infeksi saluran kemih Menurut Grace, (2006, hal. 167) adalah sebagai
berikut : Bakteremia dan syok
septik, Abses ginjal,
perinefrik, dan metastasis, Kerusakan
ginjal dan gagal ginjal akut/ kronis, Pielonefritis
kronis dan xantogranulomatosa.
Konsep Asuhan Keperawatan Secara Teoritis Infeksi Saluran Kemih
A. Pengkajian
1. Pemeriksaan fisik : dilakukan secara head to toe dan sistem tubuh.
2. Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko :
a. Adakah riwayat infeksi sebelumnya ?
b. Adakah obstruksi pada saluran kemih?
3. Adanya faktor yang menjadi predisposisi pasien terhadap infeksi nasokomial.
a. Bagaimana dengan pemasangan kateter foley ?
b. Imobilisasi dalam waktu yang lama ?
c. Apakah terjadi inkontinensia urine ?
4. Pengkajian dari manifestasi klinik infeksi saluran kemih (ISK).
a. Bagaimana pola berkemih pasien ? Untuk mendekati faktor predisposisi terjadi infeksi saluran kemih pasien ( dorongan, frekuensi, dan jumlah)
b. Adakah disuria ?
c. Adakah urgensi ?
d. Adakah hesitancy ?
e. Adakah bau urine yang menyengat ?
f. Bagaimana haluaran volume urine, warna (kabu-abuan) dan konsentrasi urine ?
g. Adakah nyeri biasanya suprapubik pada infeksi saluran kemih bagian bawah.
h. Adakah nyeri punggul atau pinggang biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas.
i. Peningkatan suhu tubuh biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas.
5. Pengkajian spikologi pasien.
Bagaimanakah perasaan pasien terhadap hasil tindakan dan pengobatan yang telah di lakukan? Adakah perasaan malu atau takut kekambuhan terhadap penyakitnya.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri
dan ketidaknyamanan berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung
kemih dan struktur traktus urinarius lain.
2. Perubahan
pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung kemih ataupun
struktur traktus urinarius lain.
3. Kurangnya
pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan
kurangnya sumber informasi.
Menurut Wijayaningsih, (2013, Hal. 206). Intevensi keperawatan yang dapat dirumuskan pada klien Infeksi Saluran Kemih adalah sebagai berikut :
C. Intervensi
Tabel : 3.1.
Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
|
Intervensi
|
Rasional
|
Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan inflamasi dan infeksi
uretra, kandung kemih dan struktur traktus urinarius lain.
|
1. Pantau haluaran urin terhadap perubahan
warna,bau dan pola berkemih, masukkan dan haluaran setiap 8 jam dan pantau
hasil urinalisis ulang.
2. Catat lokasi lamanya intensitas skala
(1-10) penyebaran nyeri.
3. Berikan tindakan nyaman, seperti pijatan
punggul, lingkungan, istirahat.
4. Bantu atau dorong penggunaan nafas
berfokus.
5. Berikan perawatan perineal.
6. Jika pasang kateter indewelling, berikan
perawatan kateter 2 kali per hari.
7. Kolaborasi : - Konsul dokter bila :
Sebelumnya kuning gading urine kuning, jingga gelap, berkabut atau keruh. Pla
berkemih berubah, sering berkemih jumlah sedikit, perasaan ingin kencing,
menetes setelah berkemih. Nyeri menetap atau bertambah sakit.
8. Berikan antibiotic, buat berbagai variasi
sediaan minum, termasuk air segar, pemberian sampai 2400ml/hari.
|
1. Untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan
atau penyimpangan dari hasil yang di harapkan.
2. Membantu mengevaluasi tempat obstruksi
dan penyebab nyeri.
3. Meningkat relaksasi, menurunkan tenganan
otot.
4. Membantu mengarahkan kembali perhatian
dan untuk relaksasi otot.
5. Untuk mencegah kontaminasi uretra.
6. Kateter memberikan jalan bakteri untuk
memasuki kandung kemih dan naik ke saluran perkemihan.
7. Temuan-temuan ini dapat memberikan tanda
kerusakan jaringan lanjut dan perlu pemeriksaan luar.
8. Akibat dari haluan urine memudahkan
berkemih sering dan membentuk membilas saluran berkemih.
|
Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada
kandung kemih ataupun struktur traktus urinarius lain.
|
1. Awasi pemasukan dan pengeluaran
karakteristik urine.
2. dorong pemasukan cairan.
3. kaji keluhan kandung kemih penuh.
4. observasi perubahan status mental :
perilaku atau tingkat kesadaran.
5. awasi pemeriksaan laboratorium ;
elektrolit, BUN, kreatinin.
|
1. Memberikan informasi tentang fungsi
ginjal dan adanya komplikasi.
2. Peningkatan hidrasi membilas bakteri.
3. Retensi urine dapat terjadi menyebabkan
distensi jaringan (kandung kemih/ginjal).
4. akumulasi sisa uremik dan
ketidakseimbangan elektrolit dapat menjadi toksik pada susunan saraf pusat.
5. pengawasan terhadap disfungsi ginjal.
|
Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.
|
1. Kaji ulang proses penyakit dan harapan
2. Berikan informasi tentang : sumber
infeksi, tindakan untuk mencegah penyebaran, jelaskan pemberian anti biotik.
3. Pastikan pasien atau orang terdekat telah
menulis perjanjian untuk perawatan lanjut dan instruksi tertulis untuk
perawatan sesudah pemeriksaan.
4. Instruksi pasien untuk menggunakan obat
yang diberikan, minum sebanyak kurang lebih delapan gelas per hari khususnya
sari buah berry.
5. Berikan kesempatan kepada pasien untuk
mengekspresikan perasaan dan masalah tentang rencana pengobatan.
|
1. Memberikan pengetahuan dasar dimana
pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi.
2. Pengetahuan apa yang diharapkan dapat
mengurangi ansietas dan membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap
rencana tarapetik.
3. instruksi verbal dapat dengan mudah
dilupakan.
4. pasien sering menghentikan obat mereka,
jika tanda-tanda penyakit mereda,
cairan menolong membilas ginjal dan asam piruvat dari sari buah berry
membantu mempertahankan keadaan asam urine dan mencegah pertumbuhan bakteri.
5. Untuk mendeteksi isyarat indikatif
kemungkinan ketidak patuhan dan membantu mengembangkan penerimaan rencana
tarapeutik.
|
D. Implementasi
Menurut Asmadi, (2008, hal. 177) Implementasi adalah tahap perawat mengaplikasikan rencana asuhan keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kemampuan yang harus dimiliki perawat pada tahap implementasi adalah kemampuan komunikasi yang efektif, kemampuan untuk menciptakan hubungan saling percaya dan saling bantu, kemampuan melakukan teknik psikomotor, kemampuan melakukan observasi sistematis, kemampuan memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan advokasi, dan kemampuan evaluasi.
Implementasi
tindakan keperawatan dibedakan menjadi 3 katagori, yaitu independent,
interdependent, dan dependen.
1. Independent,
yaitu suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dari dokter
atau tenaga kesehatan lainnya. Lingkup tindakan keperawatan independen, antara
lain :
b. Merumuskan diagnosis keperawatan sesuai respons klien yang memerlukan intervensi keperawatan.
c. Mengidentifikasi tindakan keperawatan untuk mempertahankan atau memulihkan kesehatan klien.
d. Mengevaluasi respons klien terhadap tindakan keperawatan dan medis.
2. Interdependent, yaitu suatu kegiatan yang memerlukan kerja sama dar tenaga kesehatan lain (misalnya : ahli gizi, fisioterapi, dan dokter).
3. Dependen, berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan medis/intruksi dari tenaga medis.
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Dalam melakukan evaluasi perawat harusnya memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam memahami respons terhadap intervensi keperawatan, kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil (Hidayat, 2008, hal; 124).
DAFTAR PUSTAKA ISK (INFEKSI SALURAN KEMIH)
Asmadi .(2008). Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta : EGC
Depkes Ri. (2014). Wasdapa Infeksi Saluran Kemih. http://www.depkes.go.id/ index.php? wasada+infeksi+saluran+kemih&act/. Diakses tanggal 02 Maret 2016.
Grace, P.A & Borley, N.R. (2006). At a Glance Ilmu Bedah. Edisi ke Tiga. Jakarta : Erlangga.
Hidayat, A, A,. (2008). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, edisi kedua. Jakarta : salemba medika.
Mukhlis,A. (2014). Anatomi Fisiologi Ginjal. https://www.tanyadok.com.com/wp-content/uploads/2015/01/nephron_structure.jpg. Di akses Pada Tanggal 28 Januari 2016
Purnomo, B. Basuki. (2009). Dasar Dasar Urologi. Malang : Universitas Brawijaya
Safitri. N. (2013). Infeksi Saluran Kemih. Http://www.alodokter.com/infeksi-saluran-kemih/gejala. Diakses tanggal 03 maret 2016
Saputra, R. (2013). Mengenal Anatomi dan Fisiologi Ginjal . Http:image.slidesharecdn. com/perkemihan /anatomi-dan-fisiologi. Di akses Pada Tanggal 28 Januari 2016
Sochilin,S. (2013). Waspada Infeksi Saluran Kemih. Di akses dari http://www.femina.co.id/isu.wanita/kesehatan/waspada.infeksi.saluran.kemih/005/005/68. Di akses Pada Tanggal 20 Januari 2016
Smeltzer, S.C. (2014). Keperawatan Medikal Bedah, Brunner & Suddarth. Edisi ke 12. Jakarta : EGC
Suharyanto, T., & Madjid, A. (2009) Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta : CV. Trans Info Media
Suranto, (2015). Kesehatan Merupakan Kebutuhan yang Harus Mendapat Perhatian Serius. http://www.kabarcianjur.com/2015/10/suranto-kesehatan-merupakan-kebutuhan.html. diakses tanggal 29 Februari 2016.
Tarwoto, Aryani, R. Wartonah. (2009). Anatomi dan Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Cetakan pertama. Jakarta : Trans Info Media.
Tjokronegoro. (2004). Buku Ajar: Ilmu Pen.yakit Dalam Jilid II, Edisi: Ketiga. Jakarta: Balai penerbit FKUI.
Wijayaningsih, K, S.(2013). Standar Asuhan Keperawatan. Jakarta : CV. Trans Info Media
0 Response to "ASKEP ISK"
Post a Comment