ASKEP ANAK BBLR
9:27:00 AM
Add Comment
BAB
II
TINJAUAN
TEORITIS BBLR
A. Anatomi dan Fisiologi
Sistem penceraan
merupakan saluran panjang (kurang lebih 9 meter ) yang terlibat dalam proses
mencerna makanan, mulai dari mulut sampai dengan anus. Saluran ini akan
menerima makanan dari luar tubuh dan mempersiapkannya untuk diserap serta bercampur dengan enzim dan zat
cair melalui proses pencernaan, baik dengan cara pengunyahan, menelan dan
mencampur menjadi zat-zat gizi dan energy (Tarwoto, 2009, hal. 263).
1.
Anatomi
sistem Pencernaan
Menurut Tarwoto, (2009, hal. 263). Saluran pencernaan dilapisi oleh 4
lapisan (tunika) yaitu tunika mukosa,
tunika submujkosa, tunika muskulus sirkuler eksterna dan tunika serosa
adventia. Tunika mukosa merupakan lapisan terdalam yang terdir
dari lipatan-lipatan yang membentuk tonjolan (disebut dengan vili). Terbentuk
dari epitel berlapis gepeng bertingkat yang berlanjut ke faring bagian atas,
dalam keadaan normal bersifat alkali dan tidak tahan terhadap isi lambung yang
sangat asam.
Tunika submukosa terletak diantara lapisan mukosa dan muskularis, terdapat
serat elastin, pembuluh darah, saraf dan sel ganglion. Mengandung sel-sel
sekretoris yang menghasilkan mucus yang dapat mempermudah jalannya makanan
sewaktu menelan dan mellindungi mukosa dari cedera akibat zat kimia. Tunika
muskulus sirkuler eksterna merupakan obat bagian yang memungkinkan organ
pencernaan dapat melakukan pergerakan atau kontraksi. Sedangkan tunika serosa
adventia terdiri dari jaringan ikat.
a.
Mulut
Mulut merupakan jalan
masuk yang dilalui makanan pertama kali untuk sistem pencernaan. Rongga mulut
dilengkapi dengan alat pencernaan (gigi dan lidah) serta kelenjar pencernaan
untuk membantu pencernaan makanan, secara umum, mulut terdiri dari 2 bagian atas
bagian luar (vestibula) yaitu
ruang diantara gusi, gigi, bibir dan pipi dan rongga mulut bagian dalam
yaitu rongga yang dibatasi sisinya oleh tulang maksilaris, palatum dan
mandibularis di sebelah belakang bersambung dengan faring. Palatum terdiri atas palatum durum (palatum keras) yang tersusun atas tajuk-tajuk
palatum dari sebelah depan tulang maksilaris dan palatum mole (palatum lunak) terletak dibelakang yang merupakan
lipatan menggantung yang dapat bergerak, terdiri dari jaringan fibrosa dan
selaput lendir.
Mulut
mempunyai fungsi sebagai pemecah makanan menjadi zat-zat gizi, sekresi mulut
berfungsi untuk meningkatkan pencernaan zat tepung, mengatur pemasukan cairan,
mrerangsang nafs makan dengan cara melarutkan bahan makanan sehingga kontak
bintik-bintik rasa dilidah dan melicinkan makanan sehingga mudah ditelan
(Suratun, 2010: 3).
b.
Faring
Faring merupakan organ
yang menghubungkan rongga mulut dengan esophagus. Di dalam lengkung faring
terdapat tonsil (amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung
limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi. Di sini juga terletak
persimpangan antara jalan nafas dan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut,
di depan ruas tulang belakang. Ke atas
bagian depan berhubungan dengan rongga mulut dengan perantara lubang yang
disebut ismus fausium.
Didalam faring terdapat sfingter Pharingoesofageal yang Berfungsi
mencegah makanan dari esofagus masuk kedalam faring. Tonsil yang terdapat
didalam lengkung faring berfungsi untuk pertahanan terhadap infeksi (Suratun,
2010: 3).
c.
Esofagus
Merupakan bagian
saluran pencernaan sepanjang ±25 cm dan diameter 2cm. Esofagus berbentuk
seperti tabung berotot yang menghubugkan rongga mulut dengan lambung dengan
bagian posterior berbatasan dengan bagian posterior berbatasan dengan faring
setinggi cartilage cricoidea dan sebelah anterior berbatasan dengan corpus
vertebrae. Ketika seseorang menelan, maka spingter akan relaksasi secara
otomatis dan akan membiarkan makanan atau minuman masuk ke dalam lambung.
