Laporan Pendahuluan Keperawatan Keluarga dengan INFEKSI Saluran Kemih
2:44:00 AM
Add Comment
Laporan Pendahuluan Keperawatan Keluarga dengan INFEKSI Saluran Kemih | terkadang membuat laporan penduhuluan itu membuat kita jenuh dan capek, apa lagi pada saat sedang mengikuti Praktik Kerja Lapangan di desa.
Nah, dengan demikian kali ini saya akan membagikan kepada adex-adex semua yang sedang sibuk Praktek di dedsa dan Keluarga binaan masing-masing, dan kemungkinan besarnya sangat sedikit waktu yang adex-adex punya untuk mencari referensi buku untuk menyusun sebuah Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Masalah Infeksi Saluran Kemih.
Laporan Pendahuluan Keperawatan Keluarga dengan INFEKSI Saluran Kemih
A.
Konsep dasar Infeksi Saluran
Kemih
1.
Pengertian
Infeksi
saluran kemih adalah infeksi yang terjadi di sepanjang saluran kemih, termasuk
ginjal itu sendiri, akibat proliferasi suatu mikroorganisme (Corwin, 2009, hal:
718).
Infeksi
saluran kemih adalah istilah umum yang dipakai untuk menyatakan adanya invasi
mikroorganisme pada saluran kemih (Perhimpunan dokter spesialis penyakit dalam
indonesia, 2004, hal: 369).
Infeksi
saluran kemih (ISK) adalah kolonisasi bakteri di berbagai segmen di saluran
kemih dan merupakan infeksi kedua terbanyak setelah infeksi saluran nafas
bagian atas pada anak (Betz & Sowden 2009, hal: 680).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas yang telah
dikemukakan oleh para ahli maka penulis menyimpulkan Infeksi Saluran Kemih
(ISK) adalah istilah umum yang dipakai untuk menyatakan adanya invasi
mikroorganisme pada saluran kemih.
2.
Etiologi
Penyebab
infeksi saluran kemih menurut Corwin (2009) adalah sebagian besar infeksinya
disebabkan oleh bakteri (bakteri yang tersering terjadi disebabkan oleh Escherichia coli), tetapi jamur dan
virus juga dapat menjadi penyebabnya.
Etilogi
infeksi saluran kemih yang berbeda juga di ungkapkan oleh Morgan & Hamilton
diantaranya :
a.
Antepartum : stasis urine yang disebabkan oleh efek
progesteron
1.
Dilatasi uretra
2.
Persistalsis uretra melambat
3.
Peningkatan tekanan akibat pembesaran uterus
b.
Intrapartum
1)
Kateterisasi sekunder akibat anestasi regional, meskipun
kateterisasi tidak terbukti secara signifikan mampu menyebabkan ISK, insiden
ISK sekunder akibat kateterisasi saat pelahiran adalah 20%.
2)
Trauma dan pembengkakan uretra sekunder akibat penggunaan
forsep, atau pelahiran yang traumatis lainnya.
c.
Pascapartum
1)
Diuresis setelah pelahiran yang dapat menyebabkan
distensi yang berlebihan dam stasis urine.
2)
Penggunaan oksitosin yang menyebabkan efek antidiuresis
sampai obat ini dimetabolisme, lalu ada desakan diuresis yang dengan cepat
menyebabkan distesi kandung kemih
d.
Interkonsepsi
1)
Aktivitas seksual: masuknya bakteri ke uretra yang
disebabkan oleh hubungan seksual.
2)
Fisiologis: penyebab kongenital, prolaps kandung kemih,
relaksasi otot dasar panggul, dan diabetes.
3)
Kebiasaan hygiene yang buruk
a)
Tidak cukup bersih membilas atau mengganti pakaian dalam
atau pembalut sehingga menyebabkan bakteri menghampiri uretra untuk
memperbanyak diri.
b)
Mengusap dari belakang ke depan sehingga bakteri masuk
dari rektum ke uretra.
