Askep Hernia Pada Anak Lengkap Anatomi Fisiologi Hernia dan Laporan Pendahuluan Pengkajian
4:33:00 AM
Add Comment
terutama untuk Laporan Asuhan Keperawatan Anak, yang masih sangat sulit untuk menemukan buku-buku referensinya. Namun berkat adanya file Laporan saya semasa kuliah dulu, maka kali ini saya akan sedikit berbagi Tentang Laporasn Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Hernia Lengkap Dengan Anatomi Fisiologinya.
dan jika Materi yang akan saya bagikan berikut ini kurang, Kamu bisa kirim di kontak komentar untuk meminta file Doc.-nya agar kami tidak capek dan susah payah mengeditnya lagi, juga beserta dengan daftar pustaka.
Jangan Lupa Baca Juga :
A.
Anatomi Fisiologi
1.
Anatomi sistem pencernaan
Menurut Tarwoto (2009: 262) Sistem
pencernaan merupakan saluran
panjang (kurang lebih 9 meter) yang terlibat dalam proses mencerna makanan,
mulai dari mulut sampai dengan anus. Saluran ini akan menerima makanan dari
luar tubuh dan mempersiapkannya untuk diserap serta bercampur dengan enzim
dan zat cair melalui proses pencernaan, baik dengan cara pengunyahan, menelan
dan mencampur menjadi zat-zat gizi dan energi.
Dalam
melakukan fungsi dari sistem pencernaan di atas maka sistem pencernaan
dilengkapi dengan saluran pencernaan dan asesoris pencernaan.
a.
Mulut
Mulut merupakan
jalan masuk yang dilalui makanan pertama kali untuk sistem pencernaan. Rongga
mulut dilengkapi dengan alat pencernaan (gigi dan lidah) serta kelenjar
pencernaan untuk membantu pencernaan makanan, mulut terdiri dari 2 bagian atas bagian luar (vestibula) yaitu ruang di antara gusi, gigi,
bibir dan pipi
dan rongga mulut bagian dalam. Palatum terdiri atas palatum durum (palatum keras) yang tersusun atas tajuk-tajuk
palatum dari sebelah depan tulang maksilaris.
b.
Faring
Faring merupakan
organ yang menghubungkan rongga mulut dengan esophagus. Di dalam lengkung
faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak
mengandung limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi ke atas bagian depan
berhubungan dengan rongga mulut dengan perantara lubang yang disebut ismus
fausium
Bagian-bagian
faring adalah:
1)
Superior
(nasofaring): setinggi dengan hidung, bermuara tuba yang menghubungkan
faring dengfan gendang telinga.
2)
Media
(orofarin); setinggi dengan mulut, berbatas ke depan sampai di akar
lidah
3)
Interior
(laringofaring): setinggi dengan laring, menghubungkan orofaring dengan
laring
c.
Esofagus
Merupakan bagian
saluran pencernaan sepanjang ±25 cm dan diameter 2 cm. Dinding esofagus tersusun atas epitelium berlapis pipih.Selain
itu, pada kerongkongan terdapat pula beberapa otot, yakni otot melingkar dan
otot longitudinal. Apabila otot tersebut berkontraksi, kerongkongan akan
bergerak.
d.
Lambung
Lambung
merupakan organ pencernan yang paling fleksibel karena dapat menampung makanan
sebanyak 1-2 liter. Bentuknya seperti huruf
J atau kubah dan terletak di kuaran kiri bawah abdomen.
e.
Usus halus
Usus halus
merupakan kelanjutan dari lambung yang terletak di antara spingter pylorus
lambung dengan valve ileosekal yang merupakan bagian awal usus besar, posisinya
terletak di
sentral bawah abdomen yang disuport dengan lapisan mesenterika (berbentuk
seperti kipas) yang memungkinkan usus halus ini mengalami perubahan bentuk
(seperti berkelok-kelok).