Fungsi esophagus adalah menyalurkan makanan ke lamung. Agar makanan dpat
berjalan sepanjang esophagus, terdapat gerakan peristaltik sehingga
makanan dapat berjalan menuju lambung.
Fungsi esofagus adalah
menyalurkan makanan ke lamung. Agar makanan dpat berjalan sepanjang esophagus,
terdapat gerakan peristaltik sehingga makanan dapat ber-jalan menuju
lambung.
d.
Lambung
Lambung merupakan organ
pencernan yang paling fleksibel karena dapat menampung makanan sebanyak 1-2
liter. Bentuknya seperti huruf J atau
kubah dan terletak di kuaran kiri bawah abdomen. Lambung merupakan kelanjutan
dari esophagus bagian superior dan bersambung dengan usus kecil bagian
duodenum. Fungsi utama dari lambung adalah menyimpan makanan yang sudah
bercampur dengan cairan yang dihasilkan lambung (getah lambung).
Fungsi utama dari
lambung adalah menyimpan makanan yang sudah bercampur dengan cairan yang
dihasilkan lambung (getah lambung).
e.
Usus halus
Usus halus merupakan
kelanjutan dari lambung yang terletak di antara spingter pylorus lambung dengan
valve ileosekal yang merupakan bagian awal usus besar, posisinya terletak d
sentral bawah abdomen yang disuport dengan lapisan mesenterika (berbentuk
seperti kipas) yang memungkinkan usus halus ini mengalami perubahan bentuk
(seperti berkelok-kelok). Mesenterika ini dilpaisi pembuluh darah, persyarafan
dan saluran limfe yang mensuplai kebutuhan dinding usus.
Usus halus memiliki
saluran paling panjang dari saluran pencernaan dengan panjang sekitar 3 meter
dengan lebar 2,5 cm, walaupun tiap orang memiliki ukuran yang berbeda-beda.
Usus halus sering disebut dengan usus kecil karena ukuran diameternya lebih
kecil jika dibandingkan dengan usus besar. Usus halus ini terbagi menjadi 3
bagian yaitu duodenum (± 25 cm), jejunum (± 2,5 m), serta ileum (± 3,6 m).
Fungsi usus halus menerima sekresi hati dan pangkreas, mengabsorbsi sari
pati makanan dan menyalurkan sisa hasil metabolisme ke usus besar. Fungsi dari garam empedu dalam usus halus adalah Emulsikan
lemak, garam empedu mengemulsi globules lemak besar dalam usus halus g kemudian
dijadikan globules lemak lebih kecil dan area permukaan yang lebih luas untuk
kerja enzim. Absorbsi lemak, garam empedu juga membantu mengabsorbsi
zat terlarut lemak dengan cara memfasilitasi jalurnya menembus membran sel. Pengeluaran
kolesterol dari tubuh, garam empedu berikatan dengan kolesterol dan lesitin
untuk membentuk agregasi kecil yang disebut micelle yang akan dibuang melalui
feses.
f.
Usus besar
Kolon merupakan usus
yang memiliki diameter lebih besar dari usus halus, memiliki panjang 1,5 meter, dan
berbentuk seperti huruf U terbalik. Usus besar terbagi menjadi 3 daerah, yaitu
: kolon asenden, kolon transversum, dan kolon desenden.
Fungsi usus besar antara lain adalah Menyerap air selama
prose pencernaan. Tempat dihasilkannya
vitamin K, dan vitamin H (Biotin) sebagai hasil simbiosis dengan bakteri usus,
misalnya E.coli. Membentuk massa
feses. Mendorong sisa makanan
hasil pencernaan (feses) keluar dari tubuh.
g. Rektum
Rektum merupakan lubang
tempat pembuangan feses sebelum dibuang lewat anus feses akan ditampung
terlebih dahulu pada bagian rektum. Apabila fese sudah siap di buang maka otot
spinkter rektum mengatur pembukaan dan penutupan anus (Tarwoto, 2009, hal.
263).
Fungsi dari rektum
untuk menampung feses terlebih dahulu pada bagian rektum, apabila feses sudah
siap dibuang maka oto spinkter rektum mengatur pembukaan dan penutupan anus.
