PAHAMI EPILEPSI YANG TERJADI PADA ANAK
9:30:00 PM
Add Comment
Epilepsi yang merupakan permasalahan neurologi kronis yang cukup banyak dialami anak-anak. Namun, masyarakat masih kurang mendapat pengetahuan yang benar tentang epilepsi pada anak. Berikut ini beberapa hal yang perlu dipahami orangtua dan masyarakat ketika seorang anak didiagnosis menderita epilepsi.
Epilepsi adalah kejang berulang sebanyak 2 kali atau lebih tanpa penyebab yang pasti seketika itu. Sebelum kejang, anak masih melakukan aktivitas bermain seperti biasanya. Setelah kejang, anak juga dapat kembali beraktivitas seperti biasa. Kejang pada epilepsi tidak harus kejang kelojotan dan mengeluarkan busa. Serangan kejang dapat berupa kaku di seluruh tubuh, kejang kaku/kelojotan sebagian lengan atau tungkai bawah, kedutan di sebelah mata dan sebagian wajah, hilangnya kesadaran sesaat sehingga anak tampak bengong atau seperti melamun, tangan atau kaki tiba-tiba tersentak atau anak tiba-tiba jatuh seperti kehilangan tenaga. Gejala klinis kejang sangat tergantung dari area otak yang menjadi fokus kejang.
Baca Juga : Askep Stroke dan Latar Belakangnya
Jika baru satu kali mengalami kejang tanpa penyebab (first unprovoked seizure), anak belum dapat dikatakan mengalami epilepsi. Namun, pemberian obat anti-epilepsi akan dipertimbangkan jika risiko berulangnya kejang cukup besar. Ini dapat dilihat dari pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) yang tidak normal, yaitu banyak terlihat fokus kejang. Selain itu, anak baru mengalami 1 kali kejang, tapi kejang berlangsung lama, yaitu lebih dari 30 menit.
Epilepsi buka penyakit menular, juga bukan penyakit “kutukan”. Epilepsi sama saja dengan penyakit kronis lain seperti asma, diabetes, hipertensi, sehingga penyandang epilepsi janganlah diberikan stigma negatif.
Faktor genetik memang berperan dalam epilepsi, tetapi tidak semua jenis epilepsi menunjukkan keturunan sebagai penyebab. Pada anak dengan gangguan perkembangan otak, atau pernah mengalami perdarahan di kepala, riwayat radang otak, radang selaput otak, maupun berbagai penyakit lain dapat pula terjadi kerusakan sel-sel saraf di otak. Sel-sel saraf yang rusak itulah yang suatu saat dapat menjadi focus timbulnya kejang pada epilepsi.
Jika seorang anak mengalami kejang berulang dua kali atau lebih pada episode yang berbeda dan tidak ada penyebab lain, anak tersebut sudah dikatakan epilepsi. Pemeriksaan EEG terutama untuk melihat bagian otak yang menjadi asal focus kejang (kanan/kiri, bagian depan/samping/belakang), penyebaran kejang ke daerah lain di otak, serta melihat jenis epilepsi. Semuanya bermanfaat untuk menentukan obat anti-epilepsi yang akan diberikan, jenis epilepsi, dan menentukan perjalanan epilepsi itu sendiri pada kemudian hari.
Epilepsi atau ayan tidak selalu kejang hingga mulut berbusa
Epilepsi adalah kejang berulang sebanyak 2 kali atau lebih tanpa penyebab yang pasti seketika itu. Sebelum kejang, anak masih melakukan aktivitas bermain seperti biasanya. Setelah kejang, anak juga dapat kembali beraktivitas seperti biasa. Kejang pada epilepsi tidak harus kejang kelojotan dan mengeluarkan busa. Serangan kejang dapat berupa kaku di seluruh tubuh, kejang kaku/kelojotan sebagian lengan atau tungkai bawah, kedutan di sebelah mata dan sebagian wajah, hilangnya kesadaran sesaat sehingga anak tampak bengong atau seperti melamun, tangan atau kaki tiba-tiba tersentak atau anak tiba-tiba jatuh seperti kehilangan tenaga. Gejala klinis kejang sangat tergantung dari area otak yang menjadi fokus kejang.
Baca Juga : Askep Stroke dan Latar Belakangnya
Kejang pertama kali belum tentu epilepsi
Jika baru satu kali mengalami kejang tanpa penyebab (first unprovoked seizure), anak belum dapat dikatakan mengalami epilepsi. Namun, pemberian obat anti-epilepsi akan dipertimbangkan jika risiko berulangnya kejang cukup besar. Ini dapat dilihat dari pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) yang tidak normal, yaitu banyak terlihat fokus kejang. Selain itu, anak baru mengalami 1 kali kejang, tapi kejang berlangsung lama, yaitu lebih dari 30 menit.
Bukan penyakit menular
Epilepsi buka penyakit menular, juga bukan penyakit “kutukan”. Epilepsi sama saja dengan penyakit kronis lain seperti asma, diabetes, hipertensi, sehingga penyandang epilepsi janganlah diberikan stigma negatif.
Tidak ada keturunan epilepsi, anak tetap bisa mengalami epilepsi
Faktor genetik memang berperan dalam epilepsi, tetapi tidak semua jenis epilepsi menunjukkan keturunan sebagai penyebab. Pada anak dengan gangguan perkembangan otak, atau pernah mengalami perdarahan di kepala, riwayat radang otak, radang selaput otak, maupun berbagai penyakit lain dapat pula terjadi kerusakan sel-sel saraf di otak. Sel-sel saraf yang rusak itulah yang suatu saat dapat menjadi focus timbulnya kejang pada epilepsi.
Pemeriksaan EEG masih bisa normal pada anak dengan epilepsi
Jika seorang anak mengalami kejang berulang dua kali atau lebih pada episode yang berbeda dan tidak ada penyebab lain, anak tersebut sudah dikatakan epilepsi. Pemeriksaan EEG terutama untuk melihat bagian otak yang menjadi asal focus kejang (kanan/kiri, bagian depan/samping/belakang), penyebaran kejang ke daerah lain di otak, serta melihat jenis epilepsi. Semuanya bermanfaat untuk menentukan obat anti-epilepsi yang akan diberikan, jenis epilepsi, dan menentukan perjalanan epilepsi itu sendiri pada kemudian hari.
0 Response to "PAHAMI EPILEPSI YANG TERJADI PADA ANAK"
Post a Comment