Usus halus
memiliki saluran paling panjang dari saluran pencernaan dengan panjang sekitar
3 meter dengan lebar 2,5 cm, walaupun tiap orang memiliki ukuran yang
berbeda-beda. Usus halus ini terbagi menjadi 3 bagian yaitu duodenum (± 25 cm),
jejunum (± 2,5 m), serta ileum (± 3,6 m).
f.
Usus besar
Kolon merupakan
usus yang memiliki diameter lebih besar dari usus halus. Ia memiliki panjang
1,5 meter, dan berbentuk seperti huruf U terbalik. Usus besar terbagi menjadi 3
daerah, yaitu : kolon asenden, kolon transversum, dan kolon desenden.
g. Rektum
Merupakan
lubang tempat pembuangan feses dari tubuh. Sebelum dibuang lewat anus, feses ditampung terlebih dahulu pada bagian rectum. Apabila feses
sudah siap dibuang maka otot spinkter rectum mengatur pembukaan dan penutupan
anus. Otot spinkter yang menyusun rektum ada 2, yaitu otot polos dan otot
lurik.
h. Anus
Merupakan
bagian saluran pencernaan dengan dunia luar terletak di dasar pelvis dan
dindingnya diperkuat oleh sfinghter ani yang terdiri dari sfinhter ani
internus, sfighter levator ani, sfinghter ani elksternus.
2. Fisiologi sistem pencernaan
Fusngsi dari sistem penceranaan
menurut Tarwoto (2009: 261) ialah sebagai berikut:
a.
Mulut
Memecah makanan menjadi zat-zat gizi, sekresi mulut
berfungsi untuk meningkatkan pencernaan zat tepung, mengatur pemasukan cairan,
mrerangsang nafs makan dengan cara melarutkan bahan makanan sehingga kontak
bintik-bintik rasa dilidah dan melicinkan makanan sehingga mudah ditelan
(Suratun, 2010: 3).
b.
Faring
Didalam faring terdapat sfingter Pharingoesofageal
yang Berfungsi mencegah makanan dari esofagus masuk kedalam faring. Tonsil yang
terdapat didalam lengkung faring berfungsi untuk pertahanan terhadap infeksi
(Suratun, 2010: 3).
c.
Esofagus
Fungsi esofagus adalah menyalurkan
makanan ke lamung. Agar makanan dpat berjalan sepanjang esophagus, terdapat gerakan
peristaltik sehingga makanan dapat ber-jalan menuju lambung.
d.
Lambung
Fungsi utama
dari lambung adalah menyimpan makanan yang sudah bercampur dengan cairan yang
dihasilkan lambung (getah lambung).
e.
Usus halus
Fungsi usus halus menerima sekresi hati dan
pangkreas, mengabsorbsi sari pati makanan dan menyalurkan sisa hasil
metabolisme ke usus besar.
i.
Usus besar
Fungsi usus besar antara lain adalah Menyerap
air selama prose pencernaan. Tempat dihasilkannya
vitamin K, dan vitamin H (Biotin) sebagai hasil simbiosis dengan bakteri usus,
misalnya E.coli. Membentuk massa feses. Mendorong
sisa makanan hasil pencernaan (feses) keluar dari tubuh.
j.
Rektum
Fungsi
dari rektum untuk menampung feses terlebih dahulu pada bagian rektum, apabila
feses sudah siap dibuang maka oto spinkter rektum mengatur pembukaan dan
penutupan anus.
k.
Anus
Pembukaan dan
penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses
defekasi (buang air besar), yang merupakan fungsi utama anus.
B.
Konsep Kasus
1.
Pengertian
Hernia
adalah prostrusi (tonjolan) abnormal suatu organ, atau bagian organ, melewati
celah di struktur sekitarnya umumnya prostusi organ abdomen melalui di dinding
abdomen (Brooker, 2008:
187).
Menurut
Grace (2007:
119) menyatakan bahwa hernia merupakan penonjolan viskus atau sebagian dari
viskus melalui celah yang abnormal pada selubungnya.
Berdasarkan
kedua pengertian diatas maka
penulis menyimpulkan Hernia Adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ
ditempatnya yang normal melalui sebuah defek congenital atau yang di dapat oleh penderita.
2.
Etiologi
Menurut Suratun
(2010:
318) ada 2 (dua) penyebab terjadinya
hernia yaitu : Defek dinding otot
abdomen: Hal ini dapat terjadi sejak lahir (congenital) atau didapat
seperti karena usia, keturunan, akibat dari pembedahan sebelumnya. Peningkatan
tekanan intraabdominal: Penyakit paru obtruksi menahun (batuk kronik),
obesitas, adanya Benigna Prostat Hipertropi (BPH), sembelit, mengejan saat
defekasi dan berkemih, mengangkat beban terlalu berat dapat meningkatkan
tekanan intraabdominal.
3.
Klasifikasi
Menurut
Suratun,
(2010: 316), adapun
klasifikasi hernia ialah sebagai berikut:
a.
Hernia Inguinal:
1) Hernia indirek atau lateral :
hernia ini
terjadi melalui cincin inguinal dan melewati korda spermatikus melalui kanalis
inguinalis, dapat menjadi sangat besar dan sering turun ke skrotum. Umumnya
terjadi pada pria, Benjolan tersebut bisa mengecil, menghilang pada waktu tidur
dan bila menangis, mengejan, mengangkat benda berat atau berdiri dapat tumbuh
kembali.
2) Hernia diarek atau medialis :
hernia ini
melewati dinding abdomen di area kelemahan otot, tidak melalui kanal seperti
pada hernia inguinalis dan femoralis indirek. Lebih umum terjadi pada lansia.
Hernia ini disebut direkta karena langsung menuju anulus inguinalis eksterna
sehinga meskipun arteri inguinalis internal ditekan bila klien berdiri ataupun
mengejan, tetap akan timbul bejnolan.
Pada klien terlihat adanya massa bundar pada arteri inguinalis eksterna yang
mudah mengecil bila klien tidur. Karena besarnya defek pada dindung posterior
maka hernia ini jarang menjadi irreponible.
b.
Hernia femoralis
Hernia femoralis
terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum pada wanita. Ini mulai sebagai
penyumbat lemak di kanalis femoral yang membesar dan secara bertahap menarik
peritoneum dan hampir
tidak dapat menghindari kandung kemih masuk kedalam kantong.
c. Hernia umbilikal
Hernia umbilikal
pada umumnya terjadi pada wanita karena peningkatan tekanan abdominal, biasanya
pada klien obesitas dan multipara.
d. Hernia insisional
Hernia
insisional terjadi pada insisi bedah sebelumnya yang telah sembuh secara tidak
adekuat, gangguan penyembuhan luka kemungkinan disebabkan oleh infeksi, nutrisi
tidak adekuat, distensi ekstrem atau obesitas. Usus atau organ lain menonjol
melalui jaringan parut yang lemah.
4.
Patofisiologi
Hernia
terdiri dari tiga unsur yaitu kantong hernia yang terdiri dari peritoneum, isi
hernia (usus, omentum, kadang berisi organ intraperitoneal lain atau organ
ekstraperitonial seperti ovarium, apendiks divertikel dan buli-buli), dan sruktur yang
menutupi kantong hernia yang dapat berupa kulit (skrotum), umbilicus, paru dan
sebagainya (Suratun, 2010:
319).
Hernia
inkarserata terjadi bila usus yang prolaps tersebut menyebabkan konstriksi
suplai darah ke kantong skrotum. Bayi kemudian akan mengalami nyeri dan
gejala-gejala obsruksi usus(distensi abdomen, nyeri kolik abdomen, tidak ada
flatus, tidak ada feses, muntah). Hidrokel kominikans selalu disertai hernia.
Anak tersebut mula-mula menampakkan benjolan atau tonjolan intermiten di daerah
lipat paha, skrotum atau labia. Tonjolan trsebut akan membesar bila ada tekanan
intrabdominal, seperti pada saat menangis atau mengejan. Isi kantong hernia
biasanya dilakukan pemulihan melalui pembedahan (hernigrafi) pada pasien rawat
jalan. (Betz, 2009: 230).
Secara
patofisiologi pada hernia indirek, sebagian usus keluar melalui duktus
spermatikus sebelah lateral dari arteri epigastrika inferior mengikuti kanalis
inguinalis yang berjalan miring dari lateral atas ke medial, masuk ke dalam skrotum. Juga
disebut hernia inguinalis lateralis atau oblique dan biasanya merupakan hernia
yang kongenital. Kongenital karena melalui suatu tempat yang juga merupakan
kelemahan congenital. karena usus keluar dari rongga perut masuk ke dalam
skrotum dan jelas tampak dari luar maka hernia inguinalis disebut pula hernia ekternal (Suratun,
2010: 319).
Bagian
usus yang nekrotik berwarna merah kehitam–hitaman dengan dinding yang menebal
akibat bendungan dalam vena. Darah dapat juga ke dalam isi hernia (usus) atau
kedalam kantong hernia. Akibat infeksi kuman yang ada dalam rongga usus yang
terbendung, maka mudah terjadi pembusukan atau ganggren (Suratun, 2010: 319).
5.
Manifestasi Klinis
Menurut Grace, (2007: 119) manifestasi klinis pada pasien dengan hernia yaitu :
a.
Pasien datang dengan benjolan di tempat hernia.
b.
Hernia femoralis berada dibawah dan lateral dari tuberkulum pubikum.
Biasanya hernia ini mendatarkan garis-garis kulit di lipatan paha. 50 persen
kasus merupakan kasus kegawatdaruratan bedah akibat terobstruksinya isi hernia
dan 50 persen dari kasus ini membutuhkan reseksi usus halus. Hernia femoralis
tidak dapat di kembalikan ketempat semula.
c.
Hernia inguinalis dimulai pada bagian atas dan medial terhadap tuberkulum
pubikum namun dapat turun lebih luas jika membersar, biasanya mempertegas
garis-garis lipatan.
6.
Penatalaksanaan
Grace,
(2007; 119). Mengatakan
penatalakasanaan yang diberikan kepada penderita hernia meliputi :
a. Nilai hernia untuk : keparahan gejala,
resiko komplikasi (tipe,ukuran leher hernia), kemudahan untuk perbaikan
(lokasi, ukuran), kemungkinan berhasil (ukuran, banyakya isi perut kanan yang
hilang).
b. Nilai pasien untuk : kelayakan operasi,
pengaruh hernia terhadap gaya hidup (pekerjaan dan hobi).
c. Perbaikan dengan bedah biasanya
ditawarkan pada pasien – pasien dengan: hernia dengan riseko komplikasi apapun
gejalanya. hernia dengan adanya gejala-gejala
obstruksi sebelumnya. hernia dengan risiko komplikasi yang rendah namun dengan
gejala yang mengganggu gaya hidup dan sebagainya.
7.
Pemeriksaan Penunjang
Menurut
Suratun, (2010:
321). Pemeriksaan penunjang pada penderita hernia dapat dilakukan dengan cara
berikut:
a. Pemeriksaan darah lengkap : menunjukkan
peningkatan sel darah putih, serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi
(peningkatan hematokkrit), dan ketidakseimbangan elektrolit. Pemeriksaan
koagulasi darah: mungkin memanjang, mempengaruhi homeostatis intra operasi atau
post oprasi.
b. Pemeriksaan urine; Munculnya sel darah
merah atau bakteri yang mengindikasikan infeksi.
c. Elektro kardiografi (EKG) Penemuan akan
sesuatu yang tidak normal menberikan prioritas perhatian untuk menberikan
anestesi.
d. Sinar X abdomen menunjukkan abnormal
kadar gas dalam usus/ obtruksi usus.
8.
Komplikasi
Grace, (2007: 119) Menyebutkan komplikasi yang dapat terjadi pada penderita
hernia ialah:
a.
Hematoma
(luka atau pada skrotum),
b.
Retensi
urin akut. Infeksi pada luka.
c.
Nyeri
kronis.
d.
Nyeri
dan pembengkakan testis yang menyebabkan atrofitestis.
e.
Rekurensi
hernia.
C.
Pengkajian
Pengkajian Pre Operasi pada klien
Anak dengan hernia menurut Suratun
(2010: 323) adalah sebagai berikut :
1.
Aktivitas/Istirahat
Klien dilakukan
anamnese mengenai riwayat penyakit. Pada pemeriksaan fisik klien mengalami
penurunan rentang gerak, tidak mampu melakukan aktivitas yang biasa, atrofi
otot.
2.
Sirkulasi
Apakah klien mempunyai
riwayat penyakit jantung, edeme pulmonal, penyakit vaskular perifer.
3.
Eliminasi
Apakah klien mengalami
konstipasi, adanya inkontinensia atau retensi urine.
4.
Makanan/Cairan
Apakah klien mengalami
gangguan bising usus, mual, muntah, nyeri abdomen, malnutrisi atau obesitas.
5.
Nyeri/Kenyamanan
Apakah klien mengalami
nyeri di daerah benjolan hernia, kalau ada biasanya dirasakan di daerah epigastrium
atau daerah peri umbilikal berupa nyeri viseral karena regangan pada
mesenterium sewaktu segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia.
6.
Keamanan
Apakah klien mempunyai
riwayat alergi terhadap makanan dan obat-obatan.
7.
Pernapasan
Apakah klien mempunyai
riwayat infeksi saluran pernapasan.
8.
Pemeriksaan fisik
Tanda yang diketahui
selama pemeriksaan fisik mencakup:
a. Nyeri tekan
b. Atrosi otot pada bagian tubuh yang
terkena gangguan dalam benjolan
c. Konstipasi (mengalami kesulitan dalam
defekasi)
d. Kelemahan otot
Sementara Pengkajian pada pasien Post Operasi hernia menurut Suratun
(2010: 326) adalah sebagai berikut :
1.
Aktivitas/ istirahat
Apakah klien
mengalami kelemahan, merasa lemas, lelah, tirah baring, penurunan kekuatan
otot, kehilangan tonus otot, dan letargi,.
2.
Sirkulasi
Apakah klien
menunjukkan takikardia, perubahan tekanan darah (hipotensi dan hipertensi
3.
Eliminasi
Apakah klien
mengalami perubahan karakteristik urin dan feses, ketidakmampuan defekasi,
konstipasi, penurunan pengeluaran urin, menurunya peristaltik/bising usus.
4.
Makanan/cairan
Apakah klien
mengalami anoreksia, mual muntah membran mukosa kering, dan turgor kulit buruk.
5.
Nyeri/kenyamanan
Apakah klien
mengalami nyeri insisi bedah, distensi kandung kemih, dan nyeri tekan pada
kandung kemih.
6.
Keamanan
Apakah klien
klien mengalami gatal, nyeri, bengkak, kemerahan dan kemungkinan pendarahan.
7.
Pernafasan
Apakah klien
mengalami takipnea, pernafasan dangkal, batuk, dan perubahan pola napas.
D.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang lazim muuncul pada klien Anak
dengan Hernia menurut Suratun (2010: 323) yaitu sebagai
berikut :
1. Pre Operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen
injuri fisik.
b. Kecemasan pada orang tua berhubungan
dengan kurang pengetahuan tentang prosedur operasi.
2. Post Operasi
a. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan diskontuinitas
jaringan akibat tindakan operasi.
b. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan luka insisi
bedah/operasi.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
0 Response to "Askep Hernia Pada Anak Lengkap Anatomi Fisiologi Hernia dan Laporan Pendahuluan Pengkajian"
Post a Comment