Tugas Akhir Tahun 2013 dulu : ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KASUS ASFIKSIA
4:35:00 AM
 1 Comment 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KASUS ASFIKSIA| Sementara sekarang pada lagi sibuk nyusun tugas akhir nya, dan susah mendapatkan referensinya, maka admin sedang sangat berbaik hati untuk membagikan mantan tugas kuliah admin dulu. yang berkaitan dengan Asfiksia, materi yang saya bagikan kali ini sangat komplit, yang terdiri dari Latar Belakang, Tinjauan Teoritis, Tinjauan Kasus, Pembahasan, Penutup, dan Ikut serta juga Daftar Pustakanya. 
Adapun demikian alangkah baiknya, buat adek-adek semua untuk jangan lupa kembali membuka buku-buku yang berkaitan, setidaknya untuk cek aja, biar yang cipta buku gak kerugian dengan adanya wadah internet seperti sekarang ini.
dan semoga bermanfaat......
Adapun demikian alangkah baiknya, buat adek-adek semua untuk jangan lupa kembali membuka buku-buku yang berkaitan, setidaknya untuk cek aja, biar yang cipta buku gak kerugian dengan adanya wadah internet seperti sekarang ini.
dan semoga bermanfaat......
BAB I 
PENDAHULUAN 
A.      Latar Belakang 
Untuk   mencapai sasaran Millenium Development Goals (MDGs) yaitu  Angka Kematian Ibu   (AKI) sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup (KH)  dan Angka Kematian   Bayi (AKB)  menjadi 23 per 1.000 KH pada tahun 2015, perlu upaya percepatan   yang lebih besar dan kerja keras karena kondisi saat ini, AKI 307 per 100.000   KH dan AKB 34 per 1.000 KH penyebab langsung kematian kekurangan oksigen   (asfiksia) dan Bayi Berat Lahir Rendah  (Kemenkes RI, 2010). 
Asfiksia   neonatorum merupakan keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat segera   bernapas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh   hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor   yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah lahir (Wiknjosastro,   1999. Hal 709).  
Menurut   WHO tahun 2005 setiap tahunnya 120 juta bayi lahir di dunia, 4 juta bayi   lahir mati dan 4 juta lainnya meninggal dalam usia 30 hari. Sebanyak 3,6 juta   (3%) dari 120 juta bayi lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini   meninggal. Sebanyak 98 % dari kematian bayi terjadi di negara-negara yang   sedang berkembang. Kematian bayi sangat memprihatinkan, yang dikenal dengan   fenomena 2/3. Penyebab kematian neonatal utama asfiksia neonatorum (27%). 
Menurut   hasil riset kesehatan dasar tahun 2007, tiga penyebab utama kematian   perinatal di Indonesia adalah gangguan pernapasan/respiratory disorders   (35,9%), prematuritas (32,4%) dan sepsis neonatorum (12.0%). 
Berdasarkan   Profil Dinas Kesehatan Pemerintah Aceh tahun 2010 angka kematian bayi di Aceh   berkisar 37/ 1.000 kelahiran hidup, dengan jumlah kematian neonatal 655 jiwa.   Penyebab kematian karena asfiksia sebanyak 180 jiwa, BBLR sebanyak 178 jiwa,   infeksi sebanyak 14 jiwa, tetanus sebanyak 4 jiwa dan lain-lain 279 jiwa.   Data dari Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh tahun 2010, jumlah kasus   bayi baru lahir dengan asfiksia sebanyak 62 kasus, dan jumlah kematian bayi   karena asfiksia dan komplikasi lainnya sebanyak 10 jiwa. 
Berdasarkan   data yang diambil dari catatan medical record pada Rumah Sakit Umum Daerah Cut Meutia Aceh Utara  diketahui bahwa klien yang dirawat sejak bulan Juni 2010 sampai dengan Mei   2011 sebanyak 10.988 klien yang dirawat diantaranya sebanyak 130 (1,18%)   menderita asfiksia Bayi yang lahir dengan Asfiksia, dan dari bulan juni 2011   sampai dengan Mei 2012 sebanyak 12.058 klien yang di rawat di Rumah Sakit   Umum Cut Meutia  Kabupaten Aceh Utara dan diantaranya sebanyak 269 (2,23%)   menderita asfiksia. 
Tujuan utama mengatasi   asfiksia adalah untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi baru lahir dan   mengatasi gejala sisa yang mungkin timbul dikemudian hari. 
Berdasarkan uraian yang   telah dipaparkan, penulis tertarik untuk menerapkan asuhan keperawatan yang   penulis wujudkan dalam bentuk karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan   Keperawatan Pada By. Y Dengan Asfiksia Di Ruang Perawatan Perinatolgi Rumah   Sakit Umum Cut Meutia Aceh Utara”. 
B.         Tujuan   Penulisan 
1.    Tujuan   Umum 
Untuk mendapatkan   gambaran yang nyata dalam melaksanakan asuhan keperawatan melalui pendekatan   proses keperawatan pada klien By. Y dengan Asfiksia.  
2.    Tujuan   Khusus 
a.    Dapat melakukan pengkajian   secara komperahensif pada klien By. Y dengan Asfiksia. 
b.    Dapat menentukan dan   mengidentifikasi masalah serta menentukan diagnosa keperawatan baik aktual,   resiko, potensial, sejahtera dan sindrom yang akan muncul pada klien By. Y   dengan Asfiksia. 
c.    Dapat merumuskan   perencanaan asuhan keperawatan pada klien By. Y dengan Asfiksia. 
d.   Dapat melaksanakan   tindakan keperawatan sesuai dengan rencana asuahan keperawatan yang telah   direncanakan pada klien By. Y dengan Asfiksia. 
e.    Dapat melakukan evaluasi   terhadap asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada klien By. Y dengan   Asfiksia. 
f.     Dapat melakukan   pendokumentasiaan proses keperawatan pada klien dengan pada klien By. Y dengan Asfiksia. 
C.      Metode penulisan 
Dalam   penyusunan karya tulis ini, penulis menggunakan metode deskriptif yaitu   menguraikan data secara nyata dan objektif dengan cara mengumpulkan data,   menganalisa data, mendiagnosa masalah, memecahkan masalah dan mengevaluasi masalah   yang telah diatasi. metode ini dilakukan penulis meliputi: 
Study   kepustakaan ini dilakukan dengan cara mempelajari dan memahami   literatur-literatur yang bersifat teoritis berdasarkan pendapat ahli yang ada   kaitannya dengan judul yang penulis bahas 
2.           Study   kasus (Field research) 
Dalam   kasus ini penulis langsung mengamati, mempelajari, dan melaksanakan asuhan   keperawatan terhadap klien By. Y dengan Asfiksia diruang Perawatan   Perinatologi  Rumah Sakit Umum Daerah Cut Meutia Aceh Utara, dengan   cara :  
a.    Wawancara 
Mengadakan wawancara baik   secara auto anamnese maupun allow anamnese pada klien,   keluarga, perawat ruangan dan tenaga medis lainnya yang ikut berpartisipasi   dalam proses perawatan pada klien. 
b.    Pengamatan 
Pengamatan terhadap   pelaksanaan keperawatan pada klien By. Y dengan Asfiksia selama dirawat. 
c.    Pemeriksaan fisik dan   penunjang 
Pada tahap pengkajian   dilakukan pemeriksaan fisik yang mengacu pada format pengkajian sesuai   standart akademik, sedangkan untuk mendapatkan data pemeriksaan penunjang   berupa  hasil pemeriksaan laboratorium, penulis menggunakan catatan yang ada   dalam status klien. 
d.   Dokumentasi  
Pendokumentasian setiap   tahap dari proses keperawatan yang dilakukan dalam melaksanakan asuhan   keperawatan menggunakan format sesuai standart akademik dalam karya tulis   ini. 
D.      Sitematika penulisan 
Karya   tulis ini penulis susun secara  sistematis dalam 5 bab sebagai berikut :   
Bab I : Pendahuluan,   bab ini terdiri dari latar belakang masalah,  tujuan penulisan, metode penulisan,   dan sistematika penulisan. 
Bab II :    Tinjauan teoristis, bab ini menjelaskan tentang kosep dasar, meliputi   pengertian, etiologi, klasifikasi asfiksia, Patofisiologi, tanda dan gejala,   Penatalaksanaan, serta asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa   keperawatan, perencanaan asuhan keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi. 
Bab III :   Tinjauan kasus, bab ini menjelaskan tentang pelaksanaan asuhan keperawatan klien   By. Y dengan Asfiksia diruang perawatan Perinatologi  Rumah Sakit Umum Daerah   Cut Meutia Aceh Utara. 
Bab IV : Pembahasan,   berisi penjelasan tentang kesenjangan antara teori dan fakta.  
Bab V : Penutup,   merumuskan kesimpulan dan saran-saran yang dianggap relavan dalam rangka   pemecahan masalah. 
