-->

Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Abortus

Kali ini saya bermaksud untuk membagikan Laporan Asuhan Keperawatan Abortus. untuk memudahkan Adek-adek mahasiswa dalam mebuat laporan Praktiknya di Rumah Sakit dan juga untuk kakak-kakak dan abang-abang senior perawat yang telah bekerja di berbagai rumah sakit, baik di rumah Sakit Pemerintah maupun di Rumah Sakit Swasta, pada dasarnya untuk melakukan tindakan keperawatan pada salah satu pasien yang kita berikan Asuhan Keperawata, maka kita mempunyai kewajiban untuk melakukan Asuhan Keperawatan dengan cara profesional yang mengacu pada Proses Dokumentasi Keperawatan yaitu dengan Membuat Laporan Pendahuluan.

Pada Kesempatan kali ini, kita akan membahas sedikit materi tentang Laporan Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Abortus.

Namun apabila Lapiran yang tampil berikut ini di rasa kurang cukup, maka ada baiknya untuk mengunduh file lengkap Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Aabortus dengan Format MS. WORD, dan lebih mudah untuk di edit dan gunakan ketika pada saat merawat pasien dengan Abortus.

A. PENGERTIAN ABORTUS
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. (Arief Mansjoer, dkk, 2001).

Definisi aborsi menurut WHO adalah pengeluaran embrio atau janin yang berat badannya 500 gram atau kurang, yang setara dengan usia kehamilan sekitar 22 minggu. Dalam praktik, aborsi lebih sering dideskripsikan sebagai keguguran (abortus) untuk menghindari terjadinya distress, karena beberapa wanita menghubungkan istilah aborsi dengan terminasi kehamilan yang disengaja. Masalah awal kehamilan (abortus). (Chris Brooker, 2008).

Aborsi adalah tindakan mengakhiri kehamilan sebelum janin dapat hidup atau membutuhkan surat keterangan kematian (sebelum minggu ke-24 masa gestasi). (Persis Mary Hamilton, 1995).

Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh karena akibat-akibat tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup diluar kandungan. (Saifuddin AB, dalam Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2006).

Menurut Wong & Ferry (1998), abortus adalah terminasi dari kehamilan sebelum viabilitas fetus tercapai (viabilitas dicapai sekitar 20-40 minggu) dengan berat fetus belum 500 gram. Sedangkan menurut Derek Liewollyin dan Jones (2002), abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai beratnya kurang dari 500 gram.

Jadi, istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Berdasarkan variasi berbagai batasan yang ada tentang usia/berat lajir janin viabel (yang mampu hidup diluar kandungan), akhirnya ditentukan suatu batasan abortus sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai 500 gram atau usia kehamilan 20 minggu (terakhir, WHO/FIGO 1998: 22 minggu).

B. ETIOLOGI
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu:
1.    Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasa menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini ialah:
a.       Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi X.
b.      Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna.
c.       Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan, tembakau, dan alkohol.
2.    Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun.
3.    Faktor maternal, seperti pneumonia, tifus, anemia berat, keracunan, dan toksoplasmosis.
4.    Kelainan traktus genitalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester kedua), retroversi uteri, mioma uteri, dan kelainan bawaan uterus. (Arief Mansjoer, dkk, 2001).

