-->

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN GAGAL GINJAL AKUT


Akkesaskep-kali ini akan berbagi tentang laporan pendahuluan asuhan keperawatan (Askep) gagal ginjal akut yang juga dikenal dengan sebutan AKD (Akut Kidney deasese), seperti yang telah kita pelajari dari berbagai sumber buku dan media yang menyediakan informasi penting tentang ilmu penyakit. Gagal ginjal akut merupakan suatu kelainan klinik yang terjadi pada ginjal......

Dan berikut ini adalah ulasan lengkapnya tentang laporan pendahuluan asuhan keperawatan gagal ginjal akut.

Askep Gagal Ginjal Akut Lengkap


A. Anatomi dan Fisiologi Ginjal


1. Anatomi sistem perkemihan

Menurut Baradero (2009, hal. 2) ginjal terletak di belakang peritoneum pariental (retro-peri-toneal), pada dinding abdomen posterior. Ginjal juga terdapat pada kedua sisi aorta abdominal dan vena kava inferior. Kemudian Tarwoto (2009, hal. 313) Mengatakan anatomi sistem perkemihan terdiri dari:

a. Ginjal
Pada orang dewasa panjangnya kira-kira 11 cm dan lebarnya 5-7,5 cm dan tebalnya 2,5 cm dan beratnya 150 gram. Organ ginjal berbentuk kurva yang terletak di area retroperitonel, pada bagian belakang dinding abdomen di samping depan vertebra, setinggi torakal 12 sampai lumbal ke 3. Ginjal terdiri atas tiga area yaitu, korteks, medulla, pelvis 

1) Korteks, merupakan bagian paling luar ginjal, dibawah kapsula fibrosa sampai dengan lapisan medulla, tersusun atas nefron-nefron yang jumlahnya lebih dari 1 juta.
2) Medulla, terdiri dari saluran-saluran atau duktus collecting yang disebut pyramid ginjal yang tersusun antara 8-18 buah.
3) Pelvis, merupakan area yang terdiri dari kaliks minor yang kemudian bergabung menjadi kalik mayor.

b. Ureter
Ureter merupakan saluran yang terbentuk tabung dari ginjal ke bladder, panjangnya 25-30 cm dengan diameter 6 mm. Berjalan mulai dari pelvis renal setinggi lumbal ke 2. Posisi ureter miring dan menyempit ditiga titik yaitu di titik asal ureter pada pelvis ginjal, titik saat melewati pinggiran pelvis dan titik pertemuan dengan kandung kemih (Tarwoto, 2009, hal. 325).

c. Vesika Urinaria
Merupakan organ berongga dan berotot yang berfungsi menampung urin sebelum dikeluarkan melalui uretra. Terletak pada rongga pelvis. Pada laki-laki kandung kemih berada dibelakang simpisis pubis dan didepan rektum, pada wanita kandung kemih berada dibawah uterus dan didepan vagina. Dinding kandung kemih memiliki 4 lapisan jaringan. Lapisan paling dalam adalah lapisan mukosa, kemudian lapisan submukosa, lapisan otot polos atau disebut detrusor dan lapisan paling luar adalah serosa (Tarwoto, 2009, hal. 325).


d. Uretra
Uretra memanjang dari leher kandung kemih sampai meatus pada wanita panjangnya sekitar 4 cm. Lokasinya antara klitoris dengan liang vagina. Panjang uretra pada laki-laki sekitar 20 cm, terbagi atas 3 bagian yaitu bagian prostatik uretra yang panjangnya sekitar 3 cm, bagian kedua adalah mebranesea uretra yang panjangnya 1-2 cm. Pada bagian akhir adalah cavernous yang panjangnya sekitar 15 cm (Tarwoto, 2009, hal. 326).


2. Fisiologi Sistem Perkemihan
Menurut Tarwoto (2009, hal. 317) Ginjal merupakan organ yang penting dalam proses keseimbangan cairan tubuh dan sebagai organ sekresi dari zat-zat yang sudah tidak dibutuhkan lagi, fungsi ginjal diantaranya :

a. Ginjal

1) Pengaturan volume dan komposisi darah. Ginjal berperan dalam pengaturan volume darah dan komposisi darah melalui mekanisme pembuangan atau sekresi cairan.