Pada   akhir karya tulis ini penulis mencantumkan juga daftar pustaka, biodata dan   surat izin pengambilan kasus. 
BAB II 
TINJAUAN TEORITIS 
A.  Konsep dasar  
1.    Pengertian 
Asfiksia neonatorum adalah   suatu kondisi dimana bayi tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur   segera setelah lahir dan keadaan tersebut dapat disertai dengan adanya   hipoksia, hiperkapnea, sampai asidosis (Hidayat, 2008.hal 128). 
Asfiksia adalah   kurangnya oksigen yang mencapai otak sehingga menyebabkan kehilangan   kesadaran dan jika tidak di lakukan penanganan yang efektif, pada akhirnya menyebabkan   kematian ( Broker, 2008. Hal 31). 
Berdasarkan   pengertian yang telah penulis paparkan diatas penullis dapat mengambil   kesimpulan bahwa asfiksia adalah kurangnya suplai oksigen yang mencapai otak,   sehingga bayi tidak dapat bernapas dengan spontan dan tidak teratur segera   setelah lahir.  
2.    Etiologi 
Asfiksia neonatorum   dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah adanya (1) penyakit   pada ibu sewaktu hamil seperti hipertensi, gagngguan atau penyakit paru, dan   gangguan kontraksi uterus; (2) pada ibu yang kehamilannya beresiko; (3)   faktor plasenta, seperti seperti janin dengan solusio plasenta; (4) faktor   janin itu sendiri, seperti kajadian kelainan pada tali pusat, seperti tali pusat   menumbung atau melilit pada leher atau juga kompresi tali pusat antara janin   dan jalan lahir; (5) faktor persalinan seperti partus lama atau partus dengan   tindakan tertentu (Hidayat,2008.hal 128). 
3.    Klasifikasi asfiksia   neonatorum 
Menurut Mochtar, (1998.   Hal 430) asfiksia pada neonatorum diklasifikasikan sebagai berikut : 
a.    Asfiksi berat (Nilai APGAR   0-3) 
Memerlukan resusitasi   segera secara aktiv, dan pemberian Oksigen terkendali. Karena selalu disertai   asidosis, maka perlu diberikan natrikus bikarbonas 7,5% dengan dosis 2,4 ml   per kg berat badan; dan cairan glukosa 40% 1-2 ml per kg berta badan,   diberikan via vena umbilicus. 
b.    Asfiksia ringan sedang   (Nilai APGAR 4-6) 
Memerlukan resusitasi dan   pemberian oksigen sampai bayi dapat benafas normal kembali. 
c.    Bayi normal atau sedikit   asfiksia (Nilai APGAR 7-9) 
d.   Bayi normal dengan nilai   apgar 10. 
4.    Patofisiologi 
Menurut   Mochtar, (1998. Hal 428)  patofisiologi pada asfiksia neonatus, Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2   bertambah, timbulah rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut   jantung janin) menjadi lambat. Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka   nervus vagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan dari   nervus simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat akhirnya ireguler dan   menghilang. Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita   periksa kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus   tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak   berkembang. 
Apabila   asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti, denyut jantung mulai   menurun sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara berangsur-angsur dan   bayi memasuki periode apneu primer. 
Jika   berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan yang dalam, denyut jantung terus   menurun , tekanan darah bayi juga mulai menurun dan bayi akan terlihat lemas   (flascid). Pernafasan makin lama makin lemah sampai bayi memasuki periode   apneu sekunder. Selama apneu sekunder, denyut jantung, tekanan darah dan   kadar O2 dalam darah (PaO2) terus menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi   terhadap rangsangan dan tidak akan menunjukkan upaya pernafasan secara   spontan. Kematian akan terjadi jika resusitasi dengan pernafasan buatan dan   pemberian tidak dimulai segera.  
5.    Tanda Dan Gejala 
Gejala asfiksia   neonatorum yang khas antara lain meliputi pernapasan cepat, pernapasan cuping   hidung, sianosis dan nadi ccepat (Ilyas, J. 1994. Hal 78). 
6.    Penatalaksanaan  
Menurut Hidayat, A.   (2008.hal 128) Penatalaksanaan pada bayi dengan asfiksia neonatorum adalah   sebagai beriku : 
a.       Pemantauan gas darah,   denyut nadi, fungsi sistem jantung dan paru dengan melakukan resusitasi,   memberikan oksigen yang cukup, serta memantau perfusi jaringan tiap 2-4 jam. 
b.      Mempertahankan jalan napas   agar tetap baik, sehingga proses oksigenisasi cukup agar sirkulasi darah   tetap baik.  
Meururut  Mochtar, R (1998. Hal 429) penatalaksanaan pada   asfiksia neonatorum ialah sebagai berikut: 
a.    Jangan   dibiarkan bayi kedinginan (balut dengan kain), bersihkan mulut dan jalan   napas. 
b.    Lakukan   resusitasi (respirasi artifisialis) dengan alat yang dimasukkan kedalam mulut   untuk mengalirkan O2 dengan tekanan 12 mmHg. Dapat juga dilakukan mounth to   mouth respiration, heart massage (masase jantung), atau menekan dan   melepaskan dada bayi. 
Pemberian   O2 harus hati-hati, terutama pada bayi premature. Bisa menyebabkan lenticular   fibrosis oleh pemberian O2 dalam konsentrasi lebih dari 35% dan lebih dari 24   jam, sehingga bayi menjadi buta. 
c.    Gejala   pendarahan otak biasanya timbul pada bebetapa hari post partum, jadi kepala   dapat direndahkan supaya lender yang menyumbat pernapasan keluar, 
d.   Pemberian   coramine, lobeline, sekarang tidak dilakukan lagi. 
e.    Kalau ada   dugaan perdarahan otak berikan injeksi vit K1-2mg. 
f.     Berikan   transfusi darah via tali pusat atau pemberian glukosa. 
B.  Asuhan keperawatan 
Adapun   pengkajian pada bayi dengan asfiksia menurut Stright, (2005. Hal 321) ialah   sebagai berikut. 
1.      Pengkajian  
a.       Dapatkan deskripsi tentang   gejala, meliputi awitan, durasi, lokasi dan faktor-faktor pencetus. Tanda dan   gejala utama dapat mencakup: 
1)      Masalah-masalah yang   diidentifikasi selama kehamilan( kemungkinan defek lahir) 
2)      Gawat napas 
3)      Termoregulasi tidak   efektif 
4)      Infeksi ibu atau neonatus 
5)      Kesulitan kardiovaskular   pada neonatus (sirkulasi janin persisten, nilai APGAR rendah) 
6)      Ketidakmampuan untuk   mengambil dan menerima cairan (missalnya, ASI, air, atau formula) 
7)      Hipoglikemia neonates,   hiperbillirubinemia, anemia, warna kulit pucat sampai biru, anoreksia, dan   kegagalan untuk tumbuh. 
b.      Gali riwayat personal dan   keluarga apakah mempunyai faktor faktor resiko terhadap komplikasi neonates.  
1)      Faktor faktor personal   meliputi; 
a)      Penggunaan alkohol. Oleh   karena jumlah penggunaan alkohol yang aman tetap tidak diketahui, bayi baru   lahir dari ibu yang minum alcohol beresiko menderita sindrom alkohol janin. 
b)      Penyalah guanaan zat (   misalnya, narkotika, kokain, nikotin). Bayi baru lahir dari ibu yang   tergantung pada zat yang diresepkan atau yang tidak diresepkan dapat   mengalami komplikasi. 
c)      Nutrisi ibu buruk 
2)      Faktor-faktor keluarga,   meliputi usia, riwayat medis (misalnya, diabetes atau masalah jantung),   riwayat genetik, riwayat obstetrik, awitan dan durasi prenatal, dan pilihan   gaya hidup. 
a)      Pengkajian prilaku   seharusnya mencakup observasi pada ikatan ibu-bayi, kegiatan perawatan oleh   ibu, dan perhatian untuk kesejahteraan bayi. 
Pemeriksaan fisik  
a.       Tanda-tanda vital biasanya   dipantau terus menerus. 
1)      Letakkan bayi dalam   penghangat (pasang skin probe pada abdomen neonates). 
2)      Pantau bayi dengan monitor   apnea. 
3)      Pantau bayi dengan monitor   tekanan darah. 
4)      Ukur berate badan bayi   setiap hari. 
5)      Ukur panjang bayingkar   dada, dan lingkar dada, lingkar kepala. 
b.      Inspeksi 
1)      Inspeksi dada dan abdomen   bayi apakah ada pola pernapasan yang tidak teratur dan penggunaan otot-otot   tambahan. 
2)      Inspeksi perubahan warna   kulit bayi (ikterus, sianosis, dan bercak) 
3)      Periksa urine dan defekasi   pada popok. 
c.       Palpasi  
1)      Palpasi ubun-ubun untuk   mengukur kelebihan atau kekurangan cairan. 
2)      Palpasi selaput mucus pada   mulut untuk mengukur status hidrasi bayi. 
d.      Auskultasi  
1)      Hitung denyut jantung   apeks. 
2)      Denagarkan suara napas   untuk mengidentifikasi bunyi abnormal (misalnya, mengi, ronchi basah, ronki   kering, dan grunting) 
3)      Dengarkan bising usus   untuk memvalidasi fungsinya. 
Uji laboratorium dan   pemeriksaan diagnostik 
a.       Hitung darah lengkap   (hematokrit) digunakan untuk mendeteksi anemia. 
b.      Uji glukosa darah   digunakan untuk menentukan kemampuan neonates mengatur metabolisme glukosa. 
c.       Pemeriksaan elektrolit   serum digunakan untuk memastikan asupan cairan yang adekuat dan status asam   basa. 
d.      Serum bilirubin, kadar   bilirubin inderek, diperiksa untuk mengukur laju pemecahan sel sel darah   merah. 
e.       Sinar X digunakan untuk   menunjukkan area infiltrasi atau konsolidasi pada paru, atau untuk memastikan   apakah ada enterokolitis nekrotikans. 
f.       Pemeriksaan gas darah   arteri digunakan untuk menetukan efektifitas ventilasi dan status asam basa. 
g.      Pulse Oximetry   digunakan untuk mengukur saturasi oksigen. 
2.      Diagnosa Keperawatan  
Adapun diagnosa   keperawatan yang dapat dirumuskan pada klien dengan asfiksia  menurut Doengoes, (2000, hal 156) adalah   sebagai berikut : 
a.           Takefektif   bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret,   bronkospasme, sekresi tertahan, tebal, kelemahan. Ditandai oleh peryataan   kesulitan bernapas. 
b.          Kerusakan   pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen (obstruksi jalan   napas oleh sekresi, spasme kerusakan alveoli) ditandai dengan dispnea,   bingung, gelisah, ketidakmampuan membuang sekret. 
c.           Perubahan   nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan efek samping obat,   anoreksia, mual/muntah, ditandai dengan penurunan berat badan. 
d.          Resiko   tinggi infeksi berhubungan dengan tidakadekuatnya pertahan utama, tidak   adekuatnya imunitas. 
e.           Kurang   pengetahuan, kondisi tindakan berhubungan dengan kurang informasi/tidak   mengenal sumber informasi, ditandai dengan pertanyaan tentang informasi. 
3.      Perencanaan keperawatan 
Adapun Perencanaan   berdasarkan diagnosa yang timbul pada klien dengan asfiksia menurut Doengoes,   (2000, hal 156) ialah sebagai berikut.  
a.           Takefektif   bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi secret,   bronkospasme, sekresi tertahan, tebal, kelemahan. Tujuan : Mempertahankan jalan nafas pasien. Mengeluarkan secret tanpa   bantuan. Kriteria hasil : mempertahankan jalan nafas paten dengan   bunyi napas. Mis : batuk efektif dan mengeluarkan sekret. 
Intervensi/Rasional  
Intervensi: Auskultasi bunyi napas. Catat adanya bunyi napas, mis mengi,   krekels, ronki. Rasional : beberapa derajat spasme bronkus terjadi   dengan obstruksi jalan nafas dan dapat/tak dimanifestasikan adanya bunyi   napas adventisius, mis; penyebaran, krekels basah (bronkitis) : bunyi napas   redup dengan ekspirasi mengi (empisema) : atau adanya bunyi napas (asma   berat). Intervensi: Kaji/pantau frekuensi pernapasan, catat rasio   inspirasi ekspirasi. Rasional : takipnea biasanya ada pada beberapa   derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau selama stres/adanya dproses   infeksi akut. Pernapasan dapat melambat dan frekuensi ekpirasi memanjang   dibanding inspirasi. Intervensi: Catat adanya/derajat dispnea, mis.   Keluhan ”lapar udara” gelisah, ansietas, distres pernapasan, penggunaan otot   bantu. Rasional : disfungsi pernapasan adalah variabel yang tergantung   pada tahap proses kronis selain proses akut yang menimbulkan perawatan di   rumah sakit, mis infeksi, reaksi alergi. Intervensi: Kaji pasien untuk   posisi yang nyaman, mis. Peninggian kepala tempat tidur, duduk pada sandaran   tempat tidur. Rasional : peninggian kepala tempat tidur mempermudah   fungsi pernapasan dengan menggunakan gravitasi. Intervensi:  Pertahankan polusi lingkungan minimum, mis : debu, asap dan bulu bantal yang   berhubungan dengan kondisi individu. Rasional : pencetus tipe reaksi   alergi pernapasan yang dapat mentriger episode akut. Intervensi: Dorong/bantu   latihan nafas abdomen atau bibir. Rasional : memberikan pasien   beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dispnea dan menurunkan jebakan   udara. Intervensi: Obsevasi karakteristik batuk, mis : menetap, batuk   pendek, basah. Rasional : batuk dapat menetap tetapi efektif,   khususnya bila pasien lansia, sakit akut, atau kelemahan. Intervensi:  Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari sesuai toleransi jantung.   Memberikan air hangat. Rasional : Hidrasi membantu menurunkan   kekentalan sekret, mempermudah pengeluaran.  
b.          Kerusakan   pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen (obstruksi jalan   napas oleh sekresi, spasme kerusakan alveoli) ditandai dengan dispnea,   bingung, gelisah, ketidakmampuan membuang secret. Tujuan : tanda-tanda   vital normal. Kriteria hasil : menunjukkan perbaikan ventilasi dan   oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas dari   geja distre pernapasan. 
Intervensi/Rasional  
Intervensi: Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan. Rasional : berguna   dalam evaluasi derajat distress pernapasan dan kronisnya proses penyakit. Intervensi:  tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah   untuk bernapas, dorong napas dalam perlahan atau napas bibir sesuai   kebutuhanindividu. Rasional : pengiriman oksigen dapat diperbaiki   dengan posisi duduk tinggi dan latihan napas untuk menurunkan kolaps jalan   napas, dispnea, dan kerja napas.  Intervensi:  Kaji/awasi secara   rutin kulit dan warna membrane mukosa. Rasional : sianosis mungkin   perifer (terlihat pada kuku) atau sentral (terlihat sekitar bibir/atau daun   telinga), keabu-abuan dan diagnosis sentral mengindikasikan beratnya   hipoksemia. Intervensi:  Dorong mengeluarkan sputum : penghisapan bila diindikasikan. Rasional   : kental. Tebal, dan banyaknya sekresi adalah sumber utama gangguan   pertukaran gas pada jalan napas kecil. Intervensi:  Auskultasi   bunyi napas, catat area penurunan aliran udara dan/atau bunyi napas tambahan.   Rasional : bunyi napas mungkin reduk karena penurunan aliran udara   atau konsolidasi. Intervensi:  Palpasi fremitus. Rasional : penurunan getaran fibrasi   diduga ada opengumpulan cairan atau udara terjebak. Intervensi:  Awasi   tingkat kesadaran/status mental, selidiki adanya perubahan. Rasional :  gelisah dan ansietas adalah manifestasi klinis umum pada hipoksemia, GDA   memburuk disertai bingung.  Intervensi: Evaluasi tingkat   toleransi aktifitas, berikan lingkungan tenang dan kalem, batasi aktivitas   pasien atau dorong untuk tidur dikursi selama fase akut. Rasional :  selama distress pernapasan berat/akut/refraktori pasien secara total tak   mampu melakukan aktivitas. Intervensi:   Awasi tanda-tanda vital   dan irama jantung. Rasional : takikardia, disritmia, dan perubahan TD   dapat menunjukkan efek hipoksemia, disritmia dan perubahan TD dapat   menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.  
c.           Perubahan   nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan efek samping obat,   anoreksia, mual/muntah. Ditandai dengan penurunan berat badan. Tujuan :  berat badan dalam rentang normal. Menunjukkan perubahan perilaku pola hidup. Kriteria   hasil: menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan yang tepat.   Menunjukkan perilaku/perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau   mempertahankan berat yang tepat.  
Intervensi/Rasional : 
Intervensi: Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat   kesulitan makan, evaluasi berat badan dan ukur tubuh. Rasional :  pasien distress pernapasan akut sering anoreksia karena dispnea, produksi   sputum, dan obat. Intervensi:  Auskultasi bunyi usus. Rasional : penurunan/hipoaktif   bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster dan konstipasi. Intervensi:  Berikan   perawatan oral aktifitas, dan hipoksemia. Rasional : rasa tak enak,   baud an penampilan adalah pencegah utama nafsu makan dan dapat membuat mual   dan muntah istirahat semalam 1 jam sebelum makan. Intervensi:  Hindari   makanan penghasil gas dan minum karbonat. Rasional : dapat   menghasilkan dispense abdomen yang menggangu napas abdomen dan gerakan   diafragma, dan dapat meningkatkan dispnea. Intervensi:  Hindari   makan yang sangat panas atau sangat dingin. Intervensi:  timbang   berat badan sesuai indikasi. Rasional : berguna untuk menentukan   kebutuhan kalori, menyusun tujuan berat badan, dan evauasi keadekuatan   rencana nutrisi.  
d.          Resiko   tinggi infeksi berhubungan dengan tidakadekuatnya pertahan utama, tidak   adekuatnya imunitas. Tujuan : mengerti pemahamn penyebab/factor resiko   infeksi, melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang   aman.  