C.       KLASIFIKASI
1.        Abortus Imminens (disebut juga abortus mengancam/threatened abortion) Adalah:
a.    Proses awal dari suatu keguguran ditandai dengan perdarahan pervaginam, sementara ostium uteri eksternum masih tertutup dan hasil konsepsi/  janin masih baik didalam uterus
b.    Pengeluaran hasil konsepsi berupa darah yang disertai mules atau tanpa mules.
c.    Pada abortus imminiens, kehamilan masih dapat di pertahankan.
d.   Jika janin masih hidup, umumnya dapat bertahan sampai kehamilan atern dan lahir normal.
e.    Jika terjadi kematian janin, dalam waktu singkat dapat terjadi abortus spontan.
f.     Penentuan kehidupan janin dilakukan ideal dengan ultrasonografi, dilihat gerakan denyut jantung janin dengan gerakan janin
g.    Jika sara terbatas, pada usia diatas 12-16 minggu denyut jantung janin dicoba didengarkan dengan alat Doppler atau laennec. Keadaan janin sebaiknya segera ditentukan, karena mempengaruhi rencana penatalaksanaan/ tindakan.
Tanda dan Gejala Abortus Imminiens, meliputi:
Perdarahan sedikit/bercak.
Kadang disertai rasa mules/kontraksi.
Periksa dalam belum ada pembukaan.
Palpasi: tinggi fundus uteri sesui usia kehamilan.
Hasil test kehamilan (+)/positif.
Penatalaksanaan:
Tirah baring
Istirahat baring (bedrest), bertujuan untuk menambah aliran darah ke uterus dan mengurangi perangsangan mekanis. Ibu(pasien) dianjurkan untuk istirahat baring. Apabila ibu dapat istirahat dirumah, maka tidak perlu dirawat. Ibu (pasien) perlu dirawat apabila perdarahan sudah terjadi beberapa hari, perdarahan berulang, atau tidak dapat istirahat dirumah dengan baik misalnya tidaak ada yang merawat atau ibu merasa sungkan bila di rumah hanya beristirahat saja. Perlu dijelaskan kepada ibu atau pasien dan keluarganya, bahwa beristirahat baring dirumah atau dirumah bersalin/rumah sakit adalah sama saja pengaruhnya terhadap kehamilannya. Apabila akan terjadi abortus inkomplitus, dirawat dimanpun tidak dapat mencegahnya.
Periksa TTV (suhu, nadi, pernapasan)
Kolaborasi dalam pemberian sedative (untuk mengurangi rasa sakit dan cemas), tokolisis dan progesterone, preparat hematinik (seperti sulfas pferosus/tablet besi)
Hindarkan intercourse
Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C
Bersihkan vulpa minimal 2 kali sehari untuk mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat.
2.        Abortus Insipiens (disebut juga sebagai abortus sedang berlangsung/ inevitable abortion)
Beberapa pengertian dari abortus insipiens adalah sebagai berikut:
Proses abortus yang sedang berlangsung dan tindak dapat lagi dicegah, ditandai dengan terbukanya ostium uteri eksternum, selain perdarahan (Achadiat, 2004)

Abortus yang sedang berlasung dan tidak dapat dipertahankan lagi kehamilannya, yang dapat berkembang menjadi abortun inkomplit/ komplit.

Perdarahan ringan hingga sedang pada kehamilan muda dimana hasil konsepsi masih berada dalam kavum uteri. Kondisi ini menujukan proses abortus sedang berlangsung dan akan berlanjut menjadi abortus inkomplit/komplit. (Saefuidin AB, 2006)

