Gambaran Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Di Rumah Sakit Umum
6:30:00 PM
Add Comment
A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan perkiraan organisasi kesehatan dunia World Health Organization (WHO) hampir semua (98%) dari lima juta kematian neonatal terjadi di negara berkembang. Lebih dari dua pertiga kematian itu terjadi pada periode neonatal dini. Umumnya karena Berat Badan Lahir kurang dan 2.500 gram. Menurut WHO 17% dari 25 juta persalinan pertahun adalah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan hampir semua terjadi di negara berkembang (Dinkes, 2009).
Rounded Rectangle: 1Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat adalah angka kematian bayi. Angka kematian bayi di Indonesia saat ini masih tergolong tinggi. Angka kematian bayi di Indonesia tercatat 51,0 per 1000 kelahiran hidup tahun 2003, ini memang bukan gambaran yang indah karena masih terbilang tinggi bila dibandingkan dengan negara-negara di bagian Association South of East Asian Nations (ASEAN). Penyebab kematian bayi terbanyak adalah karena gangguan perinatal. Dan seluruh kematian perinatal sekitar 2-27% disebabkan karena kelahiran bayi berat lahir rendah (BBLR). Sementara itu prevalensi BBLR pada saat ini diperkirakan 7-14% yaitu sekitar 459.200-900.000 bayi (Dinkes, 2009).
Bayi Berat Lahir Rendah (kurang dari 2500 gram) merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal .
Menurut Depkes RI BBLR bersama kehamilan prematur mengakibatkan gangguan yang menjadi penyebab nomor 3 kematian masa perinatal di rumah sakit tahun 2005 (Dinkes, 2008).
Berdasarkan profil Dinas kesehatan, dan hasil pengumpulan data indikator kesehatan propinsi yang berasal dari fasilitas pelayanan kesehatan, proporsi BBLR pada tahun 2000 berkisar antara 0,91% (gorontalo) dan 18,89% (jawa tengah), sedangkan pada tahun 2001 berkisar antara 0,54% Nangro Aceh Darussalam (NAD) dan 6,90% (sumatera utara). Angka tersebut belum mencerminkan kondisi sebenarnya yang ada di masyarakat karena belum semua berat badan bayi yang dilahirkan dapat dipantau oleh petugas kesehatan, khususnya yang ditolong oleh dukun atau tenaga non kesehatan Iainnya (Dinkes, 2008)
Secara umum Indonesia belum mempunyai angka untuk bayi berat lahir rendah (BBLR) yang diperoleh berdasarkan survey nasional. Proporsi BBLR ditentukan berdasarkan estimasi yang sifatnya sangat kasar, yaitu berkisar antara 7 - 14% selama periode 2000-2009.
Jika proporsi ibu hamil adalah 2,5% dari total penduduk maka setiap tahun diperkirakan 355.000 - 71 0.000 dari 5 juta bayi lahir dengan kondisi BBLR (Profil Kesehatan,2009).
Profil Kesehatan Propinsi Sul-Sel 2009, BBLR bervariasi menurut propinsi dengan rentang 2,0% - 15,1% terendah di propinsi Sumatera Utara dan tertinggi di Sulawesi Selatan, tercatat bahwa jumlah bayi dengan BBLR sebanyak 1.554 (1,2% dari total bayi lahir) dan yang tertangani sebanyak 1.178 orang (75,8%), dengan kasus tertinggi di Kota Makassar yaitu 355 kasus (2,63%) dan 13.486 bayi lahir hidup, untuk kabupaten Takalar tahun 2009 sebanyak 164 kasus dan bayi lahir hidup sebanyak 976. (Profil dinkes,2009).
Beberapa faktor yang berkaitan dengan penelitian antara lain: Menurut Hasan,dkk (2000) Umur ibu merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kejadian bayi dengan berat lahir rendah dimana angka kejadian tertinggi BBLR adalah pada usia di bawah 20 tahun dan pada multigravida yang jarak antara kelahirannya terlalu dekat. Kejadian terendah adalah pada usia ibu antara 26 - 30 tahun (Kosim.MS, 2008).
Salah satu dampak kesehatan yang mungkin timbul dari paritas yang tinggi adalah yang berhubungan dengan kejadian BBLR. Pengaruh paritas terhadap kejadian BBLR berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa paritas merupakan faktor resiko penyebab kejadian BBLR dimana ibu dengan paritas > 3 anak beresiko 2 kali terhadap melahirkan bayi dengan BBLR (Akhyar Yayan, 2007).
Tingkat pendidikan mempunyai hubungan yang eksponensial dengan tingkat kesehatan.
Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin mudah menerima konsep hidup sehat secara mandiri, kreatif dan berkesinambungan. Salah satu penyebab terjadinya BBLR yaitu status gizi ibu yang tidak baik. Latar belakang pendidikan seseorang berhubungan dengan tingkat pengetahuan, jika tingkat pengetahuan gizi ibu baik maka diharapkan status gizi ibu dan balitanya juga baik dan sebaliknya (Anonim, 2008).
Berdasarkan tingginya angka kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Indonesia khususnya untuk profinsi Sulawesi Selatan, maka penulis merasa tertarik untuk meneliti gambaran kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum Daerah Hajdi Padjonga Daeng Ngalle Takalar Periode Januari - Desember 2009.
0 Response to "Gambaran Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Di Rumah Sakit Umum "
Post a Comment