2) Pengaturan jumlah dan konsentrasi elektrolit pada cairan ekstrasel, seperti natrium, klorida, bikarbonat, kalsium, magnesium, fosfat, dan hydrogen.

3) Membantu mempertahankan keseimbangan asam basa (pH) darah, pengendalian asam basa darah oleh ginjal dilakukan dengan sekresi urin yang asam atau basa.

4) Pengaturan tekanan darah, ginjal berperan dalam pengaturan tekanan darah dengan mensekresi enzim rennin yang mengaktifkan jalur rennin-angiotensin dan mengakibatkan perubahan vasokontriksi atau vasodilatasi pembuluh darah sehingga dapat meningkatkan tekanan darah atau menurun tekanan darah.

5) Pengeluaran dan pembersihan hasil metabolisme tubuh seperti urea, asam urat dan kreatinin, jika tidak dikeluarkan maka bersifat toksik khususnya pada otak.

6) Pengeluaran komponen-komponen asing seperti pengeluaran obat, pestisida dan zat-zat berbahaya lainnya.

Salah satu fungsi penting ginjal adalah mengatur kalsium serum dan fosfor. Kalsium sangat penting untuk pembentukan tulang, pertumbuhan sel, pembekuan darah respon hormon, dan aktivitas listrik seluler. Ginjal melakukan hal ini dengan mengubah vitamin D dalam usus (dari makanan) ke bentuk yang lebih aktif, yaitu 1, 25-dihidrovitamin D3 (Baradero, 2009, hal. 3)

b. Ureter
Ureter berperan aktif dalam transport urin. Urin mengalir dari pelvis ginjal, melalui ureter denga gerakan peristaltiknya. Adanya ketegangan pada ureter menstimulasi terjadinya kontraksi dimana urin akan masuk ke bladder, rangsangan saraf simpatis dan parasimpatis juga mengontrol kontraksi ureter mengalirkan urin (Tarwoto, 2009, hal. 324). Sebelum masuk ginjal, ureter melebar dan membentuk pelvis gijal. Kemudian, pelvis ginjal bercabang dan membentuk 2-3 kaliks mayor. Setiap kaliks mayor bercabang menjadi beberapa kaliks minor. Kaliks minor inilah yang mengumpulkan urine yang keluar dari tubulus kilogenter (Baradero, 2009, hal. 3).

c. Vesika Urinaria
kapasitas maksimum kandung kemih pada orang dewasa sekitar 300-450 ml, dan anak-anak antara 50-200 ml. Pada laki-laki kandung kemih berada dibelakang simpisis pubis dan didepan rektum, pada wanita kandung kemih berada dibawah uterus dan didepan vagina. Pada keadaan penuh akan memberikan rangsangan pada saraf aferen ke pusat miksi sehingga terjadi kontraksi otot detrusor yang mendorong terbukanya leher kandung kemih, sehingga terjadi proses miksi. Fungsi utama dari ginjal adalah menampung urin dari ureter dan kemudian dikeluarkan melalui uretra (Tarwoto, 2009, hal. 325).

d. Uretra
Fungsi dari uretra adalah menyalurkan urin dari kandung kemih keluar. Adanya sfingter uretra interna yang dikontrol secara involunter memungkinkan urin dapat keluar serta spinter uretra eksterna memungkin kan pengeluaran urin dapat dikontrol (Tarwoto, 2009, hal. 326).



B. Konsep Kasus Gagal Ginjal Akut

1. Pengertian
Gagal ginjal dapat akut atau kronik, hilangnya fungsi ginjal normal pada kedua gagal ginjal tersebut mengakibatkan ketidakmampuan tubuh mempertahankan hemeostatis cairan, elektrolit, dan asam basa. (Brooker, 2008, hal. 141).

Gagal ginjal akut (GGA) merupakan suatu sindrom klinik akibat adanya gangguan fungsi ginjal yang terjadi secara mendadak (dalam beberapa jam sampai beberapa hari) yang menyebabkan retensi sisa metabolism nitrogen (urea-kreatinin) dan non-nitrogen, dengan atau tanpa disertai oliguri (Sudoyo, 2006, hal. 574).

