-->

Laporan Pendahuluan Keperawatan Keluarga dengan INFEKSI Saluran Kemih


Laporan Pendahuluan Keperawatan Keluarga dengan INFEKSI Saluran Kemih | terkadang membuat laporan penduhuluan itu membuat kita jenuh dan capek, apa lagi pada saat sedang mengikuti Praktik Kerja Lapangan di desa. 

Nah, dengan demikian kali ini saya akan membagikan kepada adex-adex semua yang sedang sibuk Praktek di dedsa dan Keluarga binaan masing-masing, dan kemungkinan besarnya sangat sedikit waktu yang adex-adex punya untuk mencari referensi buku untuk menyusun sebuah Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Masalah Infeksi Saluran Kemih.


Laporan Pendahuluan Keperawatan Keluarga dengan INFEKSI Saluran Kemih 


A.      Konsep dasar Infeksi Saluran Kemih
1.         Pengertian
Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi di sepanjang saluran kemih, termasuk ginjal itu sendiri, akibat proliferasi suatu mikroorganisme (Corwin, 2009, hal: 718).
Infeksi saluran kemih adalah istilah umum yang dipakai untuk menyatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih (Perhimpunan dokter spesialis penyakit dalam indonesia, 2004, hal: 369).
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah kolonisasi bakteri di berbagai segmen di saluran kemih dan merupakan infeksi kedua terbanyak setelah infeksi saluran nafas bagian atas pada anak (Betz & Sowden 2009, hal: 680).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas yang telah dikemukakan oleh para ahli maka penulis menyimpulkan Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah istilah umum yang dipakai untuk menyatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih.
2.         Etiologi
Penyebab infeksi saluran kemih menurut Corwin (2009) adalah sebagian besar infeksinya disebabkan oleh bakteri (bakteri yang tersering terjadi disebabkan oleh Escherichia coli), tetapi jamur dan virus juga dapat menjadi penyebabnya.
Etilogi infeksi saluran kemih yang berbeda juga di ungkapkan oleh Morgan & Hamilton diantaranya :
a.         Antepartum : stasis urine yang disebabkan oleh efek progesteron
1.    Dilatasi uretra
2.    Persistalsis uretra melambat
3.    Peningkatan tekanan akibat pembesaran uterus
b.        Intrapartum
1)   Kateterisasi sekunder akibat anestasi regional, meskipun kateterisasi tidak terbukti secara signifikan mampu menyebabkan ISK, insiden ISK sekunder akibat kateterisasi saat pelahiran adalah 20%.
2)   Trauma dan pembengkakan uretra sekunder akibat penggunaan forsep, atau pelahiran yang traumatis lainnya.
c.         Pascapartum
1)   Diuresis setelah pelahiran yang dapat menyebabkan distensi yang berlebihan dam stasis urine.
2)   Penggunaan oksitosin yang menyebabkan efek antidiuresis sampai obat ini dimetabolisme, lalu ada desakan diuresis yang dengan cepat menyebabkan distesi kandung kemih

d.   Interkonsepsi
1)   Aktivitas seksual: masuknya bakteri ke uretra yang disebabkan oleh hubungan seksual.
2)   Fisiologis: penyebab kongenital, prolaps kandung kemih, relaksasi otot dasar panggul, dan diabetes.
3)   Kebiasaan hygiene yang buruk
a)        Tidak cukup bersih membilas atau mengganti pakaian dalam atau pembalut sehingga menyebabkan bakteri menghampiri uretra untuk memperbanyak diri.
b)        Mengusap dari belakang ke depan sehingga bakteri masuk dari rektum ke uretra.
4)        Kebiasaan kesehatan
a)    Kerap tidak mengosongkan kandung kemih dengan tuntas yang mengakibatkan stasis urine.
b)   Penggunaan kafein berlebihan yang menyebabkan iritasi saluran urine dan diuresis.
3. Klasifikasi
Menurut Israr dalam jurnalnya yang berjudul ”infeksi saluran kemih tahun 2009” mengatakan ISK dapat diklasifikasikan berdasarkan :
A.  Anatomi
     1) ISK bawah, presentasi klinis ISK bawah tergantung dari gender.
a.  Perempuan
1)   Sistitis, adalah presentasi klinis infeksi saluran  kemih disertai bakteriuria bermakna
2)   Sindroma uretra akut (SUA), adalah presentasi klinis sistitis tanpa ditemukan mikroorganisme (steril).
b.  Laki-laki
Presentasi ISK bawah pada laki-laki dapat berupa sistitis, prostatitis, epidimidis, dan uretritis.
2) ISK atas
a. Pielonefritis akut (PNA), adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang disebabkan oleh infeksi bakteri.
b. Pielonefritis kronis (PNK), mungkin terjadi akibat  lanjut dari infeksi bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Obstruksi saluran kemih serta refluk vesikoureter dengan atau tanpa bakteriuria kronik sering diikuti pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal yang ditandai pielonefritis kronik yang spesifik.
B.  Klinis
1)   ISK Sederhana/ tak berkomplikasi, yaitu ISK yang terjadi pada perempuan yang tidak hamil dan tidak terdapat disfungsi truktural ataupun ginjal.
2)   ISK berkomplikasi, yaitu ISK yang berlokasi selain di vesika urinaria, ISK pada anak-anak, laki-laki, atau ibu hamil.