Intervensi/Rasional 
Intervensi: Awasi suhu. Rasional : demam dapat terjadi karena   dan/atau dehidrasi. Kaji pentingnya latihan jalan napas, abtuk efektif,   perubahan posisi sering dan masukan adekuat. Rasional : aktifitas ini   meningkatkan pengeluaran secret untuk menurnukan resiko terjadinya infeksi   peru. Intervensi: Observasi warna, karakter, bau sputum. Rasional : secret   berbau, kuning atau kehijauan menunjukkan adanya infeksi paru. Intervensi:  dapat   menunjukan dan bantu pasien tentang pembuangan tisu dan sputum. Rasional :  mencegah penyebaran pathogen melalu cairan. Intervensi: Awasi   pengungjung berikan masker sesuai dengan indikasi. Rasional :  menurunkan potensial terpajan pada penyakit infeksius. Intervensi:  Dorong   keseimbangan antara aktifitas dengan istirahat. Rasional : menurut   konsumsi/kebutuhan keseimbangan oksigen dan memperbaiki pertahanan pasien   terhadap infeksi. Intervensi:  Diskusikan kebutuhan masukan aktivitas nutrisi adekuat. Rasional   : malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tahanan   terhadap infeksi.  
e.           Kurang   pengetahuan, kondisi tindakan berhubungan dengan kurang informasi/tidak   mengenal sumber informasi. Tujuan : mampu pemahaman kondisi/proses   penyakit dan tindakan. Kriteria hasil : menyatakan pemahaman   kondisi/proses penyakit dan tindakan.  
Intervensi/Rasional 
Intervensi: Jelaskan penjelasan proses penyakit individu, dorong orang   terdekat untuk menyatakan pertanyaan. Rasional : menurunkan ansietas   dan dapat menimbulkan perbaikan partisipasi pada rencana pengobatan. Intervensi: Instruksikan   untuk latihan napas, batuk efektif dan latihan kondisi umum. Rasional :  napas bibir dan napas abdominal/disfragmatik individu arti untuk mengontrol   dispnea, altihan kondisi umu meningkat toleransi akitivtas. Intervensi:  Diskusikan   obat pernapasan, efek samping , dan reaksi yang tak diinginkan. Rasional :  pasien ini sering mendapat obat pernapasan banyak sekaligus yang mempunyai   efek samping hamper sama dan potensial interaksi obat. Intervensi: Tinjukkan   tehnik penggunaan dosis inhaler seperti bagaimana memegang, interval   semprotan 2-5 menit, bersihkan inhalel. Rasional  : pemberin yang   tepat obat meningkatkan penggunaan dan keefektifan. System alat untuk   mencatat obat interminten/penggunaan dosis dari obat kalau perlu. Intervensi:  Anjurkan   menghindari agen sedative antiansieta kecuali diresepkan diberikan oleh   dokter mengobati kondisi pernapasan. Rasional  : meskipun pasien   mungkin gugup dan merasa perlu sedative ini. Intervensi:  Tekankan   pentingnya perawatan oral/kebersihan gigi. Rasional : menurunkan   pertumbuhan bakteri pada mulut. Intervensi:    Diskusikan pentingnya   menghindari orang yang sedang infeksi pernapasan aktif. Rasional :  menurunkan pemajan dan insiden mendapatkan infeksi saluran napas atas. Intervensi:  Diskusikan   factor individu yang meningkatkan kondisi mis. Udara terlalu kering, angin,   lingkungan dengan suhu ekstrem serbuk. Rasional : factor lingkungan   ini dapat menimbulkan iritasi bronchial, produksi secret dan tambahan jalan   napas. Intervensi:  Kaji efek bahaya meroko dan nesehatkan menghentikan merokok   pada pasien dan atau orang terdekat. Rasional : penghentian merokok   dapat memperlambat kemajuan PPOM.  Intervensi:  Berikan informasi   tentang pembatasan aktivitas dan aktivitas pilihan dengan periode istirahat   untuk mencegah kelemahan. Rasional : mempunyai pengetahuan ini dapat   memampukan pasien untuk membuat pilihan/keputusan informasi untuk menurunkan   dispnea. Intervensi:  Diskusikan pentingnya mengikuti perawatan medic, foto dada   periodic. Rasional : pengawasan proses penyakit untuk membuat program   terapi untuk memenuhi perubahan kebutuhan dan dapat membantu mencegah   komplikasi. Intervensi: Kaji kebutuhan oksigen untuk pasien yang pulang dengan oksigen   tambahan. Rasional : menurnkan resiko kesalahan penggunaan dan   komplikasi lanjut. Intervensi:  Anjurkan pasien terdekat dalam penggunaan oksigen aman. Rasional   : pasien ini dan orang terdekatnya dapat mengalami ansietas, depresi, dan   reaksi lain sesuai dengan penerimaan dengan penyakit kronis yang mempunyai   dampak pada pola hidup mereka.  Intervensi:  Rujuk untuk evaluasi   keperawatan dirumah bila diindikasikan, berikan rencana pengkajian detail   dasar fisik untuk perawatan dirumah sesuai kebutuhan pulang dari perawatan   akut. Rasional : memberikan kelanjutan perawatan, dapat membantu   menurnukan frekuensi perawatan dirumah sakit.   
4.      Implementasi  
Menurut Carpenito (2009,   hal 57). komponen implementasi dalam proses keperawatan mencakup   penerapan ketrampilan yang diperlukan untuk mengimplentasikan intervensi   keperawatan. Ketrempilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk implementasi   biasanya berfokus pada 
a.    Melakukan aktivitas untuk   klien atau membantu klien. 
b.    Melakukan pengkajian   keperawatan untuk mengidentifikasi masalah baru atau memantau status masalah   yang telah ada  
c.    Memberi pendidikan   kesehatan untuk membantu klien mendapatkan pengetahuan yang baru tentang   kesehatannya atau penatalaksanaan gangguan. 
d.   Membantu klien membuat keputusan   tentang layanan kesehatannya sendiri 
e.    Berkonsultasi dan membuat   rujukan pada profesi kesehatan lainnya untuk mendapatkan pengarahan yang   tepat. 
f.     Memberi tindakan yang   spesifik untuk menghilangkan, mengurangi, atau menyelesaikan masalah   kesehatan. 
g.    Membantu klien melakukan   aktivitasnya sendiri  
h.    Membantu klien   mengidentifikasi risiko atau masalah dan menggali pilihan yang tersedia.   
2.    Evaluasi 
Evaluasi   merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan   identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.   Dalam melakukan evaluasi perawat harusnya memiliki pengetahuan dan kemampuan   dalam memahami respons terhadap intervensi keperawatan, kemampuan   menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta kemampuan dalam   menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil (Hidayat, A. Hal 124). 
BAB III 
TINJAUAN KASUS 
Tinjauan   kasus merupakan gambaran Asuhan Keperawatan yang dilakukan pada pasien By. Y   dengan asfiksia diruang perawatan perinatologi rumah sakit umum daerah cut   meutia,  dimulai tanggal 20 juni 2012 sampai dengan 22 juni 2012 melalui   pendekatan proses keperawatan yang dilakukan melalui tahap – tahap sebagai   berikut : 
A.  Pengkajian  
1.          Identitas   bayi 
Bayi lahir pada tanggal 20   juni 2012 dan diindikasikan untuk dirawat di ruang perinatologi, Bernama By.   Y, Berumur 1 hari, Jenis Kelamin Laki – Laki, Alamat Bayi Desa Alue Awe, No.   Register 01.88.98. 
Nama Ayah Tn.M, umur 37   tahun, agama islam, pendidikan SMA, pekerjaan wiraswasta,  
Nama Ibu Ny. Y, umur 32   tahun, agama islam, pendidikan SMA, Pekerjaan Ibu Rumah Tangga. 
Bayi setelah  lahir tidak langsung   menangis dan tidak segera bernapas spontan dan teratur dengan frekuensi napas  48 kali/menit. warna kulitnya kemerahan dan ekstremitas bawah biru. 
3.          Riwayat   Penyakit Sekarang 
By. R lahir pada pukul 07:00 wib dengan kelahiran partus normal.   Setelah lahir nilai APGAR SKORE menit pertama 6 dan menit ke 5 nilai APGAR   SKORE 7, bayi tidak langsung menangis dan tidak bisa bernapas secara spontan   sejak lahir, adanya retraksi iga, warna kulit kemerahan dan ekstremitas bawah   kebiruan sejak lahir. Temp 37,50C, RR 48 x/m, Pols 110 x/m dan O2   terpasang 2 liter, dan bayi segera dirawat diruangan perinatologi 
4.          Riwayat   Kesehatan Masa Lalu 
Tidak ada riwayat bayi sebelumnya atau bayi sudah tidak mengalami   kelainan saat dalam kandungan, dan setelah lahir bayi mengalami asfiksia. 
5.          Riwayat   Kesehatan Keluarga 
Dalam keluarga klien tidak   ada anggota keluarga yang pernah lahir dengan komplikasi asfiksia. 
6.          Riwayat   Kehamilan Keluarga 
Pranatal           :   Selama hamil ibu pasien pernah megalami sesak napas, sering pusing-pusing   dan  muntah – muntah pada umur kehamilan 1 sampai 3 bulan. 
Natal / Lahir    : Bayi   Lahir 39 Minggu, Lahir normal  dan persalinan di tolong oleh Bidan di RS Cut   Meutia , dengan Berat Badan waktu lahir 2500 gr, ada   penyulit kelahiran sperti lilitan tali pusat pada leher bayi. 
Post Natal       : Bayi   lahir tidak langsung menangis, tidak segera bernapas spontan dan teratur,   dengan frekuensi 48 kali/menit,   adanya lendir dihidung dan mulut.   Pols 110x/menit,   Seluruh tubuh merah dengan ekstremitas bawah biru, Bayi   dibungkus dengan kain kering dan bersih,   terpasang oksigen dengan volume 2 liter/menit, Apgar Score 6/7, reflek   menghisap bayi saat lahir sangat lemah. 
Adapun nilai APGAR SCORE adalah   sebagai berikut : 
 
7.          Pola   Kebutuhan Sehari – hari 
a.    Nutrisi 
Jenis susu yang diberikan   kepada klien adalah ASI 20cc/3   jam dengan cara melalui dot bayi, reaksi bayi saat minum susu dengan   reflex menghisap lemah dan sering melepaskan dot dari mulutnya, klien belum   mendapatkan makanan tambahan. pemenuhan cairan melalui parenteral infus   dextrose 5% 10 tts/menit (micro). 
b.   Eliminasi 
Pasien sudah BAK namun   frekuensinya tidak dapat terdeteksi karena klien dipakaikan pampers bayi dan   sudah diganti satu kali ketika dilakukan pengkajian dan belum BAB selama setelah lahir sampai dilakukan   pengkajian diruang perinatologi pada pukul 08:00 Wib tanggal 20 juni 2012. 
c.    Istirahat dan tidur 
Klien di rawat dalam   incubator dengan suhu inkubator 360C. Dan terpasang O2  2liter/menit. 
d.   Kebersihan perorangan    
Pasien belum dimandikan   ketika di lakukan pengkajian, namun klien hanya dibersihkan dengan   menggunakan tisu yang lembab (tisu khusus untuk neonatus). 
8.          Pengkajian   Perkembangan 
a.    Motorik Kasar 
Gerakan badan klien masih sangat   lemah, juga belum bisa menggerakkan tangan dan kaki. 
Mata masih tertutup atau   belum membuka, pegangan sangat lemah. 
c.    Bahasa 
Klien menangis pada saat   lapar dan pada saat BAB dan BAK. 
9.          Riwayat   Imunisasi 
Imunisasi dasar Hepatitis   B diberikan segera setelah lahir oleh petugas di ruang bersalin. 
10.    Pemeriksaan Fisik 
BB 2500 gr, PB 43cm, LK 32 Cm dan LD 32 Cm, LLA 14 cm, LP 30. 
Temp 37,50C , RR 48  x/m dan Pols 110   x/m. 
c.    Pemeriksaan Umum 
Rambut : Warna rambut klien hitam, keutuhan rambut tidak mudah   dicabut, distribusi rambut merata dan kulit kepala bersih. Mata :,   kelopak mata masih tertutup atau belum membuka, Hidung : sulit/sukar   bernapas, respirasi 48 x/m dan tidak teratur, O2 terpasang 2liter/m. Mulut   : bibir kering, lidah bersih tidak ada kelainan. Telinga :   simetris, letaknya normal tidak ada kelainan dan tidak ada benjolan, membran   telinga berwarna abu abu mengkilap seperti mutiara dan secret tidak ada,   serta daun telinga normal. Leher :  gerakan leher lemah tidak adanya   pembengkakan kelenjar getah bening dan tumor. Dada : lingkar dada 32   cm adanya retraksi iga dan bentuknya simetris. Paru – paru : pola pernafasan tidak teratur dan   frekwensi pernafasan   48 x/m. Hepar : tidak adanya pembesaran   dibawah iga ke 12 . Kelenjar limpa : normal tidak adanya pembesaran. Ginjal  : tidak dapat diraba. Perut : simetris, kembung,  bising usus 4-5 x/m dan tidak adanya ascites. Kulit :   warna kulit kuning langsat, turgor normal. Kuku : bentuk kuku simetris   dan agak pucat/sianosis. Punggung : simetris dan tidak terdapat tumor.   Ekstremitas atas dan bawah : kekuatan otot lemah   ekstermitas bawah berwarna biru. Genetalia : tidak adanya kelainan   pada penis. Anus : tidak adanya pendarahan, posisi anus normal. 
11.    Pemeriksaan saraf 
Reflek fisiologi : reflek   abdomen normal, reflek menghisap lemah, reflek bersin normal. 
12.    Penatalaksanaan / terapi   obat  
infus dextrose 5% 10 tts/m mikro, O2 terpasang, injeksi   cefotaxime 150mg/12 jam, injeksi dexametazone ¼ ampul/12 jam. 
13.      Pemeriksaaan   Laboratorium 
Belum ada pemeriksaan laboratorium. 
      ANALISA DATA: 
1.        Data   Subjectif : Ibu mengatakan bayinya tidak   segera bernapas dan tidak menangis segera setelah lahir. Data Objectif  : Pernafasan   tidak teratur, sulit/sukar bernapas, adanya retraksi iga, Temp 37,50C , RR 48  x/m dan Pols 110   x/m, O2 terpasang 2 liter/menit, extremitas bawah kebiruan, perawatan dalam   inkubator dengan suhu inkubator 360C, APGAR SKORE 6/7. Masalah : pola pernapasan tidak efektif. Penyebab : gangguan suplai oksigen. 
2.        Data   Subjektif : -, Data Objektif : Reflek   menghisap lemah, jenis susu ASI 20cc/3 jam melalu dot bayi, infus dextrose 5%   10 tts/m mikro, gerakan badan klien lemah, ektremitas atas dan bawah belum bisa   digerakkan, bising usus 4-5 x/m, BB 2500 gr, PB 43cm, LK 32 Cm dan LD 32 Cm, LLA 14 cm, LP 30. Masalah : resiko  perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Penyebab : reflek   menghisap lemah. 
3.        Data   subjektif : orang   tua klien mengatakan tidak tahu akan penyakit yang diderita anaknya Data   Objectif : orang tua klien   sering menjenguk bayi nya yang sedang dirawat. Masalah :Kurang   pengetahuan tentang kondisi tindakan Penyebab : kurang   informasi/tidak mengenal sumber informasi. 
B.    Diagnosa   Keperawatan 
Adapun diagnosa keperawatan yang   dipereolah dari hasil pengkajian pada  tanggal 20 juni 2012 adalah sebagai   berikut : 
1.    Pola pernapasan tidak   efektif berhubungan dengan gangguan suplai oksigen. 
3.    Kurang pengetahuan tentang   kondisi tindakan berhubungan dengan   kurang informasi/tidak   mengenal sumber informasi. 
C.    Rencana   Asuhan Keperawatan 
Adapun rencana asuhan keperawatan yang pernulis tegakkan pada klien. Nama By. Y Umur 1 hari, Sex laki – laki, Agama   islam, Alamat Alue awe kabupaten aceh utara, diagnosa medis Asfiksia. 
1.      Pola pernapasan tidak   efektif berhubungan dengan gangguan suplai oksigen. 
Tujuan : Mempertahankan jalan nafas pasien, tanda-tanda vital normal.  Kriteria hasil : mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi napas, menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi. 
Intervensi/Rasional  
Intervensi: Auskultasi   bunyi napas. Catat adanya bunyi napas, mis mengi, krekels, ronki. Rasional   : beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas   dan dapat/tak dimanifestasikan adanya bunyi napas adventisius, mis    penyebaran, krekels basah (bronkitis) : bunyi napas redup dengan ekspirasi   mengi (empisema) : atau adanya bunyi napas (asma berat). Intervensi:   Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan. Rasional : berguna   dalam evaluasi derajat distress pernapasan dan kronisnya proses penyakit.   tinggikan kepala tempat tidur.  Intervensi:    Kaji/awasi secara rutin kulit dan warna membrane mukosa. Rasional   : sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku) atau sentral (terlihat   sekitar bibir/atau daun telinga), keabu-abuan dan diagnosis sentral   mengindikasikan beratnya hipoksemia. Intervensi:  Kaji/pantau   frekuensi pernapasan, catat rasio inspirasi ekspirasi. Rasional :  takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada   penerimaan atau selama stres/adanya dproses infeksi akut. Pernapasan dapat   melambat dan frekuensi ekpirasi memanjang dibanding inspirasi. Intervensi:    Catat adanya/derajat dispnea, mis. Keluhan ”lapar udara” gelisah,   ansietas, distres pernapasan, penggunaan otot bantu. Rasional :  disfungsi pernapasan adalah variabel yang tergantung pada tahap proses kronis   selain proses akut yang menimbulkan perawatan di rumah sakit, mis infeksi,   reaksi alergi. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, mis. Intervensi:  Peninggian kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur. Rasional   : peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernapasan dengan   menggunakan gravitasi. Intervensi:  Pertahankan polusi lingkungan   minimum, mis : debu, asap dan bulu bantal yang berhubungan dengan kondisi   individu. Rasional : pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat   mentriger episode akut. Intervensi:  Dorong/bantu latihan nafas abdomen   atau bibir. Rasional : memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi   dan mengontrol dispnea dan menurunkan jebakan udara. Intervensi: Obsevasi   karakteristik batuk, mis : menetap, batuk pendek, basah. Rasional :  batuk dapat menetap tetapi efektif, khususnya bila pasien lansia, sakit akut,   atau kelemahan. Intervensi:  Tingkatkan masukan cairan sampai 3000   ml/hari sesuai toleransi jantung. Memberikan air hangat. Rasional :  Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret, mempermudah pengeluaran.  Intervensi:   Awasi tanda-tanda   vital dan irama jantung. Rasional : takikardia, disritmia, dan   perubahan TD dapat menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.  
2.        Resiko   perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan reflek menghisap lemah. Tujuan : berat   badan dalam rentang normal. Menunjukkan perubahan perilaku pola hidup. Kriteria   hasil: menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan yang tepat.   Menunjukkan perilaku/perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau   mempertahankan berat badan yang tepat.  
Intervensi/Rasional : 
Intervensi: Kaji   kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kesulitan makan,   evaluasi berat badan dan ukur tubuh. Rasional : pasien distress   pernapasan akut sering anoreksia karena dispnea, produksi sputum, dan obat.  Intervensi: Auskultasi bunyi usus. Rasional : penurunan/hipoaktif   bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster dan konstipasi.  Intervensi:  Berikan perawatan oral aktifitas, dan hipoksemia. Rasional   : rasa tak enak, baud an penampilan adalah pencegah utama nafsu makan dan   dapat membuat mual dan muntah istirahat semalam 1 jam sebelum makan.  Intervensi: Hindari makanan penghasil gas dan minum karbonat. Rasional   : dapat menghasilkan dispenea abdomen yang menggangu napas abdomen dan   gerakan diafragma, dan dapat meningkatkan dispnea. Intervensi: Hibdari   makan yang sangat panas atau sangat dingin. Rasional : suhu ektrem   dapat meningkatkan spasme batuk. Intervensi:timbang berat badan sesuai   indikasi. Rasional : berguna untuk menentukan kebutuhan kalori,   menyusun tujuan berat badan, dan evauasi keadekuatan rencana nutrisi.  
3.    Kurang pengetahuan tentang   kondisi tindakan berhubungan dengan kurang informasi/tidak mengenal sumber   informasi. Tujuan :  mampu pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan. Kriteria hasil :  menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan.  
Intervensi/Rasional 
Intervensi: Jelaskan   penjelasan proses penyakit individu, dorong orang terdekat untuk menyatakan   pertanyaan. Rasional : menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan   perbaikan partisipasi pada rencana pengobatan. Intervensi: Instruksikan   rasional untuk latihan napas, batuk efektif dan latihan kondisi umum. Rasional   : napas bibir dan napas abdominal/disfragmatik individu arti untuk mengontrol   dispnea, altihan kondisi umum meningkat toleransi akitivtas. Intervensi:  Diskusikan obat pernapasan, efek samping dan reaksi yang tak diinginkan. Rasional   : pasien ini sering mendapat obat pernapasan banyak sekaligus yang   mempunyai efek samping hamper sama dan potensial interaksi obat. Intervensi:   Tinjukkan tehnik penggunaan dosis inhaler seperti bagaimana memegang,   interval semprotan 2-5 menit, bersihkan inhalel. Rasional  : pemberian   yang tepat obat meningkatkan penggunaan dan keefektifan. System alat untuk   mencatat obat interminten/penggunaan dosis dari obat kalau perlu.  Intervensi: Anjurkan menghindari agen sedative antiansieta kecuali   diresepkan diberikan oleh dokter mengobati kondisi pernapasan. Rasional  :  meskipun pasien mungkin gugup dan merasa perlu sedative ini. Intervensi:  Tekankan pentingnya perawatan oral/kebersihan gigi. Rasional :  menurunkan pertumbuhan bakteri pada mulut. Intervensi: Diskusikan   pentingnya menghindari orang yang sedang infeksi pernapasan aktif. Rasional   : menurunkan pemajan dan insiden mendapatkan infeksi saluran napas atas.  Intervensi: Diskusikan factor individu yang meningkatkan kondisi mis.   Udara terlalu kering, angin, lingkungan dengan suhu ekstrem serbuk. Rasional   : factor lingkungan ini dapat menimbulkan iritasi bronchial, produksi   secret dan tambahan jalan napas. Intervensi: Kaji efek bahaya merokok   dan nesehatkan menghentikan merokok pada pasien dan atau orang terdekat. Rasional   : penghentian merokok dapat memperlambat kemajuan PPOM. Intervensi:  Berikan informasi tentang pembatasan aktivitas dan aktivitas pilihan dengan   periode istirahat untuk mencegah kelemahan. Rasional : mempunyai   pengetahuan ini dapat memampukan pasien untuk membuat pilihan/keputusan   informasi untuk menurunkan dispnea. Intervensi: Diskusikan pentingnya   mengikuti perawatan medic, foto dada periodic. Rasional : pengawasan   proses penyakit untuk membuat program terapi untuk memenuhi perubahan   kebutuhan dan dapat membantu mencegah komplikasi. Intervensi: Kaji   kebutuhan oksigen untuk pasien yang pulang dengan oksigen tambahan. Rasional   : menurnkan resiko kesalahan penggunaan dan komplikasi lanjut.  Intervensi: Anjurkan pasien terdekat dalam penggunaan oksigen aman. Rasional   : pasien ini dan orang terdekatnya dapat mengalami ansietas, depresi, dan   reaksi lain sesuai dengan penerimaan dengan penyakit kronis yang mempunyai   dampak pada pola hidup mereka. Intervensi: Rujuk untuk evaluasi   keperawatan dirumah bila diindikasikan, berikan rencana pengkajian detail   dasar fisik untuk perawatan dirumah sesuai kebutuhan pulang dari perawatan   akut. Rasional : memberikan kelanjutan perawatan, dapat membantu   menurnukan frekuensi perawatan dirumah sakit.   
D.  Pelaksanaan dan Evaluasi Asuhan Keperawatan 
Dx 1 : Pola pernapasan tidak efektif berhubungan dengan gangguan suplai   oksigen. 
Tindakan Keperawatan : 09.00 wib:  Memantau   tanda – tanda vital bayi : RR 48 kali/menit, temp 37oC, pols 110   kali/menit, mengkaji kedalaman pernapasan : adanya retraksi iga, dan mengkaji   warna kulit : extremitas bawah warna biru.  09. 30 wib: Mengatur posisi klien   senyaman mungkin. 10.00 wib:  Mengadakan kolaborasi dengan tim medis dalam   pemberian O2 2 liter/menit, infus dextrose 5% 10 tts/m mikro,   injeksi cefotaxime 150mg/12 jam, injeksi dexametasone ¼ ampul/12 jam.  
Data Subjectif : -, Data   Objectif :  Temp 37,50C, RR : 28 x/m Pols : 110 x/m, bila O2   dilepaskan klien mengalami sesak napas, extremitas bawah kebiruan, O2   terpasang 2 liter/m, adanya retraksi iga. Analisa : masalah belum   teratasi. Planning : Tindakan dilanjutkan 
Dx 2 : Resiko perubahan nutrisi   kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan   dengan reflek menghisap klien lemah. 
Tindakan Keperawatan : 11.00 wib: mengkaji kebiasaan diet, memberikan susu,: ASI 20cc/3   jam dengan cara melalui dot, mengkaji kesulitan pemeuhan nutrisi: reflek   menghisap lemah, sering melepaskan dot. 11.30 wib: mengevaluasi berat badan   klien: berat badan 2500 gram. auskultasi bising usus : 5 kali/menit. 
Data Subjectif :-- Data Objectif : susu dihabiskan, reflek menghisap masih lemah dan sering   melepaskan dot, berat badan klien 2500gram, bising usus 5 kali/menit.Analisa : masalah belum   teratasi. Planning : tindakan dilanjutkan. 
Dx 3 : Kurang pengetahuan tentang kondisi tindakan berhubungan dengan  kurang informasi/tidak mengenal sumber informasi 
Tindakan Keperawatan : 12.00 wib:  memberikan   penjelasan dan mendiskusikan tentang penyakit yang dialami oleh   klien meliputi defenisi,   etiologi, gejala pernapasan dan penata laksanaan.  
Data Subjectif : orang   tua klien mengatakan sedikit banyak sudah mengetahui tentang penyakit yang di alam anaknya. Data   Objectif : orang tua klien tampak mengangguk kepala saat perawat   memberikan informasi dan tampak   optimis saat menjenguk klien. Analisa : masalah teratasi. Planning : tindakan dihentikan. 
Tanggal 21 juni 2012 
Dx 1 : Pola pernapasan tidak efektif berhubungan dengan gangguan suplai   oksigen. 
Tindakan Keperawatan : 09.00 wib:  Memantau tanda – tanda vital bayi : RR 44   kali/menit, temp 37oC, pols 110 kali/menit, mengkaji kedalaman   pernapasan dan warna kulit. 09. 30 wib: Mengatur posisi klien senyaman   mungkin. 10.00 wib:  memantau kelancaran O2 2 liter/menit dan   kelancaran infus dextrose 5% 10 tts/menit mikro. 11.00 wib injeksi cefotaxime   150mg/12 jam, injeksi dexametasone ¼ ampul/12 jam.  
Data Subjectif : -, Data   Objectif :  Temp 37,50C, RR : 44 x/m Pols : 110 x/m, extremitas   bawah masih berwarna kebiruan, O2 terpasang 2 liter/m, retraksi iga tidak ada.   Analisa : masalah sebagian teratasi. Planning : Tindakan   dilanjutkan 
Dx 2 : Resiko perubahan nutrisi   kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan   dengan reflek menghisap klien lemah. 
Tindakan Keperawatan : 11.00 wib: memberikan susu,: ASI 20cc/3 jam dengan cara melalui   dot, mengganti pampers bayi 3 kali ganti sehari, mengkaji kesulitan pemeuhan   nutrisi: reflek menghisap masih lemah dan juga sering melepaskan dot. 11.30   wib: mengevaluasi berat badan klien: berat badan 2600 gram auskultasi bising   usus : 5 kali/menit. 
Data Subjectif :-- Data Objectif : susu dihabiskan, pampers 3 kali ganti, warna BAB hitam dengan   karakter setengah padat, reflek menghisap masih lemah dan sering melepaskan   dot, berat badan 2600gram, bising usus 5 kali/menit.Analisa : masalah belum   teratasi. Planning : tindakan dilanjutkan. 
Tanggal 22 juni 2012 
Dx 1 : Pola pernapasan tidak efektif berhubungan dengan gangguan suplai   oksigen. 
Tindakan Keperawatan : 09.00 wib:  Memantau tanda – tanda vital bayi : RR 34   kali/menit, temp 37oC, pols 110 kali/menit, mengkaji kedalan   pernapasan daan warna kulit. 09. 30 wib: Mengatur posisi klien senyaman   mungkin. 10.00 wib:  memantau kelancaran O2 2 liter/menit dan   kelancaran infus dextrose 5% 10 tts/m mikro. 11.00wib injeksi cefotaxime   150mg/12 jam, injeksi dexametasone ¼ ampul/12 jam.  
Data Subjectif : -, Data   Objectif :  Temp 37,50C, RR : 40 x/m Pols : 110 x/m sudah   dapat mengerakkan extremitas atas bawah tapi masih lamban, dan extremitas   bawah berwarna agak pucat pada bagian jari tangan dan kaki, O2 terpasang 2   liter/m, retraksi iga masih ada. Analisa : masalah teratasi sebagian. Planning  : Tindakan dilanjutkan 
Dx 2 : Resiko perubahan nutrisi   kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan   dengan reflek menghisap klien lemah. 
Tindakan Keperawatan : 11.00 wib: memberikan susu,: ASI 20cc/3 jam dengan cara melalui   dot, mengganti pampers bayi 4 kali ganti sehari mengkaji kesulitan pemeuhan   nutrisi: reflek menghisap meningkat namun masih sering melepaskan dot. 11.30   wib: mengevaluasi berat badan klien: berat badan 2620 gram. auskultasi bising   usus : 5 kali/menit. 
Data Subjectif :-- Data Objectif : susu dihabiskan, reflek menghisap meningkat namun masih sering   melepaskan dot, warna BAB hitam dengan karakter setengah padat, berat badan   2700gram, bising usus 5 kali/menit, klien dapat mengerakkan extermitas atas   bawah tapi masih lamban. Analisa : masalah teratasi   sebagian. Planning : tindakan   dilanjutkan. 
BAB IV 
PEMBAHASAN 
            Pada   bab ini penulis menyajikan pembahasan tentang kesenjangan yang didapat antara   tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus. Untuk mendapatkan pembahasan yang   sistematis, maka penulis membahas berdasarkan langkah-langkah proses   keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,   pelaksanaan dan evaluasi keperawatan. 
A.    Pengkajian  
Pengkajian pada   tinjauan teoristis didapatkan data-data pada klien bayi dengan asfiksia   sebagai berikut : Masalah-masalah yang   diidentifikasi selama kehamilan, Gawat napas, Termoregulasi tidak efektif,   Infeksi ibu atau neonatus, Kesulitan kardiovaskular pada neonatus (sirkulasi   janin persisten, nilai APGAR rendah), Ketidakmampuan untuk mengambil dan   menerima cairan (misalnya, ASI, air atau formula), Hipoglikemia neonatus,   hiperbillirubinemia, anemia, warna kulit pucat sampai biru, anoreksia, dan   kegagalan untuk tumbuh. riwayat personal dan keluarga apakah mempunyai faktor   faktor resiko terhadap komplikasi neonates, Penggunaan alcohol, Penyalah   guanaan zat, Nutrisi ibu buruk.  
Dari   hasil pengkajian yang dilaksanakan pada klien By. Y dengan asfiksia maka   penulis mendapatkan data sebagai berikut : frekuensi napas  48 kali/menit. Adanya retraksi iga, warna kulit kemerahan dan ekstremitas   bawah biru, nilai APGAR SKORE menit pertama 6 dan   menit ke 5 nilai APGAR SKORE 7. Temp 37,50C, Pols 110 x/m dan O2   terpasang 2 liter, reflek menghisap lemah, sulit/sukar bernapas,   gerakan badan klien lemah, ektremitas atas dan bawah belum bisa digerakkan,   mata masih tertutup atau belum membuka, bising usus 4-5 kali/menit, BB 2500 gr, PB 43cm, LK 32 Cm dan LD 32 Cm, LLA 14 cm, LP 30. Riwayat kesehatan ibu   pada masa pra natal pernah   megalami sesak napas, sering pusing-pusing dan  muntah – muntah pada trimester   pertama. 
Perbedaan antara   tinjauan teori dan kasus adalah tidak ditemukan adanya anemia pada bayi dibuktikan dengan pada pengkajian   tinjauan kasus tidak terdapat danya tanda-tanda anemia dan pada pemeriksaan   fisik conjungtiva terlihat hiperemis dan   tidak adanya pemeriksaan lab untuk mendiagnosis anemia.Nutrisi ibu buruk, pada pengkaijan kasus tidak ada   tanda-tanda nutrisi buruk pada ibu dibuktikan dengan ibu melahirkan bayi   cukup umur yaitu 39 minggu dan juga melahirkan dengan partus normal namun   adanya penyulit kelahiran seperti lilitan tali pusat. 
B.    Diagnosa   keperawatan 
Pada tinjauan kasus   penulis menegakkan diagnosa dengan menganalisa data yang telah didapatkan   pada pengkajian baik data subjektif maupun objektif. Adapun diagnosa yang   terdapat pada tinjauan kasus By. Y dengan asfiksia adalah Pola pernapasan tidak efektif berhubungan dengan gangguan   suplai oksigen, resiko   perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan reflek menghisap lemah, dan Kurang pengetahuan tentang kondisi tindakan berhubungan dengan  kurang informasi/tidak mengenal sumber informasi. 
Pada tinjauan teori   yang dikemukan oleh Doengoes (2000) diagnosa yang timbul pada klien gangguan   sistem pernapasan adalah Takefektif bersihan jalan   nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret, bronkospasme, sekresi   tertahan, tebal, kelemahan. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan   gangguan suplai oksigen (obstruksi jalan napas oleh sekresi, spasme kerusakan   alveoli). Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan   efek samping obat, anoreksia, mual/muntah, ditandai dengan penurunan berat   badan. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidakadekuatnya pertahanan utama,   tidak adekuatnya imunitas. Kurang pengetahuan, kondisi tindakan berhubungan   dengan kurang informasi/tidak mengenal sumber informasi. 
Pada   diagnosa keperawatan yang penulis dapatkan Pada   By. Y dengan asfiksia terdapat perbedaan antara tinjauan kasus dengan   tinjauan teoritis seperti pada tinjauan kasus tidak didapatkan diagnosa Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidakadekuatnya   pertahan utama, tidak adekuatnya imunitas, kemungkinan tidak terdapat   diagnosa tersebut pada tinjauan kasus karena penulis tidak mendapatkan   tanda-tanda resiko terjadinya infeksi seperti malnutrisi dan penulis juga   sangat memperhatikan kondisi lingkungan perawatan klien dengan menempatkan   (merawat) klien dalam incubator dengan suhu 360C. penulis juga   tidak menemukan diagnosa kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan   suplai oksigen menurut Doengoes (2000). Untuk menegakkan diagnosa kerusakan   pertukaran gas adanya pemeriksaan analisa gas darah (AGD) dan hal ini tidak   dilakukan oleh pihak rumah sakit.   
C.    Rencana asuhan   keperawatan 
Perencanaan pada   tinjauan kasus yang penulis rencanakan kepada By.   Y, adalah sama dengan rencana intervensi yang terdapat pada tinjauan   teori Karena praktik keperawatan dapat dianggap professional maka rencana   tindakan keperawatan pada tinjauan kasus harus sesuai dengan standar teori    asuhan keperawatan klien dengan asfiksia, akan tetapi tidak sepenuhnya   intervensi yang ada pada tinjauan teori dapat dilaksanakan pada tinjaun   kasus, ini dikarenakan tergantung pada keadan kondisi klien dan juga tersedia   atau tidaknya  peralatan/fasilitas dirumah sakit tersebut. 
D.    Implementasi 
Dalam hal pelaksanaan   asuhan keperawatan yang telah direncanakan penulis mengusahakan untuk tidak   menyimpang dari landasan teori. Adapun pelaksanaan yang penulis laksanakan   tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya dengan apa yang telah penulis rencanakan   tetapi penulis dapat memodifikasi pelaksanaan dengan rencana tindakan yang   telah direncanakan dengan menyesuaikan situasi dan kondisi pasien, hal ini   disebabkan karena faktor eksternal dan faktor internal, akan tetapi   pelaksanaan yang telah penulis laksanakan berjalan dengan lancar berkat kerja   sama yang baik antara perawat dan juga keluarga klien. 
E.    Evaluasi 
Evaluasi dilakukan   untuk mengetahui hasil dari suatu tindakan keperawatan yang telah   dilaksanakan selama dalam proses asuhan keperawatan  yang penulis lakukan   pada klien By. Y dengan asfiksia. Hasil akhir dari asuhan keperawatan yang   diberikan untuk seluruh diagnosa keperawatan yang telah ditegakkan sebagai   berikut Pola pernapasan tidak efektif berhubungan   dengan gangguan suplai oksigen masih belum teratasi atau teratasi sebagia,   adapun data yang menunjukkan masalah teratasi sebagian seperti Temp 37,50C,   RR : 40x/m Pols : 110 x/m sudah dapat mengerakkan extremitas atas bawah tapi   masih lamban. 
Diagnosa   ke dua yaitu resiko perubahan nutrisi   kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan   dengan reflek menghisap lemah juga belum teratasi sepenuh nya, adapun   data yang menunjukkan sebagian masalah teratasi seperti reflek menghisap meningkat namun masih sering melepaskan dot di   saat minum susu, warna BAB hitam dengan karakter setengah padat, berat badan   meningkat menjadi 2650 gram, bising usus 5 kali/menit, klien dapat   mengerakkan extermitas atas bawah tapi masih lamban. 
Diagnosa   ketiga yaitu Kurang pengetahuan   tentang kondisi tindakan berhubungan   dengan  kurang   informasi/tidak mengenal sumber informasi. Telah teratasi pada hari pertama   rawatan dengan keluarga klien menunjukkan tanda tanda seperti; orang tua klien mengatakan sedikit banyak sudah mengetahui   tentang penyakit yang di alam anaknya, orang tua klien tampak mengangguk kepala saat perawat memberikan   informasi dan keluarga tampak tidak cemas lagi 
BAB V 
PENUTUP 
            Setelah   penulis membahas kasus pada klien By. Y dengan asfiksia dilihat dari tinjauan teoritis   dan tinjauan kasus maka penulis menyimpulkan dan juga saran-saran sebagai   berikut :  
A.    Kesimpulan  
1.      Dari hasil pengkajian   pada klien By. Y dengan asfiksia didapat data adanya retraksi iga, frekuensi   pernapasan 48 kali/menit, extremitas kebiruan, AGAR skore 6/7. 
2.      Diagnosa keperawatan   yang timbul adalah, pola pernapasan tidak efektif berhubungan dengan gangguan suplai oksigen, resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan reflek menghisap lemah,  Kurang pengetahuan tentang kondisi tindakan berhubungan dengan  kurang informasi/tidak mengenal sumber informasi. 
3.      Dalam merumuskan perencanaan   asuhan  keperawatan disesuaikan dengan prioritas masalah yang timbul, dimana   masalah aktual yang diprioritaskan terlebih dahulu. 
4.      Implementasi   keperawatan yang dilakukan terhadap By. Y dengan asfiksia tidak dapat   dilakukan sesuai dengan rencana yang telah direncanakan atau perlu   dimodifikasi untuk menyesuaikan dengan kondisi klien dan kondisi tempat.  
5.      Berdasarkan hasil   evaluasi pada klien By. Y dengan asfiksia dapat disimpulkan bahwa ada masalah   yang telah teratasi adalah Kurang pengetahuan tentang   kondisi tindakan berhubungan dengan  kurang informasi/tidak mengenal sumber informasi.  dan ada juga masalah yang belum teratasi atau teratasi sebagian diantaranya Pola pernapasan tidak efektif berhubungan dengan gangguan   suplai oksigen, resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan reflek menghisap lemah. 
B.    Saran-saran 
1.      Dalam pemberian   Asuhan keperawatan terhadap klien hendaknya memperhatikan bahwa manusia   merupakan satu kesatuan Bio, Psiko, Sosio, dan Spiritual, sehingga masalah-masalah   yang timbul dapat diatasi sedini mungkin. 
2.      Asuhan keperawatan   yang dilakukan pada klien asfiksia sebaiknya dilakukan dengan sangat   memperhatikan kefektifan sistem pernapasan klien yang merupakan masalah utama   pada klien dengan asfiksia. 
3.      Untuk menghindari   terjadinya komplikasi, partisipasi klien dan keluarga dalam program sangat   mendukung. 
4.      Keberhasilan dalam   mengatasi masalah klien dan mengupayakan kesembuhan terhadap klien dengan   asfiksia sangat ditentukan oleh adanya kerjasama yang baik antara perawat,   team kesehatan lain dan keluarga klien. 
DAFTAR PUSTAKA 
Broker, C. (2008). Ensiklopedia    keperawatan. Editor edisi bahasa Indonesia, Tiar, E. Jakarta : EGC. 
Carpenito, L.J.   (2009). Diagnosis Keperawatan: aplikasi pada praktik klinis. Edisi ke   Sembilan. Jakarta :EGC    
Doengoes E. M.   (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi Kedua. Jakarta :EGC    
Hidayat, A. A. ( 2008 ) pengantar konsep dasar keperawatan, edisi kedua. Jakarta : salemba medika.
Hidayat, A.A.(2008). Pengantar ilmu   kesehatan anak untuk pendidikan kebidanan. Jakarta : Salemba medika. 
Ilyas, J. (1994). Asuhan keperawatan   perinatal. Jakarta : EGC. 
kemenkes RI, (2010).   Untuk menurunkan angka kematian ibu dan kematian bayi perlu kerja keras. Di   akses tanggal 19 juli 2012. 
Mochtar, R (1998). Sinopsis Obstetri. Obstetri fisiologi, obstetri   patologi. Jilid satu, edisi dua. Jakarta : EGC. 
Riskesdas (2008). Badan   penelitian dan pengembangan kesehatan. Jakarta : departemen kesehatan RI. 
Stright, B.R. (2004). Paduan belajar keperawatan ibu-bayi bru   lahir. Editor edisi bahasa Indonesia : Subekti, N.B. Edisi ketiga. Jakarta   :EGC. 
USU .(2010). gambaran asfiksia   neonatorum pada bayi baru lahir di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik, Medan   dari tahun 2007 hingga 2010 http://repository.usu.ac.id/bitstream/. Di   unduh tanggal 19 juli 2012. 
Wiknjosastro, H. (1999). Ilmu kebidanan. Edisi 3, Cetakan 5.    Jakarta : yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo.  
 |  |||||||||||||||||

Sangat bagus dan dilengkapi dengan contoh kasus
ReplyDelete