B. Konsep Kasus BBLR
1.
Pengertian
Menurut Maryunani
(2013, hal. 24) Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang
berat badannya saat kelahiran kurang dari 2.500 gram sampai dengan 2.499 Gram).
Sementara menurut
Triana, Dkk (2015, Hal. 202), BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan
kurang dari 2.500 gram tanpa memandang masa kehamilan.
Manuaba, et al (2007,
Hal 421) juga meyatakan bahwa Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR)
adalah bila badannya kurang dari 2.500 gram.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka penulis
menyimpulkan bahwa Bayi dengan berat badan lahir rendah adalah bayi (neonatus)
yang lahir dengan berat badan lahir kurang dari 2.500 gram.
2.
Etiologi
Menurut Maryunani
(2013, hal 32) Berat badan lahir rendah (BBLR) bisa disebabkan oleh prematurias
dan Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT), atau
keduanya. Dua kelompok utama BBLR ini memiliki masalah yang berbeda sehingga
penilaian akurat secara dini diperlukan. Dua kelompok BBLR tersebut diuraikan
dibawah ini :
a.
BBLR disebabkan
oleh prematuritas :
1) Janin
: gawat janin, kehamilan kembar, eritroblastosis, hydrop non imun.
2)
Plasenta :
plasenta previa, solusio plasenta.
3)
Uterus : Uterus
bicornis, incompeten serviks (serviks lemah).
4)
Maternal :
Preeklampsia, penyakit kronis (penyakit jantung sianotik), infeksi saluran
kemih), penyalahgunaan obat.
5)
Lain-lain :
ketuban pecah dini, polihidramnion, iatrogenik.
b.
BBLR yang
disebabkan oleh pertumbuhan janin terhambat (dibawah persentil ke-10) :
pertumbuhan janin yang terhambat pada BBLR dapat dipengaruhi oleh faktor
fetus/janin, maternal dan plasenta, yang diuraikan berikut ini :
1) Faktor
fetus/janin :
Beberapa faktor janin yang memperngaruhi
kelahiran BBLR dengan pertumbuhan janin terhambat ini antara lain :
a) Berbagai
faktor genetik.
b) Berbagai
kelainan kromosom, misalnya trisomi 13, 18, 21.
c) Kelainan
bawaan misalnya anensefalus, atresia gastrointestinum, dan sindrom potter.
d) Infeksi
bawaan seperti rubella (CMV)
e) Penyakit
metabolisme saat lahir, seperti galaktosemia dan feniketonuria.
2) Faktor
maternal :
Beberapa faktor maternal yang
mempengaruhi kelahiran BBLR dengan pertumbuhan janin terhambat ini antara lain
:
a) Pre-eklampsia
dan eklampsia.
b) Penyakit
renovasculer hipertensi kronis.
c) Malnutrisi
(terutama apabila ibu sangat kurang protein yang dimakannya, maka prematur
/BBLR akan terjadi leih sering)
d) Ibu
perokok
e) Hipoksemia
maternal terkait dengan penyakit jantung kongenital tipe sianotik dan anemia
bulan sabit.
f) Faktor
maternal lain, seperti status ekonomi yang rentah, usia ibu yang muda, ibu yang
pendek, anak pertama dan multiparitas, usia tua.
3) Faktor
Plasenta
Beberapa faktor plasenta yang
mempengaruhi kelahiran BBLR dengan pertumbuhan janin terhambat ini antara lain
:
a) Insufisiensi
plasenta akibat kelainan maternal seperti preeklamsia dan eklampsia atau akibat
kehamilan lewat waktu.
b) Berbagai
masalah anatomis seperti infark multiple, trombosis vaskuler umbilikal dan hemangioma.
c) Kembalian
kembar mungkin terkait dengan masalah plasenta bermakna sepeti anastomose
vaskuler abnormal.
3.
Patofisiologi
Menurut Maryanti,
(2011, hal 170) Berat badan lahir rendah dapat disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu fakot ibu Penyakit meliputi keadaan gizi ibu, usia ibu, taksemia
gravidarum, perdarahan arteoarfum, Diabetes Mellitus, preeklamsia, keadaan lain
seperti ibu perokok, alkohol, narkotik, serta golongan sosial ekonomi. Faktor
janin dikarenakan hidramion, kehamilan
ganda, kelainan kromosom. Dan pada faktor lingkungan yang berpengaruh ialah
tempat tinggal di dataran tinggi, radiasi, dan zat-zat beracun. Hal - hal
tersebut dapat mengakibatkan berat badan lahir rendah dengan bayi yang lahir
mengalami sindrome aspirasi, aspiksia intra uterin janin, imaturitas hepar,
bayi tanpak kurus relatif lebih panjang, kulit longgar dam jaringan lemak.