4)
Kebiasaan kesehatan
a)
Kerap tidak mengosongkan kandung kemih dengan tuntas yang
mengakibatkan stasis urine.
b)
Penggunaan kafein berlebihan yang menyebabkan iritasi
saluran urine dan diuresis.
3. Klasifikasi
Menurut Israr dalam jurnalnya yang berjudul ”infeksi saluran kemih tahun 2009”
mengatakan ISK dapat diklasifikasikan berdasarkan :
A. Anatomi
1) ISK bawah, presentasi klinis ISK bawah
tergantung dari gender.
a. Perempuan
1)
Sistitis, adalah presentasi klinis infeksi saluran kemih disertai bakteriuria bermakna
2)
Sindroma uretra akut (SUA), adalah presentasi klinis
sistitis tanpa ditemukan mikroorganisme (steril).
b. Laki-laki
Presentasi ISK
bawah pada laki-laki dapat berupa sistitis, prostatitis, epidimidis, dan
uretritis.
2)
ISK atas
a.
Pielonefritis akut (PNA), adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang disebabkan
oleh infeksi bakteri.
b.
Pielonefritis kronis (PNK), mungkin terjadi akibat lanjut dari infeksi bakteri berkepanjangan
atau infeksi sejak masa kecil. Obstruksi saluran kemih serta refluk
vesikoureter dengan atau tanpa bakteriuria kronik sering diikuti pembentukan
jaringan ikat parenkim ginjal yang ditandai pielonefritis kronik yang spesifik.
B. Klinis
1)
ISK Sederhana/ tak berkomplikasi, yaitu ISK yang terjadi
pada perempuan yang tidak hamil dan tidak terdapat disfungsi truktural ataupun
ginjal.
2)
ISK berkomplikasi, yaitu ISK yang berlokasi selain di
vesika urinaria, ISK pada anak-anak, laki-laki, atau ibu hamil.
4. Patofisiologi
Berdasarkan data yang penulis dapatkandari Israr dalam
jurnalnya yang berjudul ”infeksi saluran
kemih tahun 2009” patogensesis dari ISK berkembang dari mikroorganisme yang
memasuki saluran kemih melalui 4 cara, yaitu :
a. Ascending
b. Hematogen
c. Limfogen
d. Langsung dari organ
sekitar yang sebelumnya sudah terinfeksi atau eksogen sebagai akibat dari
pemakaian intrumen.
Sebagian besar
mikroorganisme memasuki saluran kemis melalui cara ascending. Kuman penyebab
ISK pada umumnya adalah kuman yang berasal dari flora normal usus dan hidup
secara komensal di introitus vagina, prepusium penis, kulit perineum, dan
sekitar anus. Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui uretra – prostat –
vas deferens – testis (pada pria) – buli-buli – ureter dan sampai ke ginjal.
Dua jalur utama terjadinya ISK adalah hematogen dan ascending, tetapi dari kedua cari ini
ascending-lah yang paling sering terjadi.
a. Hematogen
Infeksi
hematogen kebanyakan terjadi pada pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah,
karena menderita sesuatu penyakit kronis, atau pada pasien yang mendapatkan
pengobatan imunosupresif. Penyebaran hematogen bisa juga timbul akibat adanya
fokus infeksi di tempat lain, misalnya infeksi S. aureus pada ginjal bisa
terjadi akibat penyebaran hematogen dari fokus infeksi di tulang, kulit,
endotel, atau tempat lain. M. Tuberculosis, Salmonella, pseudomonas, Candida, dan Proteus sp termasuk jenis bakteri/ jamur yang
dapat menyebar secara hematogen.Walaupun
jarang terjadi, penyebaran hematogen ini dapat mengakibatkan infeksi ginjal yang berat, misal infeksi
Staphylococcus dapat menimbulkan abses pada ginjal.
b. Infeksi Ascending
Infeksi
secara ascending (naik) dapat terjadi melalui 4 tahapan, yaitu :
1) Kolonisasi
mikroorganisme pada uretra dan daerah introitus vagina
2) Masuknya
mikroorganisme ke dalam buli-buli
3) Multiplikasi dan
penempelan mikroorganisme dalam kandung kemih
4) Naiknya mikroorganisme
dari kandung kemih ke ginjal.
5. Gambaran klinis
Gambaran klinis yang
terjadi menurut Israr (2009) menyatakan bahwa infeksi saluran kemih sangat
bervariasi mulai dari tanpa gejala hingga menunjukkan gejala yang sangat berat.
Gejala yang sering timbul ialah disuria, polakisuria, dan terdesak kencing yang
biasanya terjadi bersamaan, disertai nyeri suprapubik dan daerah pelvis. Gejala
klinis ISK sesuai dengan bagian saluran kemih yang terinfeksi, yaitu :
a. Pada ISK bagian
bawah, keluhan pasien biasanya berupa nyeri supra pubik, disuria, frekuensi,
hematuri, urgensi, dan stranguria
b. Pada ISK bagian
atas, dapat ditemukan gejala demam, kram, nyeri punggung, muntah, skoliosis,
dan penurunan berat badan.
6.
Komplikasi
a. Bakteremia dan syok
septik
b. Abses ginjal,
perinefrik, dan metastasis
c. Kerusakan ginjal
dan gagal ginjal akut/ kronis
d. Pielonefritis
kronis dan xantogranulomatosa
7.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksan
penunjang yang diperlukan untuk mendiagnosi kasus infeksi saluran kemih menurut
Grace & Borley (2007) adalah dengan Pewarnaan gram dan kultur pada spesimen
urin ”clean-catch” sebelum pemberian antibiotik. Organisme yang sering
ditemukan adalah E. Coli, enterobacter, klebsiella, proteus (menunjukkan adanya
batu urin).
a. Infeksi saluran
kemih bagian atas
1) DPL
2) Ureum + elektrolit
dan serum kreatinin; fungsi ginjal.
3) Ultrasonografi
ginjal: pembengkakan pada pielonefritris, batu, obstruksi/ hidronefrosis, abses
sekunder.
4) IVU : batu,
kelainan struktural, obstruksi sistem pengumpul.
5) CT scan: abses/tumor.
6) Scan isotop (DPTA,
DMSA): fungsi tubuloglomerular ginjal.
b. Infeksi saluran
kemih bagian bawah
1) DPL
2) Sistoskopi hanya
jika terdapat hematuria-keganasan atau batu yang menjadi penyebab dasar.
3) Jika terdapat
obstruksi, scan ultrasonografi, IVU, dan sistoskopi mungkin diperlukan.
8.
Penatalaksanaan
Berdasarkan pernyataan morgan & Hamilton
penatalaksanaan untuk klien dengan ISK diantaranya:
a.
Terapi antibiotik
Antibiotik
diindikasikan oleh hasil urinalisis atau C & S urin. Bila dalam setahun
klien mengalami dua kali kasus ISK, pertimbangkan untuk memberikan terapi 3
hari. Bila 1 tahun, terapi yang lebih lama diindikasikan.
b.
Jelaskan kepada klien bahwa respon terhadap antibiotik
biasanya cepat. Gejala menghilang dalam 1-2 hari setelah terapi mulai diberikan.
Klien mungkin merasa bahwa infeksi berlalu dan terapi dhentikan. Anjurkan klien
untuk menghabiskan antibiotik selama 3-10 hari berturut-turut untuk mencegah
kekambuhan.
c.
Sarankan tindakan perawatan mandiri berikit ini:
1)
Minum sedikitnya 6-8 gelas air putih per hari untuk
mendorong fungsi ginjal yang adekuat dan mencegah stasis urin.
2)
Hindari kafein yang dapat mengiritasi sistem perkemihan
dan bertindak sebagai diuretik. Asupan vitamin C yang berlebihan juga bersifat
iritan.
3)
Lakukan higiene perineum dengan tepat untuk mencegah
kontaminasi uretra dari bakteri dalam rektum.
4)
Berkemih dengan sering sepanjang hari untuk mencegah
stasis urin.
5)
Berkemih segera setelah melakukan hubungan seksual untuk
menyingkirkan bakteri yan mungkin bergerak ke arah uretra.
6)
Minum jus atau
tablet cranberry saat indikasi pertama infeksi.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga
1.
Pengertian Keluarga
a. Burges dalam Setiawati, (2008. Hal 3) memberikan pandangan
tentang defenisi keluarga yang berorientasi kepada tradisi, yaitu
1) Keluarga terdiri dari orang-orang yang
disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan ikatan adopsi.
2) Anggota keluarga biasanya hidup bersama
sama dalam satu rumah tangga atau jika mereka hidup secara terpisah mereka
tetap menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka.
3) Anggota keluarga berinteraksi dan
berkomunikasi satu sama lain dalam peran peran sosial keluarga seperti halnya
peran sebagai suami istri, peran sebagai ayah dan ibu, peran sebagai anak laki
laki dan anak perempuan.
4) Keluarga bersama-sama menggunakan kultur
yang sama yaitu kulur yang diambil dari masyarakat dengan beberapa unik
tersendiri.
b. Keluarga merupakan satu kelompok yang
terdiri atas dua atau lebih individu yang dicirikan oleh istilah khusus, yang
mungkin memiliki atau tidak memiliki hubungan darah atau hukum yang mencirikan
orang tersebut kedalam suatu keluarga (Whall dalam Setiawati, 2008. Hal 3).
c. Keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul
serta tinggal di suatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan
(Dep.Kes RI dalam Setiawati, 2008. Hal 3).
d. Keluarga merupakan kesatuan dari orang
orang yang terikat dalam perkawinan, ada hubungan darah, atau adopsi dan
tinggal dalam satu rumah (Friedman dalam Setiawati, 2008. Hal 4).
e. Keluaga adalah dua atau lebih dari
individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan, atau
pengangkatan dan mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi sesama lain
dalam pernannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suata kebudayaan
(Maglaya dalam Setiawati, 2008. Hal 4).
2.
Tipe keluarga
Menurut
Effendi (2009. Hal 183) terdapat beberapa
tipe keluarga yaitu :
a.
Tdraditional nuclear:
Keluarga inti (ayah, ibu , anak) tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh saksi
saksi legal dalam suatu ikatan
perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.
b.
Reconstituted nuclear:
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami/istri,
tinggal dalam pebentukan suatu rumah dengan anak anaknya, baik itu anak dari
perkawinan lama maupun perkawinan baru. Satu atau keduanya dapat bekerja diluar
rumah.
c.
Middle age atau aging couple:
Suami sebagai pencari uang, istri dirumah, atau keduanya bekerja diluar rumah,
anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah, perkawinan, atau menii
karir.
d.
Dyadic nucliar:
Pasangan suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak. Keduanya atau
salah satu bekerja diluar rumah.
e.
Singgle parent:
Keluarga dengan satu orang tua seagai akibat perceraian atau kematian
pasangannya. Anak anaknya dapat tinggal di dalam atau diluar rumah.
f.
Dual carrier:
Suami istri atau keduanya orang karrier dan tanpa anak.
g.
Commuter married:
Pasangan suami istri atau keduanya sama sama bekerja dan tinggal terpisah pada
jarak tertentu. Keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.
h.
Singgle adult:
Wanita atau pria dewasa yang tingal sendri dengan tidak adanya keinginan untuk
menikah.
i.
Three generation:
Tiga generasi atau lebih yang tinggal dalam satu rumah.
j.
Institusional:
Anak-anak atau orang dewasa tinggal dalam satu panti.
k.
Communal:
Satu rumah sendiri atas dua atau lebih pasangan yang monoami dengan
anak-anaknya dan bersama-sama berbagi fasilitas.
l.
Group marriage:
Satu rumah terdiri atas orang tua dan keturunannya didalam satu keturunan
keluarga.
m. Unmarried
parent and child: Ibu dan anak yang
pernikahannya tidak dikehendaki dan keudian anaknya diadopsi.
n.
Cohabitiating couple:
Dua orang atau satu pasangan yang bersama tanpa menikah.
o.
Extended family:
Nuclear family dan anggota keluarga yang
lain tinggal dalam satu rumah dan berorientasi pada satu kepala keluarga.
3.
Fungsi keluarga
Secara
umum fungsi keluarga menurut friedman (1998) dalam Suprajitno (2004. Hal 13)
adalah sebagai berikut :
a.
Fungsi
afektif (the affective function) adalah fungsi keluarga yang utama untuk
mengajarkan segala sesuatu untuk mepersiapkan anggota keluarga berhubungan
dengan orang lain. Fungsi ini di hubungkan untuk perkembangan individu dan
psikososial anggota keluarga.
b.
Fungsi
asosialisasi dan tempat untuk bersosialisasi (socialization and social
placement function) adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak
berkehidupan sosial sebelum meninggal rumah untuk berhubungan orang lain di
luar rumah.
c.
Fungsi
reproduksi (the economic function) adalah fungsi untuk mempertahankan kebutuhan
keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu,
meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
d.
Fungsi
perawatan / memelihara kesehatan (the healht care funcion) yaitu fungsi untuk
mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki
produktivitas tinggi, fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang
kesehatan.
4.
Tugas perkembangan keluarga
Menurut
Duvall (1985) dalam Suprajitno (2004. Hal 3), tugas perkembangan keluarga
adalah :
a.
Keluarga
baru menikah
1)
Membina
hubungan intim yang memuaskan
2)
Membina
hubungan keluarga lain, teman dan kelompok sosial
3)
Mendiskusikan
rencana memiliki anak
b.
Keluarga
dengan anak baru
1)
Mempersiapkan
menjadi orang tua
2)
Adaptasi
dengan perubahan adanya anggota keluarga, interaksi keluarga, hubungan seksual
dan kegiatan sosial
3)
Mempertahankan
hubungan dalam rangka memuaskan pasangannya.
c.
Keluarga
dengan anak usia pra sekolah
1)
Memenuhi
kebutuhan anggota keluarga misal kebutuhan tempat tinggal, privasi dan aras
aman.
2)
Membantu
anak untuk bersosialisasi.
3)
Beradaptasi
dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain (tua) juga
harus terpenuhi.
4)
Mempertahankan
hubungan yang sehat, baik didalam maupun diluar keluarga (keluarga lain dan
lingkungan sekitar)
5)
Pembagian
waktu untuk individu, pasangan dan anak (biasanya keluarga mempunyai tingkat
kerepotan yang tinggi).
6)
Pembagian
tanggung jawab anggota keluarga
7)
Merencanakan
kegiatan dan waktu untuk menstimulasi tumbuh kembang anak.
d.
Keluarga
dengan anak usia sekolah
1)
Membantu
sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah dan lingkungan lebih
luas.
2)
Mempertahankan
keintiman pasangan
3)
Memenuhi
kebutuhan yang meningkat, termasuk biaya kehidupan dan kesehatan anggota
keluarga.
e.
Keluarga
dengan anak remaja
1)
Memberikan
kebebasan yang seimbang dan bertanggung jawab mengingat remaja adalah seorang
dewasa muda dan mulai memiliki otonomi.
2)
Mempertahankan
hubungan intim dengan keluarga.
3)
Mempertahankan
komunikasi terbuka antara anak dan orang tua.
4)
Mempersiapkan
perubahan sistem peran dan peraturan keluarga.
f.
Keluarga
mulai melepas anak sebagai dewasa
1)
Memperluas
jaringan keluarga dari keluarga inti menjadi keluarga besar.
2)
Mempertahankan
keintiman pasangan.
3)
Membantu
anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat.
4)
Penataan
kembali peran orang tua dan kegiatan di rumah.
g.
Keluarga
usai pertengahan
1)
Mempertahankan
kesehatan individu dan pasangan usia pertengahan.
2)
Mempertahankan
hubungan yang suasana kehidupan rumah yang serasi dan dengan memuaskan dengan
anak-anaknya dan sebaya.
3)
Meningkatkan
keakraban pasangan.
h.
Keluarga
usia lanjut
1)
Mempertahankan
suasana kehidupan rumah tangga yang saling menyenangkan pasangannya.
2)
Adaptasi
dengan perubahan yang akan terjadi : kehilangan pasangan, kekuatan fisik dan
penghasilan keluarga.
3)
Mempertahankan
keakraban pasangan dan saling merawat.
4)
Melakukan life review masa lalu.
5. Tugas keluarga di bidang kesehatan
Menurut Suprajitno (2004. Hal 17), fungsi pemeliharaan
kesehatan keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu di pahami dan
dilakukan meliputi :
a.
Mengenal
masalah kesehatan keluarga
b.
Memutuskan
tindakan yang tepat bagi keluarganya
c.
Merawat
keluaga yang mengalami gangguan kesehatan
d.
Merawat
keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
e.
Momidifikasikan
lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.
f.
Memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan disekitar bagi keluarga.
C. Pengkajian Keperawatan Keluarga
Menurut
Suprajitno (2004. Hal 29) Pengkajian
pada asuhan keperawatan keluarga adalah sebagai berikut:
a.
Membina hubungan yang baik hubungan yang baik antara
perawat dengan klien (keluarga) dalah modal utama pelaksanaan asuhan
keperawatan. Diawali dengan perawat memperkenalkan diri dengan sopan
dan ramah, Menjelaskan tujuan kunjungan, Meyakinkan
keluarga bahwa kehadiran perawat adalah untuk membantu keluarga menyelesaikan
masalah kesehatan yang ada di keluarga, Menjelaskan luas kesanggupan bantuan perawat yang dapat
dilakukan, Menjelaskan kepada keluarga siapa tim kesehatan lain yang
menjadi jariangan perawat.
b.
Pengkajian awal. Pengkajian ini berfokus sesuai pada data
yang diperoleh dari unit pelayan kesehatan.
c.
Pengkajian lanjut. Pengkajian lanjut adalah tahap
pengkajian untuk memperoleh data yang lebih lengkap sesuai masalah kesehatan
keluarga yang berorientasi pada pengkajian awal.
d.
Data umum
1)
Data ini mencakup kepala keluarga (KK), alamat dan
telepon, Pekerjaan KK, pendidikan KK, dan komposisi keluarga.
2)
Tipe keluarga, yang menjelaskan mengenai jenis/tipe keluarga.
3)
Suku bangsa, yang mengkaji asal/suku bangsa keluarga
(pasangan).
4)
Agama, yang mengidentifikasi agama dan kepercayaan
keluarga yang dianut yang dapat memengaruhi kesehatan.
5)
Status sosial ekonomi keluarga, status sosial ekonomi
keluarga ditentukan oleh penghasilan seluruh anggota keluarga.
6)
Aktivitas rekreasi keluarga, yang dimaksud rekreasi
keluarga bukan hanya berpergian keluar rumah secara bersama stau sendiri menuju
tempat rekreasi tetapi kesempatan berkumpul dirumah untuk menikmati hiburan.
e.
Riwayat dan tahapan perkembangan keluarga
1)
Tahap perkembangan keluarga saat ini. Tahap ini
ditentukan oleh usia anak tertua dari keluarga inti
2)
Tugas keluarga yang belum terpenuhi. Bagian ini
menjelaskan tentang tugas keluarga yang belum terpenuhi dan kenda yang dihadapi
oleh keluarga.
3)
Riwayat kesehatan keluarga inti, menjelaskan riwayat
kesehatan keluarga inti.
4)
Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya.
f.
Data lingkungan
Data lingkungan meliputi Karakteristik rumah, Karakteristik tetangga dan
kominitasnya, Mobilitas geografis keluarga, Perkumpulan
keluarga dan interaksi dengan masyarakat, Sistem pendukung keluarga.
g.
Struktur keluarga.
1)
Struktur peran
2)
Nilai atau norma keluarga
3)
Pola komunikasi keluarga
4)
Struktur kekuatan keluarga
h.
Fungsi keluarga
Fungsi ekonomi, fungsi
mendapatkan status sosial, fungsi pendidikan, fungsi sosialisasi, fungsi pemenuhan perawata/pemeliharaan kesehatan, fungsi
religius, fungsi
rekreasi, fungsi
reproduksi, fungsi afeksi
i.
Stres dan koping keluarga, strsor jangka pendek yaitu
stresor yang membutuhkan waktu penyelesaian lebih kurang 6 bulan,
stresor jangka panjan yaitu stresor yang membutuhkan waktu penyelesaian
lebihdari 6 bulan.
j.
Pemeriksaan kesehatn, meliputi pengkajian kebutuhan dasr
individu, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang perlu
k.
Harapan keluarga, bagaimana harapan keluarga terhadap
perawat dan tenaga kesahatan lain untuk membantu menyelesaiakan masalah
kesehatan yang terjadi.
l.
Pengkajian fokus meliputi
1)
Keluarga yang baru menikah
2)
Keluarga dengan anak baru lahir (sampai usia 30 bulan)
3)
Keluarga dengan anak pra sekolah
4)
Keluarga dengan anak usia sekolah
5)
Keluarga dengan anak usia remaja
6)
Keluarga dengan anak dewasa (mulai lepas)
7)
Keluarga usia baya
8)
Keluarga lansia
m. Tabel skoring,
menurt Baylon & Maglaya dalam Suprajitno (2004, hal 46) Skala Prioritas
Masalah Keperawatan.
Tabel
2.1 : Skala prioritas masalah keperawatan
No
|
Kriteria
|
Skor
|
Bobot
|
1.
|
Sifat masalah
skala : Tidak/kurang sehat
Ancaman kesahatan
Keadaan sejahtera
|
3
2
1
|
1
|
2.
|
Kemungkina masalah dapat di ubah
skala : Mudah
Sebagian
Tidak dapat
|
2
1
0
|
2
|
3.
|
Potensial masalah untuk dicegah
skala :Tinggi
Cukup
Rendah
|
3
2
1
|
1
|
4.
|
Menonjolnya masalah
skala : Masalah berat, harus segera ditangani
Ada masalah, tetapi todak
perlu ditangani
Masalah tidak dirasakan
|
2
1
0
|
1
|
Cara perhitungan :
1.
Tentukan skore untuk setiap kriteria
2.
Skore dubagi dengan angka tertinggi dan dikali dengan
bobot, cara perhitungan :
Skore
Angka tertinggi
3.
Jumlah skore untuk semua kriteria skore tertinggi adalah
5 sma dengan seluruh bobot.
D. Diagnosa Keperawatan
Perumusan
diagnosis keperawatan dapat diarahkan kepada sasaran individu dan atau
keluarga. Komponen diagnosis keperawatan meliputi masalah (problem), penyebab (etiologi), dan tanda (sign). Perumusan diagnosis keperawatan
keluarga menggunakan aturan yang telah disepakati, terdiri dari : Masalah (problem, P) adalah suatu pernyataan
tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang di alami oleh keluarga atau
anggota keluarga (individu) keluarga. Penyebab (etiologi, E) adalah suatu pernyataan yang dapat menyebabkan
masalah dengan mengacu kepada lima tugas keluarga, yaitu mengenal masalah,
mengambil keputusan yang tepat, merawat anggota keluarga, memelihara
lingkungan, atau memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan. Tanda (sign, S) adalah sekumpulan data
subjektif dan objektif yang diperoleh perawat dari keluarga secara langsung
atau tidak yang mendukung masalah dan penyebab (Suprajitno 2004. Hal 42).
Setelah
mengumpulkan data dan menganalisa, maka diagnosa keperawatan pada keluarga fokus dengan masalah kesehatan infeksi
saluran kemih menurut Dongoes (2000) yaitu :
a.
Nyeri Akut
b.
Perubahan eliminasi urin.
c.
Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan.
E. Intervensi Keperawatan
Perencanaan
keperawatan keluarga mencakup tujuan umum dan tujuan khusus yang didasarkan
pada masalah yang dilengkapi dengan kriteria dan standar yang mengacu pada
penyebab. Selanjutnya merumuskan tindakan keperawatan yang berorientasi pada
kriteria dan standar.
Rencana
tindakan keperawatan terhadap keluarga meliputi kegiatan yang bertujuan:
a.
Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai
masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara; memberikan informasi yang tepat, mengidentifikasi
kebutuhan dan harapan keluarga tentang kesehatan, mendorong sikap emosi yang
mendukung upaya kesehatan.
b.
Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan
yang tepat dengan cara; mengidentifikasi konsekuensinya bila tidak melakukan
tindakan, mengidentifikasikan sumber sumber yang dimiliki dan ada dikeluarga,
mendiskusikan tentang konsekuensi tipe tindakan.
c.
Memberikan kepercayaan diri selama merawat anggota
keluarga yang sakit, dengan cara; mendemontrasikan cara perawatan, mengunakan
alat dan fasilitas yang ada di rumah, mengawasi keluarga melakukan perawatan.
d.
Membantu keluarga untuk memelihara (memodifikasi)
lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan keluarga, dengan cara; menemukan
sumber sumber yang dapat digunakan keluaraga, melakukan perubahan lingkungan
bersama keluarga seoptimal mungkin.
e.
Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang ada disekitar lingkungan keluarga, membantu keluarga menggunakan
fasilitas kesehatan yang ada (Suprajitno 2004. Hal 49)
F. Implementasi
Implementasi
merupakan aktualisasi dari perencanaan yang telah disusun sebelumnya. Prinsip
yang mendasari implementasi keperawatan keluarga antara lain (Setiawati, 2008,
hal 47) :
a.
Implementasi mengacu pada rencana perawatan yang dibuat.
b.
Implementasi dilakukan dengan tetap memperhatikan
prioritas masalah.
c.
Kekuatan-kekuatan kleuarga berupa finansial, motivasi dan
sumber-sumber pendukung lainnya jangan diabaikan.
d.
Pedokumentasian implementasi keperawatan keluarga
janganlah terlupakan dengan menyertakan tanda tangan petugas sebagai bentuk
tanggung gugat dan tanggung jawab profesi.
G. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi
merupakan tahapan terakhir dari proses keperawatan keluarga. Evaluasi merupakan
tahapan yang menentukan apakah tujuan dapat tercapai sesuai dengan yang
ditetapkan dalam tujuan direncanakan keperawatan. Apabila setelah dilakukan
evaluasi tujuan tidak tercapai maka ada beberapa kemungkinan yang ditinjau kembali
yaitu Tujuan tidak realistis. Tindakan keperawatan tidak tepat. Faktor-faktor
lingkungan yang tidak bisa diatasi (Setiawati 2008, hal 47).
Evaluasi merupakan
kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi dengan kriteria dan
standard yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Bila hasil
evaluasi tidak atau berhasil sebagian, perlu disusun rencana keperawatan yang
baru. Perlu diperhatikan juga bahwa evaluasi perlu dilakukan beberapa kali
dengan melibatkan keluarga sehingga perlu pula direncanakan waktu yang sesuai
dengan kesediaan keluarga (Suprajitno, 2004).
Evaluasi disusun dengan
menggunakan SOAP yang operasional dengan pengertian S adalah ungkapan perasaan
dan keluhan yang dirasakan secara subjektif oleh keluarga setelah diberikan
mplementasi keperawatan. O adalah objektif yang dapat di identifikasi oleh
perawat menggunakan pengamatan atau pengamatan yang objektif setelah
mplementasi keperawatan. A merupakan analisa perawat setelah mengetahui respon
subjektif dan objektif keluarga yang
dibandingkan dengan kriterian dan standar yang telah ditentukan mengacu pada
tujuan pada rencana keperawatan keluarga. P adalah perencanaan selanjutnya
setelah perawat melukan analisis (Suprajitno, 2004. Hal 57).
Demikian dulu yang bisa saya bagikan hari ini, semoga bermanfaat untuk kemajuan dunia Keperawatan Indonesia, dan kedepannya menjadi lebih baik dan lebih bermartabat.
0 Response to "Laporan Pendahuluan Keperawatan Keluarga dengan INFEKSI Saluran Kemih"
Post a Comment