Perdarahan pervaginam, dimana dapat timbul rasa nyeri di daerah perut bawah dan panggul, serviks mulai mebuka dan hasil konsepsinya menjulur kenanalis serviks. (Moegni, 1987)
Tanda dan gejala:
Perdarahan banyak disertai bekuan
Mulas hebat (kontraksi makin lama makin dan makin sering)
Ostium uteri sternum mulai terbuka (serviks terbuka)
Pada palpasi: tinggi fundus uteri sesuai usia kehamilan
Penatalaksanaan:
Apabila bidan menghadapi kasus abortus insipens, segera berkonsultasi dengan dokter kebidanan sehingga pasien mendapat penangan yang tepat dan cepat.
Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, bahaya perforasi pada kerokan lebih besar, maka sebaiknya proses abortus dipercepat dengan pemberian infuse oksitosin
Biasanya penatalaksanaan yang dilakukan pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yg disertai perdarahan adalah pengeluaran janin atau pengosongan uterus memakai kuret vakum atau cunam abortus, disusul dengan kerokan memakai kuret tajam
Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, dilakukan pengeluaran plasenta seacara manual
3.        Abortus Inkomplit
Beberapa pengertian dari abortus inkomplit adalah :
Pengeluaran sebagian janin pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus (Prawirohardjo, 2002)
Perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagian dari hasil konsepsi telah keluar kavum uteri melai kanalis servikalis (Saefudin AB, dkk, 2006)
Proses abortus dimana sebagian hasil konsepsi telah keluarmelai jalan lahir (Achadiat, 2004)
Tanda dan gejala:
Perdarahan bisa sedikit atau banyak dan bisa terdapat bekuan darah
Rasa mulas (kontraksi) tambah hebat
Ostium uteri sternum atau serviks terbuka
Pada pemeriksaan vaginal, jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang kadang sudah menonjol dari eksternum atau sebagian jaringan
Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikeluarkan dapat menyebabkan syok
Penatalaksanaan:
Dalam nenghadapi kasus abortus inkomplit, bidan dapat berkonsultasi dengan dokter, sehingga tidak merugikan pasien. Penatalaksanaan yang biasanya dilakukan pada kasus abortus inkomplit ini adalah:
Bila disertai shock karena perdarahan, diberikan infuse cairan fisiologis NaCl atau ringer laktat dan tranfusi darah selekas mungkin
Setelah syok diatasi, dilakukan kerokan dengan kuret tajam dan berikan suntikan untuk mempertahankan kontraksi otot uterus
Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, dilakukan pengeluaran plasenta secara manual
Diberikan antibiotika untuk mencegah infeksi
4.        Abortus Komplit
Beberapa pengertian dari abortus komplit adalah :
Prosesus abortus dimana keseluruhan hasil konsepsi telah keluar melalui jalan lahir (Achadiat, 2004)
Perdarahan pada kehamilan muda dimana seluruh hasil kontrasepsi telah dikeluarkan dari kavum uteri (Saefudin AB, dkk, 2006)
Tanda dan gejala:
Perdarahan banyak
Mulas sedikit atau tidak (kontraksi uterus)
Osteo uteri telah menutup
Uterus sudah mengecil ada keluar jaringan, sehingga tidak ada sisa dalam uterus
Diagnosis komplit ditegakan bila jaringan yang keluar juga diperiksa kelengkapannya
Penatalaksanaan:
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang abortus komplit, bidan dapat berkonsultasi dengan dokter sehingga merugikan pasien
Tidak memerluka terapi khusus, tetapi untuk membantu involusi uterus dapat diberikan methergin tablet
Bila pasien anemia dapat diberikan sulfas ferosus (zat besi) atau tranfusi darah
Diberikan antibotika untuk mencegah infeksi
Anjurkan untuk mengkonsumsi vitamin dan mineral
5.        Missed Abortions
Beberapa pengertian dari missed abortions adalah:
Kehamilan yang tidak normal, janin mati pada usia kurang dari 20 hari yang tidak dapat dihindari (James L. Lindsey, MD, 2007)
Berakhirnya suatu kehamilan sebelum 20 minggu, namun keseluruhan hasil konsepsi tersebut bertahan dalam uterus selama 6 minngu atatu lebih (Achadiat, 2004)
Adannya retensi yang lama terhadap janin yang telah mati dalam paruh pertama kehamilan, atau retensi hasil konsepsi dalam uterus selama 8 minggu atatu lebih, kejadiannya sekitar 2% dari kehamilan (Pilliter, 2002)
Perdarahan pada kehamilan muda disertai dengan retensi hasil konsepsi yang telah mati hingga 8 minggu atau lebih (Saifudin, AB dkk, 2006)
Tanda dan gejala
Gejalanya seperti abortus imminiens yang kemudian menghilang secara spontan disertai kehamilan menghilang
Denyut jantung janin tidak terdengar
Mulas sedikit
Ada keluaran dari vagina
Uterus tidak membesar tetapi mengecil
Mammae agak mengendor/payudara mengecil
Amenorhoe berlangsung terus
Tes kehamilan negative
Dengan USG dapat diketahui apakah janin sudah mati dan besarnya sesuai dengan usia kehamilan
Biasanya terjadi pembekuan darah
Penatalaksanaan:
Missed abortion memerlukan tindakan medis khusus, sehingga bidan perlu berkonsultasi dengan dokter untuk penanganannya.
Yang harus diperhatikan dalam hal ini adalah bahaya adanya hipofibrnogemia, sehingga sulit untuk mengatasi perdarahan yang terjadi bila belum dikoreksi hipofibrnogemianya (untuk itu kadar fibrinogen darah perlu diperiksa sebelum dilakukan tindakan)
Pada prinsipnya penanganannya adalah: pengosongan kavum uteri setelah keadaan memungkinkan
Bila kadar fibrinogen normal, segera dilakukan pengeluaran jaringan konsepsi dengan cunam ovum, lalu dengan kuret tajam
Bila kadar fibrinogen rendah, dapat diberikan fibrinogen kering atau segar sesaat sebelum atau ketika mengeluarkan konsepsi
Pada kehamilan kuran dari 12 minggu, dilakukan pembukaan serviks uteri dengan laminaria selama kurang lebih 12 jam ke dalam kavum uteri
Pada kehamilan lebih dari 2 minggu, maka pengeluaran janin dilakukan dengan pemberian infuse intravena oksitosin dosis tinggi
Bila fundus uteri tingginya sampai 2 jari dibawah pusat, maka pengeluaran janin dapat dikerjakan dengan menyuntik larutan garam 20% dalam kavum uteri melalui dinding perut
6.        Abortus Infeksius dan Abortus Septik
Beberapa pengertian dari abortus infeksius dan abortus septic, adalah sebagai berikut:
Abortus infeksius adalah suatu abortus yang telah disertai komplikasi berupa infeksi, baik yang diperoleh dari luar rumah sakit maupun yang terjadi setelah tindakan di rumah sakit.
Abortus septic adalah suatu komplikasi lebih jauh daripada abortus infeksius, dimana pasien telah masuk dalam keadaan sepsis akibat infeksi tersebut. Angka kematian akibat abortus septic ini cukup tinggi (sekitar 60%). (Achadiat, 2004)
Abortus infeksius adalah adanya abortus yang merupakan komplikasi dan disertai infeksi genitalia, sering dikaitkan dengan tindakan abortus tidak aman sehingga dapat menyebabkan perdarahan hebat.
Abortus septic adalah abortus infeksius berat yang disertai pengeluaran kuman/toksin, septic syok bacterial dan gagal ginjal akut.
Abortus infeksius adalah abortus yang disertai dengan infeksi genital.
Abortus septic adalah keadaan yang lebih parah dari abortus infeksius karena disertai dengan penyebaran kuman atau toksinnya kedalam peredaran darah dan peritoneum, sehingga dijumpai adanya tanda peritornitis umum atau sepsis dan disertai dengan syok.
Tanda dan gejala:
Kanalis servikalis terbuka
Ada perdarahan
Demam
Takikardia
Perdarahan berbau
Uterus membesar dan lembek
Nyeri tekan
Leukositosis
Penatalaksanaan:
Abortus infeksius yang menyebabkan sepsis dapat menimbulkan bahaya kematian ibu, maka penderita (ibu) harus segera dirujuk ke rumah sakit.
Tugas bidan adalah mengirimkan penderita ke rumah sakit yang dapat memberikan pertolongan khusus.
Prinsip penatalaksanaannya adalah:
Pemberian terapi abtibiotika (penisilin, dan lain-lain) untuk menanggulangi infeksi.
Peningkatan asupan cairan
Bila perdarahan banyak, dilakukan pemberian tranfusi darah
Dalam 24 jam sampai 48 jam setelah perlindungan antibiotika atau lebih cepat lagi bila terjadi perdarahan, sisa konsepsi harus dikeluarkan dari uterus
Pemasangan CVP (Central Venous Pressure) untuk pengontrolan cairan
Pemberian kortisteroid dan heparin bila ada DIC (Disseminated Intravascular coagulation)
7.        Abortus Habitualis/Recurent Abortion
Beberapa pengertian dari Abortus Habitualis adalah:
Abortus yang terjadi tiga kali berturut-turut atau lebih oleh sebab apapun. (Achadiat, 2004)
Abortus spontan yang terjadi tiga kali atau lebih secara berturut, penyebab tersering karena factor hormonal. Istilah abortus habitualis masih digunakan untuk menjelaskan pola abortus yang terjadi.
Penatalaksanaan:
Memperbaiki keadaan umum
Perbaikan gizi dan istirahat yang cukup
Terapi hormone progesterone, vitamin
Kolaborasi untuk mengetahui factor penyebab


UNTUK FILE LENGKAPNYA BISA AMBIL DI SINI


Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Abortus"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel