Askep DHF
10:13:00 AM
Add Comment
Askep
DHF~ Askep DHF juga di sebut dengan asuhan keperawatan yang dilakukan pada
salah seorang pasien yang mengalami gejala Dengue haemorhagic fever sehingga
harus mendapatkan proses perawatan di rumah sakit dengan indikasi mengharuskan
pasien itu di rawat, dengan di rawatnya pasien tersebut maka peran perawat
yaitu memberikan proses Asuhan keperawatan secara lengkap yang sesuai dengan
prosedur tanpa mengesampingkan hak-hak pasien maka dengan itu sangat di
anjurkan untuk melibatkan pasien untuk di libatkan dalam proses keperawatan
atau askep seperti dalam hal mengambil kesimpulan bagai mana pasien itu akan di
rawat dan seperti apa Askep yang di berikan kepadanya juga harus di nyatakan
dengan jelas dan juga pasien harus siap menandatangani kontrak untuk di rawat
dan diberikan Asuhan keperawatan sesuai dengan proses askep DHF yang akan di
dapatkannya.
![]() |
nyamuk penyebab dhf |
Oleh
karena hal itu, Askep DHF ini bisa jadi referensi anda sebagai perawat yang
berperan dengan benar dan mengemban peran perawat yang benar sesuai dengan
hukum.
Sementara
itu sebelumnya saya mengingatkan kembali bahwa Askep itu terwujud sebagai
proses keperawatan yang di berikan kepada salah seorang pasien dengan masalah
kesehatan tertentu yang memerlukan peran peran perawat untuk merawatnya dengan
menerapkan asuhan keperawatan.
Dalam
melakukan proses asuhan keperawatan yang
sangat penting untuk di ingat adalah proses keperawatan itu terdiri dari
memahami tinjauan teoritis untuk suatu pennyakit, kemudian pengkajian keperawatan,
analisa data, diagnosa keperawatan, intervensi atau perencanaan keperawatan,
implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan.
Selanjutnya
anda bisa melihat contoh berikut :
Asuhan keperawatan DHF
Latar Belakang DHF
Penyakit
DHF ditemukan hampir di seluruh dunia terutama di negara-negara tropik dan
subtropik baik sebagai penyakit endemik maupun epidemik. Hasil studi
epidemiologi menunjukkan bahwa DHF terutama menyerang kelompok umur balita
sampai dengan umur sekitar 15 tahun serta tidak ditemukan perbedaan signifikan
dalam hal kerentanan terhadap serangan dengue antar gender. Outbreak (KLB,
Kejadian Luar Biasa) dengue biasanya terjadi di daerah endemik dan berkaitan
dengan datangnya musim penghujan. Hal tersebut sejalan dengan aktivitas vektor
dengue yang justru terjadi pada musim penghujan. Penularan penyakit DHF antar
manusia terutama berlangsung melalui vektor nyamuk Aedes aegypti. Sehubungan
dengan morbiditas dan mortilitasnya, DHF disebut sebagai the mosquito
transmitted disease.
Demam
berdarah dengue yang disebabkan oleh
virus dengue (arbovirus) yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes
aedypti. Demam berdarah dengue merupakan penyakit akut yang disebabkan oleh
infeksi virus yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti dan aedes Albopictus betina
yang umumnya menyerang pada musim hujan dan musim panas. Virus itu menyebabkan
gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada system pembekuan darah, sehingga
mengakibatkan pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan.
Manifestasi klinis dari infeksi virus dengue dapat berupa demam dengue dan DBD
dengue. Infeksi virus dengue terus mengalami peningkatan prevalensi.
Setiap
tahunnya, diperkirakan terdapat 50 juta-100 juta demam dengue dan lebih dari
500.000 kasus demam berdarah dengue di dunia. Penyakit infeksi virus dengue
banyak menyerang kelompok umur 5-9 tahun, 10-15 tahun, dan 15-44 tahun.
Hasil-hasil penelitian para peneliti menunjukan adanya hubungan perubahan
iklim, kelembapan, kepadatan larva aedes aegypti, perilaku bersih dan sehat belum
terwujud dan lingkungan hidup yang belum memadai dengan kejadian luar biasa
penyakit DBD.
Demam
berdarah dengue (DBD) menjadi masalah kesehatan global pada decade terakhir
dengan meningkatnya insiden DBD didunia. WHO melaporkan lebih dari 2,5 miliar orang
dari 2/5 populasi dunia saat ini beresiko terinfeksi virus dengue. Jumlah
Negara yang melaporkan kasus DBD dari tahun ke tahun terus meningkat. Tercatat
tahun 2007 ada 68 negara yang melaporkan kasus ini. Jumlah tersebut meningkat
dari tahun 1999 dimana hanya 29 negara saja yang melaporkan. Saat ini lebih
dari 100 negara di afrika, Amerika, Mediterania Timur, Asia Tenggara dan
Pasifik Barat merupakan wilayah dengan dampak DBD serius. Perluasan wilayahyang
melaporkan kasu DBD juga terjadi di Indonesia. Jumlah kabupaten / kota yang
menjadi endemis dari tahun ke tahun meningkat. Tahun 2006 hanya 200 kabupaten /
kota saja, sedangkan tahun 2007 menjadi 350 kabupaten / kota dan pada tahun
2010 mencapai 464 kabupaten / kota.
Sebagian
pasien DHF yang tidak tertangani dapat mengalami Dengue Syok Syndrome (DSS)
yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini dikarenakan pasien mengalami devisit
volume cairan akibat meningkatnya permeabilitas kapiler pembuluh darah sehingga
darah menuju luar pembuluh. Sebagai akibatnya hampir 35 % pasien DHF yang
terlambat ditangani di rumah sakit mengalami syok hipovolemik hingga meninggal.
Saat ini
angka kejadian DHF di rumah sakit semakin meningkat, tidak hanya pada kasus
anak, tetapi pada remaja dan jugadewasa.
Oleh karena itu, diharapkan perawat memiliki ketrampilan dan pengetahuan yang
cukup dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan DHF di rumah sakit.
Ketrampilan yang sangat dibutuhkan adalah kemamnpuan untuk mengidentifikasi
tanda-tanda syok (Dengue Syok Sindrome) dan kecepatan dalam menangani pasien
yang mengalami DSS.
Dengan
adanya fakta tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan asuhan keperawatan
(askep) pada pasien tn. z dengan kasus (Dengue Hemoraggic Fever) DHF.
I.. Pembahasan Teoritis DHF
A..Pengertian DHF
Penyakit Demam Berdarah Dengue
/DBD (secara medis disebut Dengue Hemerragic Fever/DHF) adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue yang di tularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan aedes albopictus. Virus ini akan
mengganggu kinerja darah kapiler dan system pembekuan darah, sehngga
mengakibatkan perdarahan-perdarahan. Penyakit ini banyak ditemukan di daerah
tropis, seperti Asia Tenggara, India, Brazil, Amerika, termasuk di seluruh
pelosok Indonesia, kecuali ditempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1000
meter di atas permukaan air laut. Demam Berdarah Dengue tidak menular melalui
kontak manusia dengan manusia. Virus dengue sebagai penyebab demam berdarah
hanya dapat ditularkan melalui nyamuk. (Dwi Sunar Prasetyo : 2012, hal: 31).
Demam dengue dan demam berdarah dengue / DBD (dengue
haemorragic fever / DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot / nyeri sendi yang disertai
lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diathesis hemoragik. Pada
DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan
hematokrit) atau penumpukan cairan dirongga tubuh. (Aru.W. Sudoyo, dkk : 2006,
hal : 1731).
DBD adalah merupakan penyebab
umum demam diantara turis Amerika Tengah, Iindia, Cina Tenggara, dan Asia
Tenggara. Turis yang tinggal lebih lama dan hidup di daerah pedesaan dengan
akomodasi yang tidak diskrining dengan baik adalah yang paling beresiko. Sulit
untuk menghindari gigitan serangga karena kebiasaan menggigit terjadi di siang
hari. (B.K. Mandal, dkk : 2006, hal : 245). Demam berdarah dengue merupakan
penyakit infeksi yang dapat berakibat fatal dalam waktu yang relative singkat.
Penyakit ini tergolong “susah dibedakan” dari peyakit demam berdarah lainnya.
(Oktri Astuti : 2008 hal : 7).
B..Etiologi DHF
Demam dengue dan demam berdarah
dengue disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk dalam genus Flavivirus,
keluarga Flaviviridae. Flavivirus merupakan virus dengan diameter 30 nm terdiri
dari asam ribonukleat rantai tunggal.
Virus dengue dibawa oleh nyamuk
Aedes aegypti dan Aedes albopictus sebagai vector ke tubuh manusia melalui
gigitan nyamuk tersebut. Infeksi yang pertama kali dapat member gejala sebagai
Demam Dengue, Apabila orang itu mendapat infeksi berulang oleh tipe virus
dengue yang berlainan akan menimbulkan reaksi yang berbeda. DBD dapat terjadi
bila seseorang yang telah terinfeksi dengue pertama kali, mendapat infeksi
berulang virus dengue lainnya. Virus akan bereplikasi di nodus limfatikus
regional dan menyebar ke jaringan lain, terutama ke system retikuloendotelial
dan kulit secara bronkogen maupun hematogen.
C..Patofisiologi DHF (proses perjalan
penyakit, manifestasi klinis, komplikasi)
1..Proses Perjalanan Penyakit DHF
Umumnya, demam dengue merupakan
penyakit saat seseorang terinfeksi salah satu serotype virus dengue untuk
pertama kalinya. Misalnya, DEN-1 atau DEN-2. Hal ini terjadi paling tidak 6
bulan – 5 tahun sebelum seseorang terinfeksi virus DBD. Demam dengue merupakan akibat
paling ringan yang ditimbulkan virus dengue. Orang yang tidak mengerti sering
menyebutnya sebagai gejala demam berdarah. Hal ini dikarenakan gejalanya yang
hamper serupa, seperti demam tinggi mendadak, sakit kepala berat, nyeri
persendian dan otot, mual, muntah, dan dapat timbul ruam.
Sebelum seorang terkena DBD,
didalam tubuhnya telah ada satu jenis serotype virus dengue (serangan pertama
kali). Biasanya, serangan pertama kali ini menimbulkan demam dengue. Ia akan
kebal seumur hidup terhadap serotype yang menyerang pertama kali itu. Namun,
hanya akan kebal maksimal 6 bulan-5 tahun terhadap serotype virus dengue
lainnya. Misalnya, seseorang terinfeksi DEN-1. Ia akan kebal seumur hidup
terhadap serotype itu dan hanya maksimal 6 bulan-5 tahun ia kebal terhadap
DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Serangan virus dengue kedua kali inilah yang
mengakibatkan demam berdarah dengue.
Masa inkubasi DBD dimulai dari
gigitan sampai timbul gejala, berlangsung selama dua minggu. Darah penderita
sudah mengandung virus, yaitu sekitar 1-2 hari sebelum terserang demam. Virus
tersebut berada dalam darah selama 5-8 hari. Jika daya tahan tubuh tidak cukup
kuat melawan virus dengue maka orang tersebut akan mengalami berbagai gejala
DBD.
2..Manifestasi Klinis DHF
Masa inkubasi penyakit DBD adalah
3-15 hari sejak seseorang terserang virus dengue. Selanjutnya, penderita akan
menampakan berbagai tanda dan gejala demam berdarah, seperti berikut :
a..Demam
tinggi secara mendadak selama 2-7 hari (38-40°C)
b..Pada
pemeriksaan uji Torniquet, tampak adanya jentik (puspura) perdarahan.
c..Adanya
bentuk perdarahan di kelopak mata bagian dalam (konjungtiva), mimisan
(epitaksis), BAB dengan kotoran berupa lender bercampur darah (melena), dan
lain-lainnya.
d..Terjadi
pembesaran hati (hepatomegali)
e..Tekanan
darah menurun, sehingga menyebabkan shock.
f..Pada
pemeriksaan laboratorium (darah), hari ke 3-7
terjadi trombosit di bawah 100.000 per mm (trombositopent) dan terjadi
peningkatan nilai hematokrit di ats 20% dari nilai normal (hemokonsentrasi)
g..Timbulnya
beberapa gejala klinis yang menyertai, seperti mual, muntah, penurunan nafsu
makan (anoreksia), sakit perut, diare, menggigil, kejang, dan saklit kepala.
h..Mengalami
perdarahan pada hidung (mimisan) dan gusi.
i..Demam
yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal/sakit pada persendian.
j..Munculnya
bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.
3..Klasifikasi DHF
Klasifikasi Demam Berdarah Dengue
adalah sebagai berikut :
Derajat I : Demam disertai dengan
gejala konstitusional non-spesifik, satu-satunya manifestasi perdarahan adalah
tes tourniquet positif dan atau mudah memar.
Derajat II : Perdarahan spontan
selain manifestasi pasien pada derajat I, biasanya pada bentuk perdarahan kulit
atau perdarahan lain.
Derajat III : Gagal sirkulasi
dimanifestasikan dengan nadi cepat dan lemah serta penyempitan tekanan nadi
atau hipotensi, dengan adanya kulit dingin dan lembab serta gelisah.
Derajat IV: Syok hebat dengan
tekanan darah atau nadi tidak terdeteksi. (WHO : , hal : 32).
4..Komplikasi DHF
Komplikasi dari penyakit DHF
yaitu :
a. Perdarahan luas
b. Shock
atau renjatan
c. Penurunan kesadaran
5..Pemeriksaan Diagnostik DHF
a.
Darah
1)
Trombositopenia ( N : 150.000-400.000/ui ).
2)
Hemokonsentrasi ( N pria : 40-48 Nol % ).
3)
Mas pembekuan normal ( 10-15 ).
4)
Masa pendarahan memanjang ( N = 1-3 ).
Kimia
darah :
a)
Hiponatremia.
b) Hipoproteinemia.
c) Hipokalemia.
d) SGOT, SGPT
meningkat ( N < 12 u / i ).
e) Ureum
meningkat.
b.
Urine
1)
Albuminurial ringan
c.
Sumsum tulang
Awal hiposelular kemudian menjadi
hiperselular pada hari ke-5 dengan gangguan maturasi. Hari ke-10 biasanya
kembali normal.
d.
Pemeriksaan serologi
Dilakukan pengukuran titer
antibodi pasien dengan cara haema glutination inhibition tes (HI test) atau
dengan uji pengikatan komplemen (complement fixation test/CFT) diambil darah
vena 2-5 ml).
e.
Foto thorak
Mungkin dijumpai pleural Efusion.
f.
USG
Hematomegali – Splenomegali
1) Darah
a) Trombosit
menurun.
b) HT meningkat lebih
20 %.
c) Leukosit
menurun pada hari ke 2 dan ke 3.
d) Protein darah
rendah.
e) Ureum PH
bisa meningkat.
f) NA dan CL
rendah.
2)
Serology : HI (hemaglutination inhibition test).
a) Rontgen
thorax : Efusi pleura.
b) Uji test tourniket
(+).
D..Penatalaksanaan Medis
Tidak ada terapi yang spesifik
untuk demam dengue, prinsip utama adalah terapi suportif. Dengan terapi
suportifyang adekuat, angka kematian dapat di turunkan hingga kurang dari 1%.
Pemeliharaan volume cairan sirkulasi merupakan tindakan yang paling penting
dalam penanganan kasus DBD. Asupan cairan pasien tetap dijaga, terutama cairan
oral. Jika asupan cairan oral pasien tidak mampu di pertahankan, maka
dibutuhkan suplemen cairan melalui intravena untuk mencegah dehidrasi dan
hemokonsentrasi secara bermakna.
II.. Asuhan Keperawatan DHF
A..Pengkajian Keperawatan DHF (termasuk
pemeriksaan diagnostic)
1. Data
Subjektif
Adalah data yang dikumpulkan
berdasarkan keluhan klien atau keluargapada klien DHF, data subjektif yang
sering di temukan yaitu :
a. Lemah
b. Panas atau
Demam
c. Sakit kepala
d. Anoreksia, mual,
haus, sakit saat menelan
e. Nyeri ulu
hati
f. Nyeri
pada otot dan sendi
g. Pegal-pegal
pada seluruh tubuh
h. Konstipasi
(sembelit)
2. Data
Objektif
Adalah data yang diperoleh
berdasarkan pengamatan perawat atas kondisi klien. Data objektif yang sering
dijumpai pada pasien DHF, yaitu :
a. Suhu tubuh
tinggi, menggigil, wajah tampak kemerahan.
b. Mukosa mulut
kering, perdarahan gusi, lidah kotor.
c. Tampak
bintik merah pada kulit (pteckie), uji tourniquet (+), epistaksis, ekimosis,
hematoma, hematemesis, melena.
d. Hyperemia pada tenggorokan.
e. Nyeri tekan
pada epigastrik.
f. Pada
palpasi teraba adanya pembesaran hati dan limpa.
g. Pada
renjatan (derajat IV) nadi cepat dan
lemah, hipotensi, ekstremitas dingin, gelisah, sianosis perifer, nafas dangkal.
Pemeriksaan laboratorium pada
pasien DHF akan dijumpai :
1) Ig G dengue
positif.
2) Penurunan kadar
trombosit dalam darah.
3) Hemoglobin
meningkat >20%.
4) Hemokonsentrasi
(hematokrit meningkat).
5) Hasil pemeriksaan
kimia darah menunjukan hipoproteinemia.
B..Diagnosa
Keperawatan DHF
Beberapa diagnosa keperawatan yang ditemukan pada
klien DHF yaitu :
1..Peningkatan
suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia).
2..Gangguan
rasa nyaman:nyeri brhubungan dengan proses patologis penyakit.
3..Gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual,
muntah, anoreksia.
4..Kurangnya
volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas dinding
plasma.
5..Gangguan
aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah.
6..Resiko
terjadi syok hipovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan tubuh.
7..Resiko
infeksi berhubungan dengan tindakan inpasif (pemasangan infus).
8..Resiko
terjadi perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan penurunan kadar trombosit
dalam darah.
9..Kecemasan
berhubungan dengan kondisi klien yang memburuk dan perdarahan yang dialami
klien.
G..Perencanaan Keperawatan DHF
Tahap selanjutnya setelah
diagnose keperawatan adalah merencanakan tindakan keperawatan dimulai dari
memprioritaskan diagnose keperawatan, menetapkan tujuan dan kriteria hasil
serta tindakan/intervensi.
Diagnosa Kep:
Peningkatan suhu tubuh
berhubungan dengan proses penyakit (viremia).
Hasil yang diharapkan :
a. Suhu tubuh
normal (36 – 37°C).
b. Klien bebas
dari demam.
Intervensi Kep:
1) Kaji saat
timbulnya demam.
2) Observasi
tanda-tanda vital (suhu, nadi, pernapasan, tekanan darah).
3) Anjurkan klien
untuk banyak minum kurang lebih 2,5 liter/24 jam.
4) Berikan kompres
hangat.
5) Berikan teraphy
cairan intravena dan obat-obatan sesuai program dokter.
Diagnosa Kep
Nyeri berhubungan dengan proses
patologis penyakit
Hasil yang diharapkan :
a.
Rasa nyaman klien terpenuhi.
b.
Nyeri berkurang atau hilang.
Intervensi Kep:
1) Kaji tingkat nyeri
yang dialami klien.
2) Berikan posisi
yang nyaman, usahakan situasi ruangan yang tenang.
3) Alihkan perhatian
klien dari rasa nyeri.
4) Berikan
obat-obatan analgetik.
Diagnosa Kep
Gangguan pemenuhan kebutuhan
nutrisi kurang dari krbutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia.
Hasil yang diharapkan :
a. Kebutuhan nutrisi klien
terpenuhi, klien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang
diberikan/dibutuhkan.
Intervensi Kep:
1) Kaji keluhan mual,
sakit menelan, dan muntah yang dialami klien.
2) Berikan makanan
yang mudah di telan seperti bubur.
3) Berikan makanan
dalam porsi kecil dan frekuensi sering.
4) Catat jumlah/porsi
makanan yang dihabiskan oleh klien setiap hari.
5) Berikan
obat-obatan antiemetik sesuai program dokter.
6) Ukur berat badan
klien.
Diagnosa Kep
Kurangnya volume cairan tubuh
berhubungan dengan peningkatan permeabilitas dinding plasma.
Hasil yang diharapkan :
a.
Volume cairan terpenuhi.
Intervensi Kep:
1) Kaji keadaan umum
klien (lemah, pucat, takikardi) serta tanda-tanda vital.
2) Observasi
tanda-tanda syok.
3) Berikan cairan
intravena sesuai program dokter.
4) Anjurkan klien
untuk banyak minum.
5) Catat intake dan
output.
Diagnosa Kep
Gangguan aktivitas sehari-hari
berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah.
Hasil yang diharapkan :
a.
Klien mampu mandiri setelah bebas demam.
b.
Kebutuhan aktivitas sehari-hari terpenuhi.
Intervensi Kep:
1) Kaji keluhan
klien.
2) Kaji hal-hal yang
mampu dan tidak mampu dilakukan oleh klien.
3) Bantu klien untuk
memenuhi kebutuhan aktivitasnya sesuai tingkat keterbatasan klien.
4) Letakkan
barang-barang di tempat yang mudah terjangkau oleh klien.
Diagnosa Kep
Resiko terjadinya syok
hivopolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan tubuh.
Hasil yang diharapkan :
a.
Tidak terjadi syok hipovolemik.
b.
Tanda-tanda vital dalam batas normal.
c.
Keadaan umum baik.
Intervensi Kep:
1) Monitor keadaan
umum klien.
2) Observasi
tanda-tanda vital.
3) Monitor tanda
perdarahan.
4) Chek hemoglobin,
hematokrit, trombosit.
5) Laporkan dokter
jika tampak syok hipovolemik.
Diagnosa Kep
Resiko infeksi berhubungan dengan
tindakan invasive (pemasangan infuse)
Hasil yang diharapkan :
a. Tidak terjadi infeksi
pada klien.
Intervensi Kep :
1) Lakukan teknik
aseptik saat melakukan tindakan pemasangan infus.
2) Observasi
tanda-tanda vital.
3) Observasi daerah
pemasangan infuse.
4) Segera cabut infus
jika tampak adanya pembengkakan atau phlebitis.
Diagnosa Kep
Resiko terjadinya perdarahan
lebih lanjut berhubungan dengan penurunan kadar trombosit dalam darah.
Hasil yang dihrapkan :
a.
Tidak terjadi tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
b.
Jumlah trombosit meningkat.
Intervensi Kep:
1) Monitor tanda
penurunan trombosit yang disertai gejala klinis.
2) Anjurkan klien
untuk banyak istirahat.
3) Beri penjelasan
untuk segera melapor bila ada tanda perdarahan lebih lanjut.
4) Jelaskan obat yang
diberikan dan manfaatnya.
Diagnosa Kep
Kecemasan berhubungan dengan
kondisi klien yang memburuk dan perdarahan yang dialami klien.
Hasil yang diharapkan :
a. Kecemasan berkurang.
Intervensi Kep:
1) Kaji rasa cemas
yang dialami klien.
2) Jalin hubungan
saling percaya dengan klien.
3) Tunjukan sipat
empati.
4) Beri kesempatan
pada klien untuk mengungkapkan perasaannya.
5) Gunakan komunikasi
terapeutik.
H..Pelaksanaan
Keperawatan DHF
Pelaksanaan atau implementasi
adalah pemberian tindakan keperewatan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan
rencana tindakan yang telah disusun setiap tindakan keperawatan yang dilakukan
dan dicatat dalam pencatatan keperawatan agar tindakan keperawatan terhadap
klien berlanjut. Prinsip dalam melaksanakan tindakan keperawatan yaitu cara
pendekatan pada klien efektif, tehnik komunikasi terapeutik serta penjelasan
untuk setiap tindakan yang diberikan kepada klien.
Dalam melakukan tindakan
keperawatan menggunakan tiga tahap yaitu independent, dependent, dan
interdependent. Tindakan keperawatan secara independent adalah suatu tindakan
yang dilakukan oleh perawat tanpa petunjuk atau perintah dokter atau tenaga
kesehatan lainnya, dependent adalah tindakan
sehubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan medis dan interdependent
adalah tindakan keperawatan, yang menjelaskan suatu kegiatan yang memerlukan
suatu kerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya, misalnya tenaga sosial, ahli
gizi, dan dokter, keterampilan yang harus perawatpunya dalam melaksanakan
tindakan keperawatan yaitu kognitif, dan sikap psikomotor.
I..Evaluasi Keperawatan DHF
Evaluasi adalah tindakan
intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh
diagnose keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil
dicapai kemungkinan terjadi pada tahap evaluasi adalah masalah dapat teratasi,
masalah teratasi sebagian, masalah belum teratasi, atau timbul masalah baru.
Evaluasi dilakukan yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses
adalah yang dilakukan untuk membantu keefektifan terhadap tindakan. Sedangkan
evaluasi hasil adalah evaluasi yang dilakukan pada akhir tindakan keperawatan
secara keseluruhan sesuai dengan waktu yang ada pada tujuan.
III.. Kesimpulan Askep DHF
Pada tahap pengkajian tidak ada
kesenjangan antara teori dan kasus. Dalam penatalaksanaan medis terdapat
kesenjangan antara teori dan kasus, pada teori untuk pemeriksan diagnostic
klien dengan DHF harus dilakukan pemeriksaan darah, urine, sumsum tulang,
pemeriksaan serologi, foto thorak, USG, sedangkan dikasus klien hanya dilakukan
pemeriksaan darah.
Terdapat kesenjangan antara teori
dan kasus, jika di teori terdapat Sembilan diagnose keperawatan, sedangkan
dikasus terdapat tiga diagnose keperawatan. Dalam perencanaan tidak terdapat
kesenjangan antara teori dan kasus dalam memprioritaskan masalah, merumuskan
masalah, meruuskan tujuan, criteria hasil, serta tindakan. Penulis berusaha
memprioritaskan masalah berdasarkan kebutuhan maslow yaitu mulai dari kebutuhan
dasar. Dalam tahap pelaksanaan, penulis dapat melaksanakan semua rencana
keperawatan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat.
Pelaksanaan keperawatan dilakukan
secara dependent yaitu memberikan terapi injeksi ranitidine, dan drip
neurosanbe pada Tn. G. pada kasus, rencana keperawatan pada ketiga diagnose
dapat dilaksanakan dalam waktu yang telah dilakukan. Dan pada tahap evaluasi
pada diagnose pertama masalah teratasi, pada diagnose kedua masalah teratasi,
dan pada tahap ketiga masalah teratasi.
Berdasarkan kesimpulan diatas,
maka penulis memberikan saran sebagai berikut :
Untuk institusi hendaknya
menambah buku-buku referensi diperpustakaan sehingga mahasiswa dapat melakukan
dan memberikan asuhan keperawatan pada klien sesuai dengan konsep yang ada
dibuku tersebut.
Untuk mahasiswa/I lebih banyak
lagi membekali diri dengan ilmu pengetahuan supaya lebih terampil dan
professional lagi dalam memberikan asuhan keperawatan.
Untuk
perawat dan rumah sakit hendaknya penyuluhan kesehatan dijadikan suatu program
diruangan guna meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit
klien dan dapat mencegah komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi.
DAFTAR PUSTAKA DHF
Astuti,
Oktri. 2008. Demam berdarah dengue ;
penyakit dan cara pencegahannya. Yogyakarta : Kanisius.
Nugroho,
Taufan. 2011. Asuhan keperawatan maternitas,
anak, bedah, dan penyakit dalam. Jogjakarta : Nuha medika.
Prasetyono,
Dwi Sunar.2012. daftar tanda dan gejala
ragam penyakit. Jogjakarta : FlashBooks.
Sudoyo,
W. Aru, dkk. 2006. Buku ajar ilmu
penyakit dalam. Jilid III. Jakarta : FKUI.
WHO.Demam berdarah dengue. Edisi 2. Jakarta:
EGC.
0 Response to "Askep DHF"
Post a Comment