4.  Patofisiologi
Berdasarkan data yang penulis dapatkandari Israr dalam jurnalnya yang berjudul ”infeksi saluran kemih tahun 2009” patogensesis dari ISK berkembang dari mikroorganisme yang memasuki saluran kemih melalui 4 cara, yaitu : 
a.    Ascending
b.    Hematogen
c.    Limfogen
d.   Langsung dari organ sekitar yang sebelumnya sudah terinfeksi atau eksogen sebagai akibat dari pemakaian intrumen.
Sebagian besar mikroorganisme memasuki saluran kemis melalui cara ascending. Kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang berasal dari flora normal usus dan hidup secara komensal di introitus vagina, prepusium penis, kulit perineum, dan sekitar anus. Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui uretra – prostat – vas deferens – testis (pada pria) – buli-buli – ureter dan sampai ke ginjal. Dua jalur utama terjadinya ISK adalah hematogen dan  ascending, tetapi dari kedua cari ini ascending-lah yang paling sering terjadi.
a.    Hematogen
Infeksi hematogen kebanyakan terjadi pada pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah, karena menderita sesuatu penyakit kronis, atau pada pasien yang mendapatkan pengobatan imunosupresif. Penyebaran hematogen bisa juga timbul akibat adanya fokus infeksi di tempat lain, misalnya infeksi S. aureus pada ginjal bisa terjadi akibat penyebaran hematogen dari fokus infeksi di tulang, kulit, endotel, atau tempat lain. M. Tuberculosis, Salmonella,  pseudomonas, Candida, dan  Proteus sp termasuk jenis bakteri/ jamur yang dapat menyebar  secara hematogen.Walaupun jarang terjadi, penyebaran hematogen ini dapat mengakibatkan  infeksi ginjal yang berat, misal infeksi Staphylococcus dapat menimbulkan abses pada ginjal.
b.    Infeksi Ascending
Infeksi secara ascending (naik) dapat terjadi melalui 4 tahapan, yaitu :
1)   Kolonisasi mikroorganisme pada uretra dan daerah introitus vagina
2)   Masuknya mikroorganisme ke dalam buli-buli
3)   Multiplikasi dan penempelan mikroorganisme dalam kandung kemih
4)   Naiknya mikroorganisme dari kandung kemih ke ginjal.
5.    Gambaran klinis
                        Gambaran klinis yang terjadi menurut Israr (2009) menyatakan bahwa infeksi saluran kemih sangat bervariasi mulai dari tanpa gejala hingga menunjukkan gejala yang sangat berat. Gejala yang sering timbul ialah disuria, polakisuria, dan terdesak kencing yang biasanya terjadi bersamaan, disertai nyeri suprapubik dan daerah pelvis. Gejala klinis ISK sesuai dengan bagian saluran kemih yang terinfeksi, yaitu :
a.    Pada ISK bagian bawah, keluhan pasien biasanya berupa nyeri supra pubik, disuria, frekuensi, hematuri, urgensi, dan stranguria
b.    Pada ISK bagian atas, dapat ditemukan gejala demam, kram, nyeri punggung, muntah, skoliosis, dan penurunan berat badan.
6.    Komplikasi
a.    Bakteremia dan syok septik
b.    Abses ginjal, perinefrik, dan metastasis
c.    Kerusakan ginjal dan gagal ginjal akut/ kronis
d.   Pielonefritis kronis dan xantogranulomatosa
7.    Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksan penunjang yang diperlukan untuk mendiagnosi kasus infeksi saluran kemih menurut Grace & Borley (2007) adalah dengan Pewarnaan gram dan kultur pada spesimen urin ”clean-catch” sebelum pemberian antibiotik. Organisme yang sering ditemukan adalah E. Coli, enterobacter, klebsiella, proteus (menunjukkan adanya batu urin).
a.    Infeksi saluran kemih bagian atas
1)   DPL
2)   Ureum + elektrolit dan serum kreatinin; fungsi ginjal.
3)   Ultrasonografi ginjal: pembengkakan pada pielonefritris, batu, obstruksi/ hidronefrosis, abses sekunder.
4)   IVU : batu, kelainan struktural, obstruksi sistem pengumpul.
5)   CT scan: abses/tumor.
6)   Scan isotop (DPTA, DMSA): fungsi tubuloglomerular ginjal.
b.    Infeksi saluran kemih bagian bawah
1)   DPL
2)   Sistoskopi hanya jika terdapat hematuria-keganasan atau batu yang menjadi penyebab dasar.
3)   Jika terdapat obstruksi, scan ultrasonografi, IVU, dan sistoskopi mungkin diperlukan.
8.    Penatalaksanaan
Berdasarkan pernyataan morgan & Hamilton penatalaksanaan untuk klien dengan ISK diantaranya:
a.    Terapi antibiotik
     Antibiotik diindikasikan oleh hasil urinalisis atau C & S urin. Bila dalam setahun klien mengalami dua kali kasus ISK, pertimbangkan untuk memberikan terapi 3 hari. Bila 1 tahun, terapi yang lebih lama diindikasikan.
b.    Jelaskan kepada klien bahwa respon terhadap antibiotik biasanya cepat. Gejala menghilang dalam 1-2 hari setelah terapi mulai diberikan. Klien mungkin merasa bahwa infeksi berlalu dan terapi dhentikan. Anjurkan klien untuk menghabiskan antibiotik selama 3-10 hari berturut-turut untuk mencegah kekambuhan.


c.    Sarankan tindakan perawatan mandiri berikit ini:
1)   Minum sedikitnya 6-8 gelas air putih per hari untuk mendorong fungsi ginjal yang adekuat dan mencegah stasis urin.
2)   Hindari kafein yang dapat mengiritasi sistem perkemihan dan bertindak sebagai diuretik. Asupan vitamin C yang berlebihan juga bersifat iritan.
3)   Lakukan higiene perineum dengan tepat untuk mencegah kontaminasi uretra dari bakteri dalam rektum.
4)   Berkemih dengan sering sepanjang hari untuk mencegah stasis urin.
5)   Berkemih segera setelah melakukan hubungan seksual untuk menyingkirkan bakteri yan mungkin bergerak ke arah uretra.
6)    Minum jus atau tablet cranberry saat indikasi pertama infeksi.
B.       Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga
1.    Pengertian Keluarga
a.    Burges dalam Setiawati, (2008. Hal 3) memberikan pandangan tentang defenisi keluarga yang berorientasi kepada tradisi, yaitu
1)   Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan ikatan adopsi.
2)   Anggota keluarga biasanya hidup bersama sama dalam satu rumah tangga atau jika mereka hidup secara terpisah mereka tetap menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka.
3)   Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam peran peran sosial keluarga seperti halnya peran sebagai suami istri, peran sebagai ayah dan ibu, peran sebagai anak laki laki dan anak perempuan.
4)   Keluarga bersama-sama menggunakan kultur yang sama yaitu kulur yang diambil dari masyarakat dengan beberapa unik tersendiri.
b.    Keluarga merupakan satu kelompok yang terdiri atas dua atau lebih individu yang dicirikan oleh istilah khusus, yang mungkin memiliki atau tidak memiliki hubungan darah atau hukum yang mencirikan orang tersebut kedalam suatu keluarga (Whall dalam Setiawati, 2008. Hal 3).
c.    Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul serta tinggal di suatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Dep.Kes RI dalam Setiawati, 2008. Hal 3).
d.   Keluarga merupakan kesatuan dari orang orang yang terikat dalam perkawinan, ada hubungan darah, atau adopsi dan tinggal dalam satu rumah (Friedman dalam Setiawati, 2008. Hal 4).
e.    Keluaga adalah dua atau lebih dari individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan, atau pengangkatan dan mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi sesama lain dalam pernannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suata kebudayaan (Maglaya dalam Setiawati, 2008. Hal 4).
2.    Tipe keluarga
            Menurut Effendi (2009. Hal 183) terdapat beberapa tipe keluarga yaitu :
a.    Tdraditional nuclear: Keluarga inti (ayah, ibu , anak) tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh saksi saksi legal  dalam suatu ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.
b.    Reconstituted nuclear: Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam pebentukan suatu rumah dengan anak anaknya, baik itu anak dari perkawinan lama maupun perkawinan baru. Satu atau keduanya dapat bekerja diluar rumah.
c.    Middle age atau aging couple: Suami sebagai pencari uang, istri dirumah, atau keduanya bekerja diluar rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah, perkawinan, atau menii karir.
d.   Dyadic nucliar: Pasangan suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak. Keduanya atau salah satu bekerja diluar rumah.
e.    Singgle parent: Keluarga dengan satu orang tua seagai akibat perceraian atau kematian pasangannya. Anak anaknya dapat tinggal di dalam atau diluar rumah.
f.     Dual carrier: Suami istri atau keduanya orang karrier dan tanpa anak.
g.    Commuter married: Pasangan suami istri atau keduanya sama sama bekerja dan tinggal terpisah pada jarak tertentu. Keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.
h.    Singgle adult: Wanita atau pria dewasa yang tingal sendri dengan tidak adanya keinginan untuk menikah.
i.      Three generation: Tiga generasi atau lebih yang tinggal dalam satu rumah.
j.      Institusional: Anak-anak atau orang dewasa tinggal dalam satu panti.
k.    Communal: Satu rumah sendiri atas dua atau lebih pasangan yang monoami dengan anak-anaknya dan bersama-sama berbagi fasilitas.
l.      Group marriage: Satu rumah terdiri atas orang tua dan keturunannya didalam satu keturunan keluarga.
m.  Unmarried parent and child: Ibu dan anak yang pernikahannya tidak dikehendaki dan keudian anaknya diadopsi.
n.    Cohabitiating couple: Dua orang atau satu pasangan yang bersama tanpa menikah.
o.    Extended family: Nuclear family dan  anggota keluarga yang lain tinggal dalam satu rumah dan berorientasi pada satu kepala keluarga.
3.    Fungsi keluarga
           Secara umum fungsi keluarga menurut friedman (1998) dalam Suprajitno (2004. Hal 13) adalah sebagai berikut :
a.    Fungsi afektif (the affective function) adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mepersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini di hubungkan untuk perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga.
b.    Fungsi asosialisasi dan tempat untuk bersosialisasi (socialization and social placement function) adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak berkehidupan sosial sebelum meninggal rumah untuk berhubungan orang lain di luar rumah.
c.    Fungsi reproduksi (the economic function) adalah fungsi untuk mempertahankan kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu, meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
d.   Fungsi perawatan / memelihara kesehatan (the healht care funcion) yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi, fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan.
4.    Tugas perkembangan keluarga
           Menurut Duvall (1985) dalam Suprajitno (2004. Hal 3), tugas perkembangan keluarga adalah :
a.    Keluarga baru menikah
1)   Membina hubungan intim yang memuaskan
2)   Membina hubungan keluarga lain, teman dan kelompok sosial
3)   Mendiskusikan rencana memiliki anak
b.    Keluarga dengan anak baru
1)   Mempersiapkan menjadi orang tua
2)   Adaptasi dengan perubahan adanya anggota keluarga, interaksi keluarga, hubungan seksual dan kegiatan sosial
3)   Mempertahankan hubungan dalam rangka memuaskan pasangannya.
c.    Keluarga dengan anak usia pra sekolah
1)   Memenuhi kebutuhan anggota keluarga misal kebutuhan tempat tinggal, privasi dan aras aman.
2)   Membantu anak untuk bersosialisasi.
3)   Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain (tua) juga harus terpenuhi.
4)   Mempertahankan hubungan yang sehat, baik didalam maupun diluar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar)
5)   Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (biasanya keluarga mempunyai tingkat kerepotan yang tinggi).
6)   Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
7)   Merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi tumbuh kembang anak.
d.   Keluarga dengan anak usia sekolah
1)   Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah dan lingkungan lebih luas.
2)   Mempertahankan keintiman pasangan
3)   Memenuhi kebutuhan yang meningkat, termasuk biaya kehidupan dan kesehatan anggota keluarga.
e.    Keluarga dengan anak remaja
1)   Memberikan kebebasan yang seimbang dan bertanggung jawab mengingat remaja adalah seorang dewasa muda dan mulai memiliki otonomi.
2)   Mempertahankan hubungan intim dengan keluarga.
3)   Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua.
4)   Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan keluarga.
f.     Keluarga mulai melepas anak sebagai dewasa
1)   Memperluas jaringan keluarga dari keluarga inti menjadi keluarga besar.
2)   Mempertahankan keintiman pasangan.
3)   Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat.
4)   Penataan kembali peran orang tua dan kegiatan di rumah.
g.    Keluarga usai pertengahan
1)   Mempertahankan kesehatan individu dan pasangan usia pertengahan.
2)   Mempertahankan hubungan yang suasana kehidupan rumah yang serasi dan dengan memuaskan dengan anak-anaknya dan sebaya.
3)   Meningkatkan keakraban pasangan.
h.    Keluarga usia lanjut
1)        Mempertahankan suasana kehidupan rumah tangga yang saling menyenangkan pasangannya.
2)        Adaptasi dengan perubahan yang akan terjadi : kehilangan pasangan, kekuatan fisik dan penghasilan keluarga.
3)        Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat.
4)        Melakukan life review masa lalu.
5.    Tugas keluarga di bidang kesehatan
           Menurut Suprajitno (2004. Hal 17), fungsi pemeliharaan kesehatan keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu di pahami dan dilakukan meliputi :
a.    Mengenal masalah kesehatan keluarga
b.    Memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarganya
c.    Merawat keluaga yang mengalami gangguan kesehatan
d.   Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
e.    Momidifikasikan lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.
f.     Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitar bagi keluarga.
C.      Pengkajian Keperawatan Keluarga
Menurut Suprajitno (2004. Hal 29) Pengkajian pada asuhan keperawatan keluarga adalah sebagai berikut:
a.    Membina hubungan yang baik hubungan yang baik antara perawat dengan klien (keluarga) dalah modal utama pelaksanaan asuhan keperawatan. Diawali dengan perawat memperkenalkan diri dengan sopan dan ramah, Menjelaskan tujuan kunjungan, Meyakinkan keluarga bahwa kehadiran perawat adalah untuk membantu keluarga menyelesaikan masalah kesehatan yang ada di keluarga, Menjelaskan luas kesanggupan bantuan perawat yang dapat dilakukan, Menjelaskan kepada keluarga siapa tim kesehatan lain yang menjadi jariangan perawat.
b.    Pengkajian awal. Pengkajian ini berfokus sesuai pada data yang diperoleh dari unit pelayan kesehatan.
c.    Pengkajian lanjut. Pengkajian lanjut adalah tahap pengkajian untuk memperoleh data yang lebih lengkap sesuai masalah kesehatan keluarga yang berorientasi pada pengkajian awal.
d.   Data umum
1)   Data ini mencakup kepala keluarga (KK), alamat dan telepon, Pekerjaan KK, pendidikan KK, dan komposisi keluarga.
2)   Tipe keluarga, yang menjelaskan mengenai jenis/tipe keluarga.
3)   Suku bangsa, yang mengkaji asal/suku bangsa keluarga (pasangan).
4)   Agama, yang mengidentifikasi agama dan kepercayaan keluarga yang dianut yang dapat memengaruhi kesehatan.
5)   Status sosial ekonomi keluarga, status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh penghasilan seluruh anggota keluarga.
6)   Aktivitas rekreasi keluarga, yang dimaksud rekreasi keluarga bukan hanya berpergian keluar rumah secara bersama stau sendiri menuju tempat rekreasi tetapi kesempatan berkumpul dirumah untuk menikmati hiburan.
e.    Riwayat dan tahapan perkembangan keluarga
1)   Tahap perkembangan keluarga saat ini. Tahap ini ditentukan oleh usia anak tertua dari keluarga inti
2)   Tugas keluarga yang belum terpenuhi. Bagian ini menjelaskan tentang tugas keluarga yang belum terpenuhi dan kenda yang dihadapi oleh keluarga.
3)   Riwayat kesehatan keluarga inti, menjelaskan riwayat kesehatan keluarga inti.
4)   Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya.
f.     Data lingkungan
Data lingkungan meliputi Karakteristik rumah, Karakteristik tetangga dan kominitasnya, Mobilitas geografis keluarga, Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat, Sistem pendukung keluarga.
g.    Struktur keluarga.
1)   Struktur peran
2)   Nilai atau norma keluarga
3)   Pola komunikasi keluarga
4)   Struktur kekuatan keluarga
h.    Fungsi keluarga
Fungsi ekonomi, fungsi mendapatkan status sosial, fungsi pendidikan, fungsi sosialisasi, fungsi pemenuhan perawata/pemeliharaan kesehatan, fungsi religius, fungsi rekreasi, fungsi reproduksi, fungsi afeksi
i.      Stres dan koping keluarga, strsor jangka pendek yaitu stresor yang membutuhkan waktu penyelesaian lebih kurang 6 bulan, stresor jangka panjan yaitu stresor yang membutuhkan waktu penyelesaian lebihdari 6 bulan.
j.      Pemeriksaan kesehatn, meliputi pengkajian kebutuhan dasr individu, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang perlu
k.    Harapan keluarga, bagaimana harapan keluarga terhadap perawat dan tenaga kesahatan lain untuk membantu menyelesaiakan masalah kesehatan yang terjadi.
l.      Pengkajian fokus meliputi
1)   Keluarga yang baru menikah
2)   Keluarga dengan anak baru lahir (sampai usia 30 bulan)
3)   Keluarga dengan anak pra sekolah
4)   Keluarga dengan anak usia sekolah
5)   Keluarga dengan anak usia remaja
6)   Keluarga dengan anak dewasa (mulai lepas)
7)   Keluarga usia baya
8)   Keluarga lansia
m.  Tabel skoring, menurt Baylon & Maglaya dalam Suprajitno (2004, hal 46) Skala Prioritas Masalah Keperawatan.


Tabel 2.1 : Skala prioritas masalah keperawatan
No
Kriteria
Skor
Bobot
1.                   
Sifat masalah
skala :  Tidak/kurang sehat
Ancaman kesahatan
Keadaan sejahtera

3
2
1
1
2.                   
Kemungkina masalah dapat di ubah
skala :  Mudah
Sebagian
Tidak dapat

2
1
0
2
3.                   
Potensial masalah untuk dicegah
skala :Tinggi
Cukup
Rendah

3
2
1
1
4.                   
Menonjolnya masalah
skala :  Masalah berat, harus segera ditangani
Ada masalah, tetapi todak perlu ditangani
Masalah tidak dirasakan

2

1

0
1

Cara perhitungan :
1.    Tentukan skore untuk setiap kriteria
2.    Skore dubagi dengan angka tertinggi dan dikali dengan bobot, cara perhitungan :
          Skore                
                                   x bobot
        Angka tertinggi
3.    Jumlah skore untuk semua kriteria skore tertinggi adalah 5 sma dengan seluruh bobot.


D.      Diagnosa Keperawatan
Perumusan diagnosis keperawatan dapat diarahkan kepada sasaran individu dan atau keluarga. Komponen diagnosis keperawatan meliputi masalah (problem), penyebab (etiologi), dan tanda (sign). Perumusan diagnosis keperawatan keluarga menggunakan aturan yang telah disepakati, terdiri dari : Masalah (problem, P) adalah suatu pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang di alami oleh keluarga atau anggota keluarga (individu) keluarga. Penyebab (etiologi, E) adalah suatu pernyataan yang dapat menyebabkan masalah dengan mengacu kepada lima tugas keluarga, yaitu mengenal masalah, mengambil keputusan yang tepat, merawat anggota keluarga, memelihara lingkungan, atau memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan. Tanda (sign, S) adalah sekumpulan data subjektif dan objektif yang diperoleh perawat dari keluarga secara langsung atau tidak yang mendukung masalah dan penyebab (Suprajitno 2004. Hal 42).
Setelah mengumpulkan data dan menganalisa, maka diagnosa keperawatan pada keluarga fokus dengan masalah kesehatan infeksi saluran kemih menurut Dongoes (2000) yaitu :
a.    Nyeri Akut
b.    Perubahan eliminasi urin.
c.    Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan.


E.       Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan keluarga mencakup tujuan umum dan tujuan khusus yang didasarkan pada masalah yang dilengkapi dengan kriteria dan standar yang mengacu pada penyebab. Selanjutnya merumuskan tindakan keperawatan yang berorientasi pada kriteria dan standar.
Rencana tindakan keperawatan terhadap keluarga meliputi kegiatan yang bertujuan:
a.    Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara; memberikan informasi yang tepat, mengidentifikasi kebutuhan dan harapan keluarga tentang kesehatan, mendorong sikap emosi yang mendukung upaya kesehatan.
b.    Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat dengan cara; mengidentifikasi konsekuensinya bila tidak melakukan tindakan, mengidentifikasikan sumber sumber yang dimiliki dan ada dikeluarga, mendiskusikan tentang konsekuensi tipe tindakan.
c.    Memberikan kepercayaan diri selama merawat anggota keluarga yang sakit, dengan cara; mendemontrasikan cara perawatan, mengunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah, mengawasi keluarga melakukan perawatan.
d.   Membantu keluarga untuk memelihara (memodifikasi) lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan keluarga, dengan cara; menemukan sumber sumber yang dapat digunakan keluaraga, melakukan perubahan lingkungan bersama keluarga seoptimal mungkin.
e.    Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada disekitar lingkungan keluarga, membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada (Suprajitno 2004. Hal 49)
F.       Implementasi
Implementasi merupakan aktualisasi dari perencanaan yang telah disusun sebelumnya. Prinsip yang mendasari implementasi keperawatan keluarga antara lain (Setiawati, 2008, hal 47) :
a.    Implementasi mengacu pada rencana perawatan yang dibuat.
b.    Implementasi dilakukan dengan tetap memperhatikan prioritas masalah.
c.    Kekuatan-kekuatan kleuarga berupa finansial, motivasi dan sumber-sumber pendukung lainnya jangan diabaikan.
d.   Pedokumentasian implementasi keperawatan keluarga janganlah terlupakan dengan menyertakan tanda tangan petugas sebagai bentuk tanggung gugat dan tanggung jawab profesi.
G.      Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahapan terakhir dari proses keperawatan keluarga. Evaluasi merupakan tahapan yang menentukan apakah tujuan dapat tercapai sesuai dengan yang ditetapkan dalam tujuan direncanakan keperawatan. Apabila setelah dilakukan evaluasi tujuan tidak tercapai maka ada beberapa kemungkinan yang ditinjau kembali yaitu Tujuan tidak realistis. Tindakan keperawatan tidak tepat. Faktor-faktor lingkungan yang tidak bisa diatasi (Setiawati 2008, hal 47).
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi dengan kriteria dan standard yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Bila hasil evaluasi tidak atau berhasil sebagian, perlu disusun rencana keperawatan yang baru. Perlu diperhatikan juga bahwa evaluasi perlu dilakukan beberapa kali dengan melibatkan keluarga sehingga perlu pula direncanakan waktu yang sesuai dengan kesediaan keluarga (Suprajitno, 2004).
Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP yang operasional dengan pengertian S adalah ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara subjektif oleh keluarga setelah diberikan mplementasi keperawatan. O adalah objektif yang dapat di identifikasi oleh perawat menggunakan pengamatan atau pengamatan yang objektif setelah mplementasi keperawatan. A merupakan analisa perawat setelah mengetahui respon subjektif  dan objektif keluarga yang dibandingkan dengan kriterian dan standar yang telah ditentukan mengacu pada tujuan pada rencana keperawatan keluarga. P adalah perencanaan selanjutnya setelah perawat melukan analisis (Suprajitno, 2004. Hal 57).



Demikian dulu yang bisa saya bagikan hari ini, semoga bermanfaat untuk kemajuan dunia Keperawatan Indonesia, dan kedepannya menjadi lebih baik dan lebih bermartabat.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Laporan Pendahuluan Keperawatan Keluarga dengan INFEKSI Saluran Kemih"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel