Laporan Pendahuluan Skizofrenia Katatonik
8:52:00 PM
Add Comment
Laporan Pendahuluan
Skizofreni Katatonik
Pengertian
Skizofrenia adalah suatu diskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada pertimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya (Rusdi Maslim, 1997; 46).Skizofrenia katatonik, dengan gejala utama pada psikomotor seperti stupor maupun gaduh gelisah katatonik.
Etiologi
1. Keturunan
Telah dibuktikan dengan penelitian bahwa angka kesakitan bagi saudara tiri 0,9-1,8 %, bagi saudara kandung 7-15 %, bagi anak dengan salah satu orang tua yang menderita Skizofrenia 40-68 %, kembar 2 telur 2-15 % dan kembar satu telur 61-86 % (Maramis, 1998; 215 ).
2. Endokrin
Teori ini dikemukakan berhubung dengan sering timbulnya Skizofrenia pada waktu pubertas, waktu kehamilan atau puerperium dan waktu klimakterium., tetapi teori ini tidak dapat dibuktikan.
3. Metabolisme
Teori ini didasarkan karena penderita Skizofrenia tampak pucat, tidak sehat, ujung extremitas agak sianosis, nafsu makan berkurang dan berat badan menurun serta pada penderita dengan stupor katatonik konsumsi zat asam menurun. Hipotesa ini masih dalam pembuktian dengan pemberian obat halusinogenik.
4. Susunan saraf pusat
Penyebab Skizofrenia diarahkan pada kelainan SSP yaitu pada diensefalon atau kortek otak, tetapi kelainan patologis yang ditemukan mungkin disebabkan oleh perubahan postmortem atau merupakan artefakt pada waktu membuat sediaan.
5. Teori Adolf Meyer :
Skizofrenia tidak disebabkan oleh penyakit badaniah sebab hingga sekarang tidak dapat ditemukan kelainan patologis anatomis atau fisiologis yang khas pada SSP tetapi Meyer mengakui bahwa suatu suatu konstitusi yang inferior atau penyakit badaniah dapat mempengaruhi timbulnya Skizofrenia. Menurut Meyer Skizofrenia merupakan suatu reaksi yang salah, suatu maladaptasi, sehingga timbul disorganisasi kepribadian dan lama kelamaan orang tersebut menjauhkan diri dari kenyataan (otisme).
6. Teori Sigmund Freud
Skizofrenia terdapat (1) kelemahan ego, yang dapat timbul karena penyebab psikogenik ataupun somatik (2) superego dikesampingkan sehingga tidak bertenaga lagi dan Id yamg berkuasa serta terjadi suatu regresi ke fase narsisisme dan (3) kehilangaan kapasitas untuk pemindahan (transference) sehingga terapi psikoanalitik tidak mungkin.
7. Eugen Bleuler
Penggunaan istilah Skizofrenia menonjolkan gejala utama penyakit ini yaitu jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni antara proses berfikir, perasaan dan perbuatan. Bleuler membagi gejala Skizofrenia menjadi 2 kelompok yaitu gejala primer (gaangguan proses pikiran, gangguan emosi, gangguan kemauan dan otisme) gejala sekunder (waham, halusinasi dan gejala katatonik atau gangguan psikomotorik yang lain).
Gejala
(menurut Bleuler)
Gejala Primer
1. Gangguan proses pikir (bentuk, langkah dan isi pikiran). Yna gpaling menonjol adalah gangguan asosiasi dan terjadi inkoherensi
2. Gangguan afek emosi
- Terjadi kedangkalan afek-emosi
- Paramimi dan paratimi (incongruity of affect / inadekuat)
- Emosi dan afek serta ekspresinya tidak mempunyai satu kesatuan
- Emosi berlebihan
- Hilangnya kemampuan untuk mengadakan hubungan emosi yang baik
3. Gangguan kemauan
- Terjadi kelemahan kemauan
- Perilaku negativisme atas permintaan
- Otomatisme : merasa pikiran/perbuatannya dipengaruhi oleh orang lain
4. Gejala psikomotor
- Stupor atau hiperkinesia, logorea dan neologisme
- Stereotipi
- Katelepsi : mempertahankan posisi tubuh dalam waktu yang lama
- Echolalia dan echopraxia
5. Autisme.
II. Gejala Sekunder
1. Waham
2. Halusinasi
Konsep Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Simtomatologi ( Data Subjektif dan Objektif ) pada klien dengan Skizofrenia, Delusi dan kelainan-kelainan yang berhubungan dengan Psikosis didapatkan (Townsend , 1998; 148):
1. Autisme
Merupakan suatu keadaan yang berfokus pada batiniah (inner side). Seseorang mungkin saja menciptakan dunia sendiri. Kata-kata dan kejadian-kejadian tertentu mungkin mempunyaai arti yang khusus untuk orang psikosis, arti suatu simbolik alamiah yang hanya mengerti oleh individu tersebut.
2. Ambivalensi emosi
Kekuatan emosai cinta, benci dan takut menghasilkan banyak konflik dalam diri seseorang. Setiap kali terjadi kecenderungan untuk mengimbangi orang lain sampai netralisasi emosional terjadi dan akibatnya individu tersebut akan mengalami kelesuan atau rasa acuh tak acuh.
3. Afek tak sesuai
Afeknya datar, tump[ul dan seringkali tidak sesuai (misalnya pasien tertawaa saat menceritakan kematian salah seorang orang tuanya).
4. Kehilangan Asosiatif
Istilah ini menggambarkan disorganisasi pikiran yang amat sangat dan bahasa verbaal dari orang yang psikosis. Pikirannya sangat cepat , disertai dengan perpindahaan ide dari suatu pernyataaan kepernyataan berikut.
5. Ekolalia
Orang yang psikosis seringkali mengulangi kata kata yang didengarnya.
6. Ekopraksia
Orang yang psikosis seringkali mengulangi gerakan orang lain yang dilihatnya (Ekolalia dan ekopraksia adalah hasil dari batas ego seseorang yang sangat lemah).
7. Neologisme
Orang yang psikosis seringkali mengulangi kata-kata yang didengarnya.
8. Pikiran konkrit
Orang psikosis memiliki kesukaran untuk berpikir abstrak dan mengartikan hanya secara harafiah aspek-aspek yang ada dilingkungannya.
9. Asosiasi gema / clang
Orang psikosis menggunakan kata-kataa bersajak dengan suaatu pola yang menyimpang dari ketentuan yang sebenarnya.
10. Kata-kata tak beraturan
Orang yang psikosis akan memakai kata-kata bersama-sama secara acak daan tak beraturan tanpa hubungaan yang logis.
11. Delusi
Istilah ini menunjukikan adanya ide-ide atau keyakinan-keyakinan yang salah. Jenis-jenis waham ini mencakup :
(1) Kebesaran
Seseorang memiliki suatu perasaan berlebihan dalam kepentingan atau kekuasaan.
(2) Curiga
Seseorang merasa terancam dan yakin bahwa orang lain bermaksud untuk membahayakan atau mencurigai dirinya.
Siar Semua kejadian dalam lingkungan sekitarnya diyakini merujuk/terkait kepada dirinya.
(3) Kontrol
Seseorang percaya bahwa obyek atau orang tertentu mengontrol perilakunya.
12. Halusinasi
Istilah ini menggambarkan persepsi sensori yang salah yang mungkin meliputi salah satu dari kelima pancaindra. Halusinasi pendengaran dan penglihatan yang paling umum.
Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap kekerasan : diarahkan pada diri sendiri atau orang lain
Tujuan : klien tidak membahayakan dirinya maupun orang lain
Intervensi | Rasional |
Pertahankan lingkungan dalam tingkat stimulus yang rendah Obseervasi secara ketat perilaku klien Singkirkan semua benda berbahaya Salurkan perilaku merusak pada kegiatan fisik Lakukan fiksasi bila diperlukan Berikan obat tranquilizer | Kecemasan meningkata dalam lingkungan penuh stimulus Mewmastikan klien dalam keadaan aman Dalam keadaan gelisah, bingung dapat menggunakan benda tajam untuk melukai Menghilangvkan ketegangan yang terpendam Keamanan klien merupakan prioritas perawatan Menurunkan kecemasan/ketegangan |
2. Koping individu tak efektif
Tujuan : Klien tidak menggunakan lebih banyak ketrampilan penggunaan koping adaptif
Intervensi | Rasional |
Usahakan petugas kesehatan tetap Hindari kontak fisik Hindari tertawa, berbisik didekat pasien Jujur dan selalu menepati janji. Periksa mulut klien setelah minum obat Jangan berikan kegiatan kompetitif Motifasi untuk mengungkapkan perasaan yang sebenarnya Sikap asertif | Menigkatkan hubungan saling percaya Mungkin dianggap bentuk penganiayaan fisik Mengurangi rasa curiga Meningkatkan hubungan saling percaya Klien sering manipulatif dalam minum obat Merupakan ancaman pada pasien curiga Mengnungkapkan perasaan secara verbal dalam lingkungan yang tidak mengancam mungkin akan menolong pasien untuk sampai pada keadaan tertentu dimana pasien mencurahkan perasaan setelah sekian lama terpendam Pasien curiga tidak memiliki kemampuan untuk berhubungan dengan sikap yang bersahabat atau ceria sekali |
3. Perubahan persepsi –sensori
Tujuan : Klien tidak menggunakan lebih banyak ketrampilan penggunaan koping adaptif
Intervensi | Rasional |
Observasi tanda halusinasi Hindari menyentuh pasien secara tiba-tiba, yakinkan bahwa ia aman disentuh Sikap menerima dan mendorong pasien menceritakan halusinasi Jangan mendukung halusinasi Alihkan perhatian pasien dari halusinasi | Intervensi awal untuk mencegah respon agresif yang diperntahkan halusinasi Pasien dapat mengartikan sentuhan sebagai ancaman Mencegah kemungkinan cidera pasien atau orang lain karena ada perintah adari halusinasi Perawat harus jujur pada pasien pada pasien sehingga pasien menyadari suara itu tidak ada Keterlibatan pasien dalam kegiatan interpersonal; akan menolong klien kembali dalam realitas |
4. Perubahan proses fikir
Tujuan : Klien menyatakan berkurangnya pikiran-pikiran waham
Intervensi | Rasional |
Tunjukkan sikap menerima keyakinan pasien tanpa sikap mendukung Tidak membantah/menyangkal keyakinan pasien Bantu pasien untuk menghubungkan keyakinan yang salah dengan peningkatan kecemasan Fokus dan kuatkan realitas Bantu dan dukung pasiend alam mengungkapkan secara verbal perasaan ansietas, takut, tak aman | Penting untuk dikomunikasikan pada pasien bahwa perawat tidak menerima delusi sebagai realita Membantah pasien tidak menimbulkan manfaat, dapat merusak hubungan Jika pasien dapat belajar menghentikan kecemasan, pikiran waham mungkin dapat dicegah Mengurangi pikiran-pikiran waham Ungkapan secara f\verbal dalam lingkungan yang tidak mengancam akan menolong pasien untuk mengungkapkan perasaan yang mungkin terpendam |
13. Regresi
Suatu mekanisme pertahanan ego yang paling mendasar yang digunakan oleh seseorang psikosis. Perilaku seperti anak-anak dan tehnik-tehnik yang dirasa aman untuk dirinya digunakan. Perilaku sosial yang tidak sesuai dapat terlihat dengan jelas.
14. Religius
Orang psikosis menjadi penuh dengaaan ide religius, pikiran mekanisme pertahanan yang digunakan dalam suatu usaha untuk menstabilkan dan memberikan struktur bagi pikiran dan perilaku disorganisasi.
Daftar Pustaka
Carpenito, lynda Juall. 1998. Buku Saku Buku Kedokteran. EGC : Jakarta.
Short, G.W dan Sandra, J. Sunden. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3. penerbit
buku kedokteran EGC: Jakarta.
Towsend, Mary C. 1998. Buku saku Diagnosa keperawatan psikiatri untuk pembuatan rencana keperawatan, Edisi 3. Penerbit buku kedokteran EGC: Jakarta.
-----------, 1998. Buku Standart keperawatan Kesehatan Jiwa dan penerapan asuhan keperawatan pada kasus di Rumah Sakit Ketergantungan obat. Direktorat kesehatan jiwa Direktorat Jenderal Pelayanan medik Dep-kes RI : Jakarta.
Maramis, Wf. 1995. Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University press : Surabaya.
0 Response to "Laporan Pendahuluan Skizofrenia Katatonik "
Post a Comment