Resiko yang akan akan terjadi yaitu kerusakan integritas kulit, masalah
kolaborasi hipogiklemia, prematur KDG kurang dari 20mg/dl, matur KGD kurang
dari 30mg/dl. Dengan demikian tanda yang ditimbulkan adalah pucat, tidak mau
minum, lemah, apatis, dan kejang-kejang.
4.
Klasifikasi
BBLR
Menurut Maryunani
(2013, hal 32) bayi dengan berat badan lahir rendah dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
a. Bayi
dari kehamilan kurang bulan
Bayi kurang bulan adalah bayi yang lahir
sebelum umur kehamilan 37 minggu. Sebagian bayi kurang bulan belum siap hidup
diluar kandungan. Kesulitan untuk mulai bernapas, menghisap, melawan infeksi
dan menjaga tubuhnya agar tetap hangat.
b. Bayi
kecil untuk masa kehamilan
Adalah bayi yang tidak tumbuh dengan
baik didalam kandungan
Tiga kelompok bayi KMK:
1)
KMK lebih Bulan
2)
KMK cukup bulan
Bayi cukup bulan kebanyakan mampu
bernapas dan menghisap dengan baik
3)
KMK kurang bulan
Kombinasi keduanya.
Sementara menurut Maryanti
(2011, hal : 167) bayi dengan berat badan lahir rendah dibagi dalam dua
golongan , yaitu :
a. Prematuritas
murni/prematur
1) Bayi
lahir dengan umur kehamilan kurang dar 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa
kehamilan atau disebut Neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan
(NKB-SMK)>
2) Neonatus
dengan usia kehamilan yang kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan
sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan atau dapat dikenal dengan nama
neonatus kurang bulan sesuai dengan masa kehamilan. Ciri-ciri prematur murni : berat badan kurang dari 2500 gram, panjang
badan kurang dari 45 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm, lingkar dada kurang
dari 33 cm., masa gestasi kurang dari 37 minggu, kulit transparan, kepala lebih
besar dari pada badan, lanugo banyak terutama pada dahi, pelipis, telinga dan
lengan, lemak subkutan kurang, ubun-ubun dan sutura lebar, labio minora belum
tertutup oleh labia mayora (pada wanita), pada laki-laki testis belum turun, tulang
rawan dan daun telinga imatur, bayi kecil, posisi masih fetal. Pergerakan
kurang dan lemah, tangisan
lemah,
pernafasan
belum teratur dan sering mengalami serangan apnea, reflex
tonus leher lemah, reflek menghisasp dan menelan serta refleks batuk belum
sempurna.
b. Dismaturitas
1) Bayi
lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa
kehamilan, dismatur dapat terjadi dalam preterm, term, dan post term. Dismatur
ini dapat juga : Neonatus kurang bulan- kecil untuk masa kehamilan (NKB – KMK)
Neonatus cukup bulan – kecil masa kehamilan (NCB – KMK), Neonatus lebih bulan –
kecil masa kehamilan (NLB – KMK).
2) Bayi
yang lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa
kehamilan, dikatakan dismatur apabila bayi memiliki ciri pada preterm seperti
pada prematuritas, term dan post term akan dijumpai : kulit terselubung verniks
kaseosa tipis atau tidak ada,
kulit
pucat atau bernoda mekonium,
kering
keriput tipis,
jaringan
lemak dibawah kulit tipis,
bayi
tampak gesit, aktif dan kuat. tali pusat berwarna kuning kehijauan.
5.
Tanda
dan Gejala
Menurut Syafruddin
(2009, hal: 38) tanda dan gejala bayi baru lahir dengan berat badan rendah
ialah sebagai berikut :
a. Sebelum
bayi lahir
Pada anamnesis sering dijumpai adanya
riwayat abortus, partus prematurus, lahir mati, pembesaran uterus tidak sesuai
dengan usia kehamilan, pergerakan janin yang pertama terjadi lebih lambat,
pertambahan berat badan ibu sangat lambat tidak seperti seharusnya, sering
dijumpai kehamilan dengan oligohidramnion, hiperemis gravidarium, dan
perdarahan antepartum.
b. Setelah
bayi lahir
1) Bayi
retardasi pertumbuhan intrauterin. Secara klasik tanpak seperti bayi yang
kelaparan. Tanda-tanda bayi ini adalah tengkorak kepala keras, gerakan bayi terbatas, verniks kaseosa sedikit atau tidak
ada, kulit tipis, kerang, erlipat-lipat, mudah diangkat.
2) Bayi
prematur dengan
verniks
kaseosa ada, jaringan lemak bawah kulit sedikit, menangis lemah, tonus otot
hipotomi, kulit tipis, kulit merah dan transparan.
6.
Karakteristik BBLR
Menurut (Manuaba, 2010, hal
422) Gambaran bayi berat badan lahir
rendah tergantung dari umur kehamilan sehingga dapat dikatakan bahwa makin
kecil bayi, makin muda kehamilan. Sebagai gambaran umum dapat dikemukakan bahwa
bayi berat badan lahir rendah mempunyai karakteristik antara lain :
berat badan kurang dari 2500 gram, panjang
badan kurang dari 45 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm,
umur kehamilan kurang dari 37 minggu,
kepala relative besar dari badannya,
kulit tipis transparan, lanugo
banyak, lemak kulit kurang, otot hipotonik-lemah, pernafasan tidak teratur dan sering
apnoe (gagal nafas). Ekstremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki lurus.
Kepala tidak mampu tegak.
Nafas sekitar 45 sampai 50 kali per
menit.
Frekuensi nadi 100 sampai 140 kali
per menit
7.
Pemeriksaan diagnostik
Menurut Maryanti (2011, hal 172) pemeriksaan diagnostik pada
bayi dengan berat badan lahir adalah sebagai berikut :
a. Jumlah sel darah putih: 18000/mm3
, netrofil meningkat sampai 23.000 - 24.000/ mm3 hari pertama
setelah lahir (menurun bila ada sepsis)
b. Hematokrit (Ht): 43% -61%
(peningkatan samapai 65% atau lebih menandakan polisitemia, penurunan kadar
menunjukkan anemia atau hemoragic berlebihan).
c. Haemoglobin (Hb): 15-20gr/dl (kadar
lebih rendah berhubungan dengan anemia atau hemolisis berlebihan).
d. Billirubin total:6 mg/dl pada hari
pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 dan 12mg/dl pada 3 - 5 hari.
e. Dextrosit: tetes glukosa pertama
selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rat-rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70
mg/dl pada hari ketiga.
f. Pemantauan elektrolit (Na, K, Cl):
biasanya dalam batas normal pada awalnya.
8.
Komplikasi
Menurut Maryanti (2011, hal 174) komplikasi yang dapat diakibatkan karena berat
badan lahir rendah adalah sebagai berikut:
a. Kerusakan bernapas disebabkan fungsi organ belum sempurna
b. Pneumonia, aspirasi disebabkan reflek menelan dan batu belum sempurna
c. Perdarahan intrventrikuler disebabkan perdarahan spontan di ventrikel otak
lateral disebabkan anoksia menyebabkan hipoksia otak yang dapat menimbulkan
terjadinya kegagalan peredaran darah sistemik.
BAB
III
LAPORAN
PENDAHULUAN
C. Pengkajian
Menurut Nursalam (2008.
Hal 190) Pengkajian yang didapat dilakukan pada bayi dengan berat badan lahir
rendah antara lain : pengukuran berat badan didapatkan hasil kurang dari 2500
gram, panjang badan kurang dari 45 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm, dan lingkar
dada kurang dari 33 cm, masa gestasinya kurang dari 37 minggu, adanya kulit
tipis dan trasparan, adanya kepala lebih besar
dari pada badan, adanya lanugo banyak terutama pada dahi, pelipis,
telinga, dan lengan, jumlah lemak subkutan kurang, ubun – ubun dan sutura lebar, labio minora
belum tertutup oleh labia mayora ( pada wanita ) dan pada laki – laki testis
belum turun, tulang rawan dan daun teliga imatur, pengerakan kurang dan lemah,
tangisan lemah, pernapasan belum teratur dan sering mengalami serangan apnea,
reflek tonus leher lemah, refleks menghisap dan menelan serta refleks batuk
belum sempurna, kulit berselubung verniks kaseosa tipis atau tidak ada, kulit
pucat atau bernoda mekonium, kering keriput tipis, jaringan lemak di bawah
kulit tipis, bayi tanpak gesit, aktif dan kuat, tali pusat berwarna kuning
kehijauan.
D. Diagnosa
keperawatan
Diagnosa yang lazim
muncul pada bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) menurut Nursalam (2008.
Hal 190) sebagai berikut :
1. Tidak
efektifnya termoregulasi berhubungan dengan imaturitas kontrol dan pengatur suhu tubuh dan berkurangnya lemak sub kutan didalam tubuh
2. Pola
nafas tidak efektif yang berhubungan dengan imaturitas pusat pernapasan,
keterbatasan perkembangan otot penurunan otot atau kelemahan, dan
ketidakseimbangan metabolik.
3. Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan Ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen.
4. Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan penurunan simpanan
nutrisi, imaturitas produksi enzim, otot abdominal lemah, dan refleks lemah.
5. Resiko
gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang berhubungan dengan kelahiran
prematur, lingkungan NICU tidak alamiah, perpisahan dengan orang tua.
6. Risiko
tinggi gangguan integritas kulit berhubunghan dengan tipisnya jaringan kulit,
imobilisasi.
7. Risiko
tinggi infeksi berhubungan dengan defisiensi pertahanan tubuh (imunologi).
E. Intervensi keperawatan
Dagnosa
Keperawatan
|
Intervensi
|
Rasional
|
Tidak
efektifnya termoregulasi berhubungan dengan imaturitas kontrol dan pengatur suhu tubuh dan berkurangnya lemak sub kutan didalam tubuh
|
1. Observasi tanda-tanda vital.
2. Tempatkan bayi pada inkubator.
3. Ganti pakaian setiap basah
4. Kolaborasi pemberian D-10 W dan
ekspander
volume secara intra vena bila diperlukan.
5. Berikan obat-obatan sesuai indikasi
fenobarbital, natrium bikarbonat
|
1. Hiopotermia membuat bayi cenderung pada stress.
2. Mempertahankan lingkungan termo netral membantu mencegah
stress dingin.
3. Mencegah kehilangan cairan melalui evaporasi.
4. Pemberian dextrose mungkin perlu untuk memperbaiki
hipoglikemia,hipotensi karena vasodilatasi perifer
5. Membantu mencegah kejang berkenaan dengan perubahan
fungsi SSP yang disebabkan oleh hipertermia, memperbaiki asidosis yang dapat
terjadi pada hipotermia dan hipertermia.
|
Pola nafas tidak efektif yang berhubungan dengan
imaturitas pusat pernapasan, keterbatasan perkembangan otot penurunan otot
atau kelemahan, dan ketidakseimbangan metabolik.
|
1. Kaji
frekwensi dan pola pernapasan, perhatikan adanya apnea dan perubahan
frekwensi jantung
2. Isap
jalan napas sesuai kebutuhan
3. Posisikanm
bayi pada abdomen atau posisi telentang dengan gulungan popok dibawah bahu
untuk menghasilkan hiperekstensi
4. Tinjau
ulang riwayat ibu terhadap obat-obatan yang akan memperberat depresi
pernapasan pada bayi
5. Kolaborasi
: Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi
6. Berikan
oksigen sesuai indikasi, Berikan obat-obatan yang sesuai indikasi
|
1. Membantu
dalam membedakan periode perputaran pernapasan normal dari serangan apnetik
sejati, terutama sering terjadi pad gestasi minggu ke-30
2. Menghilangkan
mukus yang meyumbat
jalan napas
3. Posisi
ini memudahkan pernapasan dan menurunkan episode apnea, khususnya bila
ditemukan adanya hipoksia, asidosis metabolik atau hiperkapnea
4. Magnesium
sulfat dan narkotik menekan pusat pernapasan dan aktifitas SSP
5. Hipoksia,
asidosis netabolik, hiperkapnea, hipoglikemia, hipokalsemia dan sepsis
memperberat serangan apnetik
6. Perbaikan
kadar oksigen dan karbondioksida dapat meningkatkan fungsi pernapasan
|
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen.
|
1. Kaji toleransi fisik anak dan bantu dlam aktivitas
yang melebihi toleransi anak
2. Rencanakan tentang pemberian progam latihan sesuai
kemampuan pasien
3. Libatkan keluarga untuk melatih mobilitas pasien
4. Konsultasikan dengan ahli teapi fisik
|
1. Menentukan kemampuan atau kebutuhan klien
2. latihan pergerakan dapat meningkatkan otot dan
stimulasi sirkulasi darah
3. memberikan dorongan kepada pasien dalam pemenuhan
kebutuhan sehari-hari
4. bermanfaat dalam mengembangkan progam latihan
individual dan mengidentifikasi kebutuhan alat untuk menghilangkan spasme
otot, meningkatkan fungsi motorik,
mencegah / menurunkan atrofi dan
kontraktur pada sistem muskular
|
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan yang
berhubungan dengan penurunan simpanan nutrisi, imaturitas produksi enzim,
otot abdominal lemah, dan refleks lemah.
|
1. Kaji
maturitas refleks berkenaan dengan pemberian makan (misalnya : mengisap,
menelan, dan batuk)
2. Auskultasi
adanya bising usus, kaji status fisik dan statuys pernapasan
3. Kaji
berat badan dengan menimbang berat badan setiap hari, kemudian dokumentasikan
pada grafik pertumbuhan bayi
4. Pantau
masukan
dan dan pengeluaran. Hitung konsumsi kalori dan elektrolit setiap hari
5. Kaji
tingkat hidrasi, perhatikan fontanel, turgor kulit, berat jenis urine,
kondisi membran mukosa, fruktuasi berat badan.
6. Kaji
tanda-tanda hipoglikemia; takipnea dan pernapasan tidak teratur, apnea,
letargi, fruktuasi suhu, dan diaphoresis. Pemberian makan buruk, gugup,
menangis, nada tinggi, gemetar, mata terbalik, dan aktifitas kejang.
7. Kolaborasi: Pantau pemeriksaan laboratorium
sesuai indikasi; Glukas serum, Nitrogen urea darah, kreatin, osmolalitas
serum/urine, elektrolit urine
8. Berikan
suplemen elektrolit sesuai indikasi misalnya kalsium glukonat 10%
|
1. Menentukan
metode pemberian makan yang tepat untuk bayi
2. Pemberian
makan pertama bayi stabil memiliki peristaltik dapat dimulai 6-12 jam setelah
kelahiran.
3. Mengidentifikasikan
adanya resiko derajat dan resiko terhadap pola pertumbuhan. Bayi SGA dengan
kelebihan cairan ekstrasel kemungkinan kehilangan 15% BB lahir.
4. Memberikan
informasi tentang masukan aktual dalam hubungannya dengan perkiraan kebutuhan
untuk digunakan dalam penyesuaian diet.
5. Peningkatan
kebutuhan metabolik dari bayi SGA dapat meningkatkan kebutuhan cairan.
Keadaan bayi hiperglikemia dapat mengakibatkan diuresi pada bayi. Pemberian
cairan intravena mungkin diperlukan untuk memenuhi peningkatan kebutuhan,
tetapi harus dengan hati-hati ditangani untuk menghindari kelebihan cairan
6. Karena
glukosa adalah sumber utama dari bahan bakar untuk otak, kekurangan dapat
menyebabkan kerusakan SSP permanen.hipoglikemia secara bermakna meningkatkan
mobilitas mortalitas serta efek berat yang lama bergantung pada durasi
masing-masing episode.
7. Kolaborasi
: Hipoglikemia dapat terjadi pada awal 3 jam lahir bayi SGA saat cadangan
glikogen dengan cepat berkurang dan glukoneogenesis tidak adekuat karena
penurunan simpanan protein obat dan lemak.
8. Mendeteksi
perubahan fungsi ginjal berhubungan dengan penurunan simpanan nutrien dan
kadar cairan akibat malnutrisi.
|
Resiko gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang
berhubungan dengan kelahiran premature, lingkungan NICU tidak alamiah,
perpisahan dengan orang tua.
|
1. Berikan
nutrisi yang maksimal
2. Berikan
periode istrahat yang teratur tanpa gangguan
3. Kenali
tanda stimulus yang berlebihan (terkejut, menguap, aversi aktif, menangis)
4. Tingkatkan
interaksi orang tua-bayi
|
1. Untuk
menjamin penambahan berat badan dan pertunbuhan otak yang tetap
2. Untuk
mengurangi panggunaan O2 dan kalori yang tidak perlu
3. Untuk
membiarkan istirahat bayi dengan tenang
4. Sangat
penting untuk pertumbuhan dan perkembangan normal
|
Risiko tinggi gangguan integritas kulit
berhubunghan dengan tipisnya jaringan kulit, imobilisasi.
|
1. Inspeksi kulit, perhatikan area kemerahan atau
tekanan.
2. Berikan perawatan mulut dengan menggunakan salin
atau gliserin scrab.
3. Berikan latihan gerak, perubahan posisi rutin dan
bantal bulu domba atau terbuat dari bahan yang lembut.
4. Mandikan bayi dengan menggunakan air steril dan
sabun meminimalkan manipulasi kulit bayi.
5. Berikan salep antibiotika.
6. Hindari penggunaan agen topikal keras, cuci tangan
dengan hati-hati dengan fovidon setelah prosedur.
|
1. Mengidentifikasi area potensial kerusakan dermal,
yang dapat mengakibatkan sepsis.
2. Membantu mencegah kekeringan dan pecah pada bibir
3. Membantu mencegah kemungkinan nekrosis berhubungan
dengan edema dermis di atas penonjolan
tulang.
4. Setelah beberapa (empat ) hari, kulit mengalami
beberapa sifat bakterisidal karena pH asam.
5. Meningkatkan pemulihan pecah-pecah dari iritasi
berkenaan dengan pemberian oksigen, dapat membantu mencegah infeksi.
6. Membantu mencegah kerusakan kulit dan kehilangan
barrier pelindung epidural.
|
Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan
defisiensi pertahanan tubuh (imunologi).
|
1. Tingkatkan cara-cara mencuci tangan pada staf,
orang tua dan pekerja lain.
2. Pantau pengunjung akan adanya lesi kulit
3. Kaji bayi terhadap tanda-tanda infeksi, misalnya :
suhu, letargi atau perubahan perilaku.
4. Lakukan perawatan tali pusat sesuai _ocal_l_ rumah
sakit.
5. Berikan ASI untuk pemberian makan bila tersedia
6. Berikan antibiotika sesuai indikasi
|
1. Mencuci tangan adalah praktik yang penting untuk
mencegah kontaminasi.
2. Penularan penyakit pada neonatus dari pengunjung
dapat terjadi secara langsung.
3. Bermanfaat dalam mendiagnosa infeksi.
4. Penggunaan _ocal_l _ocal, triple dye dapat
membantu mencegah kolonisasi.
5. ASI mengandung Ig. A, makrofag, limfosit dan
netropil yang memberikan beberapa perlindungan dari infeksi.
6. Mengatasi
infeksi pernafasan atau sepsis.
|
F.
Impelementasi
Menurut Carpenito (2009, hal 57) komponen implementasi dalam proses
keperawatan mencakup penerapan ketrampilan yang diperlukan untuk
mengimplentasikan intervensi keperawatan. Ketrampilan dan pengetahuan yang
diperlukan untuk implementasi biasanya berfokus pada: Melakukan aktivitas untuk
klien atau membantu klien. Melakukan pengkajian keperawatan untuk
mengidentifikasi masalah baru atau memantau status masalah yang telah ada.
Memberi pendidikan kesehatan untuk membantu klien mendapatkan pengetahuan yang
baru tentang kesehatannya atau penatalaksanaan gangguan. Membantu klien membuat
keptusan tentang layanan kesehatannya sendiri. Berkonsultasi dan membuat
rujukan pada profesi kesehatan lainnya untuk mendapatkan pengarahan yang tepat.
Memberi tindakan yang spesifik untuk menghilangkan, mengurangi, atau
menyelesaikan masalah kesehatan. Membantu klien melakukan aktivitasnya sendiri.
Membantu klien mengidentifikasi risiko atau masalah dan menggali pilihan yang
tersedia.
G. Evaluasi
Menurut Asmadi (2008.
Hal: 178) Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang
merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang
teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.
Evaluasi dilakukan secara bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan
lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukkan
tercapainya tujuan dan criteria hasil, klien bisa keluar dari siklus proses
keperawatan. Jika sebalinya, kajian ulang (reassessment).
Secara umum, evaluasi ditunjukkan untuk : Melihat dan menilai kemampuan klien
dalam mencapai tujuan. Menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau
belum. Mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatab belum tercapai.
0 Response to "ASKEP ANAK BBLR"
Post a Comment