Gagal ginjal akut atau dikenal dengan Acute Renal Failure (ARF) adalah sekumpulan gejala yang mengakibatkan disfungsi ginjal secara mendadak (Nursalam, 2006, hal. 35).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka penulis dapat menyimpulkan Gagal Ginjal Akut (GGA) adalah suatu sindrom akibat kerusakan metabolik atau patologik pada ginjal yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang mendadak dalam waktu beberapa hari.


2. Etiologi Gagal Ginjal

a. Penyebab prerenal (terjadi hipoperfusi ginjal) akibat kondisi yang menyebabkan berkurangnya aliran darah ginjal dan menurunnya filtrasi glomerulus. Keadaan penipisan volume (hipovolemia seperti luka bakar dan pendarahan atau kehilangan cairan melalui saluran pencernaan), vasodilatasi (sepsis atau anafilksis), gangguan fungsi jantung (infark miokardium, CHF, atau syok kardiogenik), dan terapi diuretik. Hal ini biasanya ditandai dengan penurunan turgor kulit, mukosa membran kering, penurunan berat badan, hipotensi, oliguri, atau anuria.

b. Penyebab intrarenal kerusakan aktual jaringan ginjal akibat trauma jaringan glomerulus atau tubulus ginjal. Keadaan yang berhubungan dengan iskemia intrarenal, toksin, proses imunologi, sistemik, dan vaskuler. Pemakaian obat anti inflamasi nonsterois (NSAID), terutama pada pasien lansia karena menggangu prostaglandin yang melindungi aliran darah renal. NSAID menyebabkan iskemik ginjal. Selain itu, reaksi transfusi menyebabkan gagal intrarenal di mana hemoglobin dilepaskan melalui mekanisme hemolisis melewati membrane glomerulus dan terkonsentrasi di tubulus ginjal, hal ini biasanya ditandai dengan demam, kemerahan pada kulit, dan edema.

c. Penyebab postrenal terjadi akibat sumbatan atau gangguan aliran urine melalui saluran kemih (sumbatan bagian distal ginjal). Tekanan di tubulus meningkat sehingga laju filtrasi glomerulus meningkat. Hal ini biasanya ditandai dengan adanya kesulitan dalam mengosongkan kandung kemih dan perubahan aliran kemih.
(Nursalam, 2006, Hal. 36).


3. Patofisiologi Gagal Ginjal
Suatu hipotesis tentang patogenesis Gagal Ginjal Akut adalah kerusakan tubulus yang menyebabkan tidak dapat menyeimbangkan sodium secara normal sehingga mengaktifasi sistem renin-angiotensin-aldoteron. Kembalinya aliran darah ke renal akibat peningkatan tonus arteri afferen dan efferent sehingga terjadi iskemia yang menyebabkan peningkatan vasopresin, edema seluler, menghambat sintesis prostaglandin yang berakibat pada terstimulasinya sistem rennin-angiotensin-aldosteron, penurunan aliran darah ke ginjal menyebabkan penurunan tekanan glomerulus, rata-rata filtrasi glomerulus, arus tubular sehingga menimbulkan oliguri. Selain itu ada teori yang mengemukakan sampah sel dan protein didalam tubulus menyumbat saluran tubulus sehingga terjadi peningkatan intra tubula. Hal ini mengakibatkan peningkatan tekanan onkotik yang berlawanan dengan tekanan filtrasi hingga filtrasi glomerulus terhenti. Penurunan aliran darah renal menyebabkan berkurangnya peredaran oksigen ke tubulus proksimal. Hal ini menyebabkan penurunan ATP (adeno-sisn triposfat) sel yang menimbulkan peningkatan konstentrasi citosolik dan kalsium mitokondria. Akibat dari kondisi ini berupa kematian sel dan nekrosis tubular. Nefropati vasomotor menyebabkan terjadinya spasme kapiler peritubular yang berakibat pada kerusakan tubulus (Suharyanto, 2009, hal. 170) 


4. Gambaran Klinis Gagal Ginjal
Gambaran klinis pada pasien dengan Gagal Ginjal Akut yang dikemukakan oleh Nursalam (2006, hal. 38) diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Pasien tampak sangat menderita dan letargi disertai mual persisten, muntah dan diare.
b. Kulit dan membran mukosa kering akibat dehidrasi, dan napas mungkin berbau urine (feto uremik).
c. Perubahan pengeluaran produksi urine (sedikit, dapat mengandung darah, BJ sedikit rendah, yaitu 1. 010.
d. Peningkatan BUN (tetap), kadar kreatinin, dan laju endap darah (LED) tergantung katabolisme (pemecahan protein), perfusi renal, serta asupan protein. Serum kreatinin meningkat pada kerusakan glomerulus.
e. Hiperkalemia akibat penurunan laju filtrasi glomerulus serta katabolisme protein menghasilkan pelepasan kalium seluler ke dalam cairan tubuh.
f. Asidosis metabolik, akibat oliguri akut pasien tidak dapat mengeliminasi muatan metabolik seperti substansi jenis asam yang dibentuk oleh proses metabolik normal.
g. Abnormalitas Ca dan PO4. Peningkatan konsentrasi serum fosfat mungkin terjadi. Serum kalsium mungkin menurun sebagai respons terhadap penurunan absorpsi kalsium di usus dan sebagai mekanisme kompensasi terhadap peningkatan kadar serum fosfat.

Sementara menurut Suharyanto (2009, hal. 171) manifestasi klinis pada klien dengan Gagal Ginjal Akut terlihat sebagai seseorang yang sakit berat dan letargi disertai mual, muntah dan diare persisten. Akibatnya kulit dan mukosa membran kering, napas berbau urine, (bau ureum) disertai manifestasi gangguan sistem saraf pusat berupa : perasaan mengantuk, sakit kepala, kram otot, selain itu ditemukan pengeluaran urine kurang, mungkin berdarah, dan memiliki berat jenis 1.010 (normal 1.015-1.025)

5. Penatalaksanaan Gagal Ginjal
Penatalaksanaan pada pasien dengan Gagal Ginjal Akut menurut Grace (2007, hal. 83) diantaranya yaitu :
a. Jaga agar pasien dengan resiko (misalnya pasien dengan ikterus obstruktif) tetap dalam kondisi hidrasi yang baik pra dan perioperasi.

b. Lindungi fungsi ginjal pada pasien-pasien tertentu dengan obat-obatan seperti dopamin dan manitol.

c. Pantau fungsi ginjal secara teratur pada pasien pasien yang diberikan oabt-obatan nefro toksik (misalnya gentamisin)

d. Singkirkan retensi urin sebagai penyebab anuria dengan pemasangan kateter.

e. Koreksi hipovolemia sedapat mungkin. Gunakan cairan bolus yang sesuai jika perlu dapat dituntun dengan monitor CVP.

f. Percobaan dengan diuretik loop bolus tinggi mungkin sesuai pada pasien normovolemik

g. Infus dopamin mungkin baik tetapi membutuhkan perawatan ICU atau HDU.

h. Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit

i. Masukkan cairan 400 ml/hari + kehilangan yang diperhitungkan

j. Masukkan natrium dibatasi hanya untuk menggantikan yang hilang

k. Masukkan K nol (dektrosa dan insulin dan /atau resin pertukaran ion dibutuhkan untuk mengontrol hiperkalsemia)

l. Diet kalori tinggi, protein rendah dalam jumlah cairan sedikit.

m. Asidosis : natrium bikarbonat, obati setiap infeksi

n. Dialisis : peritoneal, ultrafiltrasi, hemodialisis (biasanya diindikasikan untuk hipervolemia, hiperkalemia, atau asidosis).


6. Komplikasi Gagal Ginjal Akut
Komplikasi yang lazim diakibatkan oleh Gagal Ginjal Akut menurut Tucker, (2008, hal. 765) diataranya adalah sebagai berikut : Hipervolemia, Asidosis, hiperkalemia, hiperfosfatemia, hipertensi, anemia, infeksi dan gagal napas /sistem kardiovaskuler.


7. Pemeriksaan penunjang/ diagnostik
Menurut Grace (2007, hal. 83) pemeriksaan penunjang untuk memperkuat diagnosis terhadap penderita Gagal Ginjal Akut yaitu : Urinalis, Ureum dan elektrolit, Perkiraan kreatinin, EKG / Rontgen toraks. Gas darah arteri : asidosis metabolik (Po2 normal, Pco2 rendah. pH rendah, defisit tinggi).


A. Pengkajian Keperawatan Gagal Ginjal Akut
Menurut Nursalam (2006. Hal. 42) pengkajian pada klien dengan Gagal Ginjal Akut adalah sebagai berikut :

1. Kaji riwayat penyakit jantung, malignansi, sepsis, atau penyakit yang diderita sebelumnya.

2. Kaji adanya paparan dengan obat yang berpotensi meracuni ginjal (antibiotik, nonsteroidal anti inflamasi NSAID's, zat kontras, dan benda cair lainnya)

3. Lakukan pemeriksaan fisik secara terus menerus seperti turgor kulit, pucat, perubahan irama jantung (nadi), dan edema.

4. Monitor volume urine.


B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang di dapatkan pada klien dengan Gagal Ginjal Akut menurut Nursalam (2006. Hal.42) adalah sebagai berikut:

1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan nilai filtrasi glumerulus dan retensi sodium.

2. Resiko infeksi berhubungan dengan gangguan sistem imun dan pertahanan tubuh

3. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan katabolik, anoreksia, mal nutrisi yang berhubungan dengan gagal ginjal

4. Resiko Gangguan ingatan berhubungan dengan efek toksin pada susunan saraf pusat.


C. Intervensi Keperawatan
Intervensi yang dilakukan berdasarkan kebutuhan yang diprioritaskan menurut Nursalam (2006. Hal. 43) yaitu sebagai berikut :

Tabel 3.1. Intevensi Keperawatan Pada klien dengan Gagal Ginjal Akut
Diagnosa Keperawatan
Intervensi
Rasional

Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan nilai filtrasi glumerulus dan retensi sodium.


1. Monitor tanda dan gejala hipovolemia

2. Monitor pengeluaran urine. Ukur dan catat asupan serta pengeluaran urin.

3. Monitor serum dan konsentrasi elektrolit urin.

4. Ukur berat badan pasien setiap hari untuk membentuk indeks keseimbangan cairan, perkirakan kehilangan berat badan 2,5 - 0,5 kg setiap hari.

5. Berikan cairan sesuai indikasi

6. Berikan Diuretik sesuai pesanan dan monitor terhadap responnya.


1. karena kamampuan regulasi ginjal tidak adekuat.

2. Pengisapan cairan lambung, feses drinase luka dan penguapan melalui keringat kulit dan pernapasan

3. Untuk mengidentifikasi kan akumulasinya elektrolit.

4. Untuk mengidentifikasi status gangguan cairan dan elektrolit.


5. Untuk mencegah kemungkinan terjadinya dehidrasi sel.

6. Untuk menentukkan efek dari pengobatan dan observasi tehadap efek samping yang mungkin timbul seperti : Hipokalemia dll.

Resiko infeksi berhubungan dengan gangguan sistem imun dan pertahanan tubuh


1. Monitor semua tanda infeksi

2. Angkat kateter urin sesegera mungkin. Monitor infeksi saluran kemih

3. Lakukan perawatan luka dan kulit

4. Monitor temperatur tiap 4 – 6 jam : Monitor data laboratorium : WBC : Darah, Urine, culture sputum. Monitor serum Kalium.

5. Berikan antibiotik sesuai derajat kerusakan ginjal


1. Untuk mendeteksi lebih awal adanya infeksi.

2. Untuk mencegar terjadinya infeksi saluran kemih sedini mungkin

3. Terangkatnya jaringan devaskularisasi/material penyebab infeksi

4. Uremia mungkin terselubung dan biasanya diikuti dengan peningkatan temperatur dicurigai adanya infeksi. Status hipermetabolisme seperti adanya infeksi dapat menyebabkan peningkatan serum kalsium.

5. untuk membunuh kuman atau menghambat pertumbuhan bakteria

Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan katabolik, anoreksia, mal nutrisi yang berhubungan dengan gagal ginjal


1. Bekerjasama dengan ahli gizi untuk mengatur asupan protein sesuai kerusakan fungsi ginjal.

2. Diet rendah protein harus digabung dengan asam amino esensial dan vitamin.

3. Berikan makanan tinggi karbohidrat, berikan kalori tambahan lainnya.

4. Ukur berat badan setiap hari.

5. Berikan dorongan hygiene oral yang baik sebelum dan setelah makan.

6. Berikan makanan dalam porsi kecil tetapi sering.

1. Metabolic yang diakumulasi didalam darah biasanya berasal dari katabolisme, sehingga protein harus tinggi nilai biologi yang kaya sam amino esensial ( makanan kering, telur, daging ) agar pasien tidak mengalami katabolisme jaringan bagi asamamino esensial

2. Pasien dengan kerusakan ginjal membutuhkan pembatasan protein.

3. karbohidrat memiliki fungsi memecah tepung

4. Mengurangi penekanan dan mencegah ketegangan otot serta mengurangi nyeri.

5. Higiene oral yang tepat mencegah bau mulut dan rasa tidak enak akibat mikroorganisme, membantu mencegah stomatitis.

6. Meminimalkan anoreksia, mual sehubungan dengan status uremik.


Resiko Gangguan ingatan berhubungan dengan efek toksin pada susunan saraf pusat


1. Komunikasikan dengan dengan pasien mengenai status kesehatan klien

2. Atur hal yang dapat diprediksi hal yang dapat diprediksi secara teratur dan jaga perubahan secara minimal.

3. Amati dan laporkan perubahan status mental, samnolen, letargi, kelemahan, irritabilitas, diorientasi kekacauan dan penurunan tingkat kesadaran secara mendadak.

4. Koreksi gangguan kognitif

5. Bantu pasien berbalik dan bergerak

1. untuk mengindentifikasi lebih awal akan adanya gangguan ingatan pada klien

2. untuk memudahkan klien dalam menjangkau hal-hal kecil yang sewaktu-waktu dibutuhkan

3. perubahan status mental klien dapat mengakibatkan terjadinya trauma pada klien seperti jatuh dan merusak diri sendiri akibat samnolen

4. gangguan kognitif dapat merusak ingatan klien dan kesalahan dalam menerima infromasi kesehatan

5. karena letargi dan penurunan kesadaran mencegah aktivitas



D. Implementasi
Menurut Carpenito, (2009, hal. 57). komponen implementasi dalam proses keperawatan mencakup penerapan ketrampilan yang diperlukan untuk mengimplentasikan intervensi keperawatan. Keterempilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk implementasi biasanya berfokus pada: Melakukan aktivitas untuk klien atau membantu klien. Melakukan pengkajian keperawatan untuk mengidentifikasi masalah baru atau memantau status masalah yang telah ada. Memberi pendidikan kesehatan untuk membantu klien mendapatkan pengetahuan yang baru tentang kesehatannya atau penatalaksanaan gangguan. Membantu klien membuat keptusan tentang layanan kesehatannya sendiri. Berkonsultasi dan membuat rujukan pada profesi kesehatan lainnya untuk mendapatkan pengarahan yang tepat. Memberi tindakan yang spesifik untuk menghilangkan, mengurangi, atau menyelesaikan masalah kesehatan. Membantu klien melakukan aktivitasnya sendiri. Membantu klien mengidentifikasi risiko atau masalah dan menggali pilihan yang tersedia. 


E. Evaluasi
Menurut Nursalam (2006, hal. 46) hasil yang didapatkan setelah diberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gagal ginjal akut adalah sebagai berikut :
1. tekanan darah stabil, tidak edema, dan pernapasan normal.

2. Tidak ada tanda infeksi

3. Asupan makan cukup

4. Merasa nyaman dan dapat tidur.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN GAGAL GINJAL AKUT "

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel