Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Abortus
9:34:00 AM
Add Comment
Kali ini saya bermaksud untuk membagikan Laporan Asuhan Keperawatan Abortus. untuk memudahkan Adek-adek mahasiswa dalam mebuat laporan Praktiknya di Rumah Sakit dan juga untuk kakak-kakak dan abang-abang senior perawat yang telah bekerja di berbagai rumah sakit, baik di rumah Sakit Pemerintah maupun di Rumah Sakit Swasta, pada dasarnya untuk melakukan tindakan keperawatan pada salah satu pasien yang kita berikan Asuhan Keperawata, maka kita mempunyai kewajiban untuk melakukan Asuhan Keperawatan dengan cara profesional yang mengacu pada Proses Dokumentasi Keperawatan yaitu dengan Membuat Laporan Pendahuluan.
Pada Kesempatan kali ini, kita akan membahas sedikit materi tentang Laporan Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Abortus.
Namun apabila Lapiran yang tampil berikut ini di rasa kurang cukup, maka ada baiknya untuk mengunduh file lengkap Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Aabortus dengan Format MS. WORD, dan lebih mudah untuk di edit dan gunakan ketika pada saat merawat pasien dengan Abortus.
A. PENGERTIAN ABORTUS
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi
pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500
gram. (Arief Mansjoer, dkk, 2001).
Definisi aborsi menurut WHO adalah pengeluaran embrio
atau janin yang berat badannya 500 gram atau kurang, yang setara dengan usia
kehamilan sekitar 22 minggu. Dalam praktik, aborsi lebih sering dideskripsikan
sebagai keguguran (abortus) untuk menghindari terjadinya distress, karena
beberapa wanita menghubungkan istilah aborsi dengan terminasi kehamilan yang
disengaja. Masalah awal kehamilan (abortus). (Chris Brooker, 2008).
Aborsi adalah tindakan mengakhiri kehamilan sebelum
janin dapat hidup atau membutuhkan surat keterangan kematian (sebelum minggu
ke-24 masa gestasi). (Persis Mary Hamilton, 1995).
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh
karena akibat-akibat tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22
minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup diluar kandungan. (Saifuddin
AB, dalam Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2006).
Menurut Wong & Ferry (1998), abortus adalah
terminasi dari kehamilan sebelum viabilitas fetus tercapai (viabilitas dicapai
sekitar 20-40 minggu) dengan berat fetus belum 500 gram. Sedangkan menurut
Derek Liewollyin dan Jones (2002), abortus adalah keluarnya janin sebelum
mencapai beratnya kurang dari 500 gram.
Jadi, istilah abortus dipakai untuk menunjukkan
pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan.
Berdasarkan variasi berbagai batasan yang ada tentang usia/berat lajir janin
viabel (yang mampu hidup diluar kandungan), akhirnya ditentukan suatu batasan
abortus sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai 500 gram atau usia
kehamilan 20 minggu (terakhir, WHO/FIGO 1998: 22 minggu).
B. ETIOLOGI
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu:
1.
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasa menyebabkan abortus pada
kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini ialah:
a.
Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi X.
b.
Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna.
c.
Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan, tembakau, dan
alkohol.
2.
Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena
hipertensi menahun.
3.
Faktor maternal, seperti pneumonia, tifus, anemia berat, keracunan, dan
toksoplasmosis.
4.
Kelainan traktus genitalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus
pada trimester kedua), retroversi uteri, mioma uteri, dan kelainan bawaan
uterus. (Arief Mansjoer, dkk, 2001).
C.
KLASIFIKASI
1.
Abortus Imminens (disebut juga abortus mengancam/threatened abortion) Adalah:
a. Proses awal dari suatu keguguran
ditandai dengan perdarahan pervaginam, sementara ostium uteri eksternum masih
tertutup dan hasil konsepsi/ janin masih
baik didalam uterus
b. Pengeluaran hasil konsepsi berupa
darah yang disertai mules atau tanpa mules.
c. Pada abortus imminiens, kehamilan
masih dapat di pertahankan.
d. Jika janin masih hidup, umumnya
dapat bertahan sampai kehamilan atern dan lahir normal.
e. Jika terjadi kematian janin, dalam
waktu singkat dapat terjadi abortus spontan.
f. Penentuan kehidupan janin dilakukan
ideal dengan ultrasonografi, dilihat gerakan denyut jantung janin dengan
gerakan janin
g. Jika sara terbatas, pada usia diatas
12-16 minggu denyut jantung janin dicoba didengarkan dengan alat Doppler atau
laennec. Keadaan janin sebaiknya segera ditentukan, karena mempengaruhi rencana
penatalaksanaan/ tindakan.
Tanda dan Gejala Abortus Imminiens,
meliputi:
Perdarahan sedikit/bercak.
Kadang disertai rasa
mules/kontraksi.
Periksa dalam belum ada pembukaan.
Palpasi: tinggi fundus uteri sesui
usia kehamilan.
Hasil test kehamilan (+)/positif.
Penatalaksanaan:
Tirah baring
Istirahat baring (bedrest),
bertujuan untuk menambah aliran darah ke uterus dan mengurangi perangsangan
mekanis. Ibu(pasien) dianjurkan untuk istirahat baring. Apabila ibu dapat
istirahat dirumah, maka tidak perlu dirawat. Ibu (pasien) perlu dirawat apabila
perdarahan sudah terjadi beberapa hari, perdarahan berulang, atau tidak dapat
istirahat dirumah dengan baik misalnya tidaak ada yang merawat atau ibu merasa
sungkan bila di rumah hanya beristirahat saja. Perlu dijelaskan kepada ibu atau
pasien dan keluarganya, bahwa beristirahat baring dirumah atau dirumah
bersalin/rumah sakit adalah sama saja pengaruhnya terhadap kehamilannya.
Apabila akan terjadi abortus inkomplitus, dirawat dimanpun tidak dapat
mencegahnya.
Periksa TTV (suhu, nadi, pernapasan)
Kolaborasi dalam pemberian sedative
(untuk mengurangi rasa sakit dan cemas), tokolisis dan progesterone, preparat
hematinik (seperti sulfas pferosus/tablet besi)
Hindarkan intercourse
Diet tinggi protein dan tambahan
vitamin C
Bersihkan vulpa minimal 2 kali
sehari untuk mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat.
2.
Abortus Insipiens (disebut juga sebagai abortus sedang berlangsung/
inevitable abortion)
Beberapa pengertian dari abortus
insipiens adalah sebagai berikut:
Proses abortus yang sedang
berlangsung dan tindak dapat lagi dicegah, ditandai dengan terbukanya ostium
uteri eksternum, selain perdarahan (Achadiat, 2004)
Abortus yang sedang berlasung dan
tidak dapat dipertahankan lagi kehamilannya, yang dapat berkembang menjadi
abortun inkomplit/ komplit.
Perdarahan ringan hingga sedang pada
kehamilan muda dimana hasil konsepsi masih berada dalam kavum uteri. Kondisi
ini menujukan proses abortus sedang berlangsung dan akan berlanjut menjadi abortus
inkomplit/komplit. (Saefuidin AB, 2006)
Perdarahan pervaginam, dimana dapat
timbul rasa nyeri di daerah perut bawah dan panggul, serviks mulai mebuka dan
hasil konsepsinya menjulur kenanalis serviks. (Moegni, 1987)
Tanda dan gejala:
Perdarahan banyak disertai bekuan
Mulas hebat (kontraksi makin lama
makin dan makin sering)
Ostium uteri sternum mulai terbuka
(serviks terbuka)
Pada palpasi: tinggi fundus uteri
sesuai usia kehamilan
Penatalaksanaan:
Apabila bidan menghadapi kasus
abortus insipens, segera berkonsultasi dengan dokter kebidanan sehingga pasien
mendapat penangan yang tepat dan cepat.
Pada kehamilan lebih dari 12 minggu,
bahaya perforasi pada kerokan lebih besar, maka sebaiknya proses abortus
dipercepat dengan pemberian infuse oksitosin
Biasanya penatalaksanaan yang
dilakukan pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yg disertai perdarahan adalah
pengeluaran janin atau pengosongan uterus memakai kuret vakum atau cunam
abortus, disusul dengan kerokan memakai kuret tajam
Bila janin sudah keluar, tetapi
plasenta masih tertinggal, dilakukan pengeluaran plasenta seacara manual
3.
Abortus Inkomplit
Beberapa pengertian dari abortus
inkomplit adalah :
Pengeluaran sebagian janin pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus
(Prawirohardjo, 2002)
Perdarahan pada kehamilan muda
dimana sebagian dari hasil konsepsi telah keluar kavum uteri melai kanalis
servikalis (Saefudin AB, dkk, 2006)
Proses abortus dimana sebagian hasil
konsepsi telah keluarmelai jalan lahir (Achadiat, 2004)
Tanda dan gejala:
Perdarahan bisa sedikit atau banyak
dan bisa terdapat bekuan darah
Rasa mulas (kontraksi) tambah hebat
Ostium uteri sternum atau serviks
terbuka
Pada pemeriksaan vaginal, jaringan
dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang kadang sudah menonjol dari eksternum
atau sebagian jaringan
Perdarahan tidak akan berhenti
sebelum sisa janin dikeluarkan dapat menyebabkan syok
Penatalaksanaan:
Dalam nenghadapi kasus abortus
inkomplit, bidan dapat berkonsultasi dengan dokter, sehingga tidak merugikan
pasien. Penatalaksanaan yang biasanya dilakukan pada kasus abortus inkomplit
ini adalah:
Bila disertai shock karena
perdarahan, diberikan infuse cairan fisiologis NaCl atau ringer laktat dan
tranfusi darah selekas mungkin
Setelah syok diatasi, dilakukan
kerokan dengan kuret tajam dan berikan suntikan untuk mempertahankan kontraksi
otot uterus
Bila janin sudah keluar, tetapi
plasenta masih tertinggal, dilakukan pengeluaran plasenta secara manual
Diberikan antibiotika untuk mencegah
infeksi
4.
Abortus Komplit
Beberapa pengertian dari abortus
komplit adalah :
Prosesus abortus dimana keseluruhan
hasil konsepsi telah keluar melalui jalan lahir (Achadiat, 2004)
Perdarahan pada kehamilan muda
dimana seluruh hasil kontrasepsi telah dikeluarkan dari kavum uteri (Saefudin
AB, dkk, 2006)
Tanda dan gejala:
Perdarahan banyak
Mulas sedikit atau tidak (kontraksi
uterus)
Osteo uteri telah menutup
Uterus sudah mengecil ada keluar
jaringan, sehingga tidak ada sisa dalam uterus
Diagnosis komplit ditegakan bila
jaringan yang keluar juga diperiksa kelengkapannya
Penatalaksanaan:
Untuk mendapatkan gambaran yang
jelas tentang abortus komplit, bidan dapat berkonsultasi dengan dokter sehingga
merugikan pasien
Tidak memerluka terapi khusus,
tetapi untuk membantu involusi uterus dapat diberikan methergin tablet
Bila pasien anemia dapat diberikan
sulfas ferosus (zat besi) atau tranfusi darah
Diberikan antibotika untuk mencegah
infeksi
Anjurkan untuk mengkonsumsi vitamin
dan mineral
5.
Missed Abortions
Beberapa pengertian dari missed
abortions adalah:
Kehamilan yang tidak normal, janin
mati pada usia kurang dari 20 hari yang tidak dapat dihindari (James L.
Lindsey, MD, 2007)
Berakhirnya suatu kehamilan sebelum
20 minggu, namun keseluruhan hasil konsepsi tersebut bertahan dalam uterus
selama 6 minngu atatu lebih (Achadiat, 2004)
Adannya retensi yang lama terhadap
janin yang telah mati dalam paruh pertama kehamilan, atau retensi hasil
konsepsi dalam uterus selama 8 minggu atatu lebih, kejadiannya sekitar 2% dari
kehamilan (Pilliter, 2002)
Perdarahan pada kehamilan muda
disertai dengan retensi hasil konsepsi yang telah mati hingga 8 minggu atau
lebih (Saifudin, AB dkk, 2006)
Tanda dan gejala
Gejalanya seperti abortus imminiens
yang kemudian menghilang secara spontan disertai kehamilan menghilang
Denyut jantung janin tidak terdengar
Mulas sedikit
Ada keluaran dari vagina
Uterus tidak membesar tetapi
mengecil
Mammae agak mengendor/payudara
mengecil
Amenorhoe berlangsung terus
Tes kehamilan negative
Dengan USG dapat diketahui apakah
janin sudah mati dan besarnya sesuai dengan usia kehamilan
Biasanya terjadi pembekuan darah
Penatalaksanaan:
Missed abortion memerlukan tindakan
medis khusus, sehingga bidan perlu berkonsultasi dengan dokter untuk
penanganannya.
Yang harus diperhatikan dalam hal
ini adalah bahaya adanya hipofibrnogemia, sehingga sulit untuk mengatasi
perdarahan yang terjadi bila belum dikoreksi hipofibrnogemianya (untuk itu
kadar fibrinogen darah perlu diperiksa sebelum dilakukan tindakan)
Pada prinsipnya penanganannya
adalah: pengosongan kavum uteri setelah keadaan memungkinkan
Bila kadar fibrinogen normal, segera
dilakukan pengeluaran jaringan konsepsi dengan cunam ovum, lalu dengan kuret
tajam
Bila kadar fibrinogen rendah, dapat
diberikan fibrinogen kering atau segar sesaat sebelum atau ketika mengeluarkan
konsepsi
Pada kehamilan kuran dari 12 minggu,
dilakukan pembukaan serviks uteri dengan laminaria selama kurang lebih 12 jam
ke dalam kavum uteri
Pada kehamilan lebih dari 2 minggu,
maka pengeluaran janin dilakukan dengan pemberian infuse intravena oksitosin
dosis tinggi
Bila fundus uteri tingginya sampai 2
jari dibawah pusat, maka pengeluaran janin dapat dikerjakan dengan menyuntik
larutan garam 20% dalam kavum uteri melalui dinding perut
6.
Abortus Infeksius dan Abortus
Septik
Beberapa pengertian dari abortus
infeksius dan abortus septic, adalah sebagai berikut:
Abortus infeksius adalah suatu
abortus yang telah disertai komplikasi berupa infeksi, baik yang diperoleh dari
luar rumah sakit maupun yang terjadi setelah tindakan di rumah sakit.
Abortus septic adalah suatu
komplikasi lebih jauh daripada abortus infeksius, dimana pasien telah masuk
dalam keadaan sepsis akibat infeksi tersebut. Angka kematian akibat abortus
septic ini cukup tinggi (sekitar 60%). (Achadiat, 2004)
Abortus infeksius adalah adanya abortus
yang merupakan komplikasi dan disertai infeksi genitalia, sering dikaitkan
dengan tindakan abortus tidak aman sehingga dapat menyebabkan perdarahan hebat.
Abortus septic adalah abortus
infeksius berat yang disertai pengeluaran kuman/toksin, septic syok bacterial
dan gagal ginjal akut.
Abortus infeksius adalah abortus
yang disertai dengan infeksi genital.
Abortus septic adalah keadaan yang
lebih parah dari abortus infeksius karena disertai dengan penyebaran kuman atau
toksinnya kedalam peredaran darah dan peritoneum, sehingga dijumpai adanya
tanda peritornitis umum atau sepsis dan disertai dengan syok.
Tanda dan gejala:
Kanalis servikalis terbuka
Ada perdarahan
Demam
Takikardia
Perdarahan berbau
Uterus membesar dan lembek
Nyeri tekan
Leukositosis
Penatalaksanaan:
Abortus infeksius yang menyebabkan
sepsis dapat menimbulkan bahaya kematian ibu, maka penderita (ibu) harus segera
dirujuk ke rumah sakit.
Tugas bidan adalah mengirimkan
penderita ke rumah sakit yang dapat memberikan pertolongan khusus.
Prinsip penatalaksanaannya adalah:
Pemberian terapi abtibiotika
(penisilin, dan lain-lain) untuk menanggulangi infeksi.
Peningkatan asupan cairan
Bila perdarahan banyak, dilakukan
pemberian tranfusi darah
Dalam 24 jam sampai 48 jam setelah
perlindungan antibiotika atau lebih cepat lagi bila terjadi perdarahan, sisa
konsepsi harus dikeluarkan dari uterus
Pemasangan CVP (Central Venous Pressure) untuk pengontrolan cairan
Pemberian kortisteroid dan heparin
bila ada DIC (Disseminated Intravascular
coagulation)
7.
Abortus Habitualis/Recurent Abortion
Beberapa pengertian dari Abortus
Habitualis adalah:
Abortus yang terjadi tiga kali
berturut-turut atau lebih oleh sebab apapun. (Achadiat, 2004)
Abortus spontan yang terjadi tiga
kali atau lebih secara berturut, penyebab tersering karena factor hormonal.
Istilah abortus habitualis masih digunakan untuk menjelaskan pola abortus yang
terjadi.
Penatalaksanaan:
Memperbaiki keadaan umum
Perbaikan gizi dan istirahat yang
cukup
Terapi hormone progesterone, vitamin
Kolaborasi untuk mengetahui factor
penyebab
UNTUK FILE LENGKAPNYA BISA AMBIL DI SINI
0 Response to "Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Abortus"
Post a Comment