-->

Contoh KTI Asuhan Keperawatan Pada Ny. W dengan Asma Bronkhial

Contoh KTI Asuhan Keperawatan Pada Ny. W dengan Asma Bronkhial



Askep asma juga di sebut dengan asuhan keperawatan yang dilakukan pada salah seorang pasien yang menderita asma bronkhial sehingga harus mendapatkan proses perawatan di rumah sakit dengan indikasi mengharuskan pasien itu di rawat, dengan di rawatnya pasien tersebut maka peran perawat yaitu memberikan proses Asuhan keperawatan secara lengkap yang sesuai dengan prosedur tanpa mengesampingkan hak-hak pasien maka dengan itu sangat di anjurkan untuk melibatkan pasien tersebut untuk di libatkan dalam proses keperawatan atau askep seperti dalam hal mengambil kesimpulan bagai mana pasien itu akan di rawat dan seperti apa Askep yang di berikan kepadanya juga harus di nyatakan dengan jelas dan juga pasien harus siap menandatangani kontrak untuk di rawat dan diberikan Asuhan keperawatan sesuai dengan proses askep asma bronkial yang akan di dapatkannya.


Oleh karena hal itu, Askep Asma Bronkhial ini bisa jadi referensi ada sebagai perawat yang berperan dengan benar dan mengemban peran perawat yang benar sesuai dengan hukum.


Berikut ini adalah salah satu contoh KTI Asuhan Keperawatan Pada Kasus Asma Bronkhial yang diminta oleh teman saya untuk di publikasikan, di blog ini.....

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar belakang

Asma Bronkhial tergolong penyakit saluran pernafasan kronik yang membutuhkan perhatian khusus. Sebuah program pengendalian asma pun sangat diperlukan mengingat penyakit ini tergolong serius. Di Indonesia, penyakit asma termasuk penyakit yang mendapat perhatian khusus pemerintah. Program pengendalian asma bronkhial pun diatur dalam Kepmenkes No. 1023/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Pengendalian Asma Bronkhial (Martha, 2012).

Asma Bronkhial adalah penyebab tunggal terpenting untuk morbitas penyakit pernapasan dan menyebabkan 2000 kematian/tahun. Pravelensinya sekarang sekarang sekitar 10-15%, semakin meningkat di masyarakat barat. Insidensi mengi tertinggi pada anak-anak (Davey, P. 2006. Hal 178).

Untuk meningkatkan jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan terhadap penyakit Asma difasilitas pelayanan dasar, pedoman tersebut telah disempurnakan dengan menambahkan beberapa standar kegiatan dalam program yang perlu dilakukan (Martha, 2012).

Data dunia menyatakan asma sebagai satu dari lima besar penyebab kematian, dengan total penederita sebanyak 300 juta orang. Di Indonesia sekitar 12 juta orang menderita penyakit yang ditandai dengan sesak. Bahkan di Indonesia,  termasuk salah satu dari sepuluh penyakit penyebab kematian terbesar (Republika, 2009).

Riset Kesehatan Dasar 2007 menyebut, prevalensi Asma Bronkhial nasional 4 persen. Namun, di beberapa daerah sangat tinggi, seperti Kabupaten Aceh Barat, Aceh (13,6%), Buol, Sulawesi Tengah (13,5%), dan Pohuwato, Gorontalo (13%) (Kompas, 2012).

Berdasarkan data yang diambil dari catatan medical record pada Rumah Sakit Umum Daerah Cut Meutia Aceh Utara diketahui bahwa klien yang dirawat sejak bulan Januari 2010 sampai dengan Desember 2010 sebanyak 9.988 orang dan diantaranya sebanyak 424(4,24%) orang penderita Asma Bronkhial, dan dari bulan Januari 2011 sampai dengan Desember 2011 sebanyak 11.088 klien yang di rawat di Rumah Sakit Umum Daerah Cut Meutia Aceh Utara dan diantaranya sebanyak 480(4,32%) orang penderita Asma Bronkhial . Dapat disimpulkan bahwa adanya peningkatan penderita Asma Bronkhial Di Rumah Sakit Umum Daerah Cut Meutia Aceh Utara antara Januari 2010 sampai dengan Desember 2010 dengan Januari 2011 sampai dengan Desember 2011.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, penulis tertarik untuk menerapkan asuhan keperawatan yang penulis wujudkan dalam bentuk karya Tulis Ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny. W DENGAN ASMA BRONKHIALE DI RUANG PERAWATAN PARU RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CUT MEUTIA ACEH UTARA”.

B.  Tujuan Penulisan

1.    Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran yang nyata dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien Ny. W dengan Asma Bronkhial melalui pendekatan proses keperawatan.

2.    Tujuan Khusus
a.    Dapat melakukan pengkajian secara komperahensif pada klien Ny. W dengan Asma Bronkhial.
b.   Dapat menentukan dan mengidentifikasi masalah serta menentukan diagnosa keperawatan baik aktual, resiko,dan potensial yang akan muncul pada klien Ny. W dengan Asma Bronkhial.
c.    Dapat merumuskan perencanaan asuhan keperawatan pada Ny. W dengan Asma Bronkhial.
d.   Dapat melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana asuahan keperawatan yang telah direncanakan pada klien Ny. W dengan Asma Bronkhial.
e.    Dapat melakukan evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada klien Ny. W dengan Asma Bronkhial.
f.     Dapat melakukan pendokumentasiaan proses keperawatan pada klien dengan pada klien Ny. W dengan Asma Bronkhial.

C.      Metode penulisan

Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis menggunakan metode deskriptif yaitu menguraikan data secara nyata dan objektif dengan cara mengumpulkan data, menganalisa data, mendiagnosa masalah, memecahkan masalah dan mengevaluasi masalah yang telah diatasi. metode ini dilakukan penulis meliputi:

1.         Study kepustakaan (Library research)
Study kepustakaan ini dilakukan dengan cara mempelajari dan memahami literatur-literatur yang bersifat teoritis berdasarkan pendapat ahli yang ada kaitannya dengan judul yang penulis bahas

2.         Study kasus (Field research)
Dalam kasus ini penulis langsung mengamati, mempelajari, dan melaksanakan asuhan keperawatan terhadap klien Ny. W dengan Asma Bronkhial diruang Perawatan Paru Rumah Sakit Umum Daerah Cut Meutia Aceh Utara, dengan cara :

a.    Wawancara
Mengadakan wawancara baik secara auto anamneses maupun allowanamnese pada klien, keluarga, perawat ruangan dan tenaga medis lainnya yang ikut berpartisipasi dalam proses perawatan pada klien.

b.    Pengamatan
Pengamatan terhadap pelaksanaan keperawatan pada klien Ny. W dengan Asma Bronkhial selama dirawat.

c.    Pemeriksaan fisik dan penunjang
Pada tahap pengkajian dilakukan pemeriksaan fisik yang mengacu pada format pengkajian sesuai standart akademik, sedangkan untuk mendapatkan data pemeriksaan penunjang berupa hasil pemeriksaan laboratorium dan foto rontgen, penulis menggunakan catatan yang ada dalam status klien.

d.   Dokumentasi
Pendokumentasian setiap tahap dari proses keperawatan yang dilakukan dalam melaksanakan asuhan keperawatan menggunakan format sesuai standart akademik dalam karya tulis ini.

D.      Sitematika penulisan

Karya tulis ini penulis susun secara sistematis dalam 5 bab sebagai berikut :
Bab I : pendahuluan, bab ini terdiri dari latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab II : tinjauan teoristis, bab ini menjelaskan tentang kosep dasar, meliputi pengertian, etiologi, Patofisiologi, Gambaran klinis, Penatalaksanaan, serta asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan asuhan keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi.
Bab III : tinjauan kasus, bab ini menjelaskan tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny. W dengan Asma Bronkhial diruang perawatan Paru Rumah Sakit Umum Daerah Cut Meutia Aceh Utara.
Bab IV : pembahasan, berisi penjelasan tentang kesenjangan antara teori dan fakta.
Bab V : penutup, merumuskan kesimpulan dan saran-saran yang dianggap relavan dalam rangka pemecahan masalah.
Pada akhir karya tulis ini penulis mencantumkan juga daftar pustaka, biodata dan surat izin pengambilan kasus.


BAB II
TINAJAUN TEORISTIS

A.  Konsep Dasar

1.    Pengertian
Asma bronkhial adalah gangguan inflamasi kronik jalan napas yang melibatkan berbagai sel inflamasi. Dasar penyakit ini adalah hiperaktivitas bronkus dalam berbagai tingkat, obstruksi jalan napas, dan gejala pernapasan mengi dan sesak (Mansjoer, A. 2000. Hal 476).

Asma bronkhial adalah penyakit obstruksi jalan napas, yang dapat pulih, dan intermiten yang ditandai oleh penyempitan jalan napas, mengakibatkan dispnea, batuk, dan mengi. Eksaserbasi akut terjadi dari beberapa menit sampai jam, bergantian dengan periode bebas gejala (Baughman, D.C, 2000. Hal 53).

Menurut Smeltzer, dkk, (2001. Hal 611) Asma Bronkhial adalah penyakit jalan nafas obstruktif interminen, reversible dimana trakea dan bronkhial berespons dalam secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu, yang dimanifestasikan dengan penyempitan jalan nafas, yang mengakibatkan dispnea, batuk dan mengi.


2.    Etiologi

Menurut Smeltzer, dkk, (2001. Hal 611) asma bronkhial disebabkan oleh :

a.    Kontraksi otot-otot yang mengelilingi bronki yang menyempitkan jalan napas.

b.    Pembengkakan membran yang melapisi bronki.

c.    Pengisian bronki dengan mukus yang kental.


3.    Patofisiologi

Menurut Tambayong, J (2000. Hal 98) meskipun terdapat ketumpangtindihan bermakna antara dua kelompok, peneyebab asma dapat dibagi menjadi dua kategori utama: ekstrinsik dan intrinsik.

a.    Asma ekstrinsik (alergis) secara umum membpengaruhi anak dan remaja muda yang sering mempunyai riwayat keluarga atau pribadi tentang alergi, bentol-bentol, ruam, dan eczema. Hasil dari tes kulit biasanya positif pada alaergen spesifik, yang menunjukkan kemungkinan bahwa asma ekstrinsik adalah alergis. Obstruksi pernapasan akut, tahanan pada aliran udara, dan turbulensi aliran udara dikaitkan dengan tiga respon berikut: 1) spasme bronkus, yang melibatkan irama peremasan jalan napas oleh otot yang mengitarinya; 2) produksi mucus kental yang banyak; dan 3)respon inflamsi, yang mencakup peningkatan permeabilitas kapiler dan edema mukosa.

b.    Asma instrinsik (idiosinkratik) biasanya mempengaruhi orang dewasa, termasuk mereka yang tidak mengalami asma atau alergi sebelum usia dewasa tengah. Riwayat pribadi atau keluarga negative untuk alergi, eksema, bentol-bentol, dan ruam.


4.    Gambaran klinis.

Menurut Davey (2006, hal 180) Keluhan utama asma adalah batuk, mengi, dan sesak napas, yang bervariasi seiring berjalannya waktu. Pemicu bisa jelas, misalnya olah raga atau paparan alergen. Pemeriksaan fisik bisa normal atau menunjukkan adanya mengi saat ekspirasi.


5.    Penatalaksanaan

Menurut Davey (2006. Hal 180) Tujuan terapi adalah menghilangkan gejala dengan pemberian seminimal mungkin obat. Penyluhan pasien penting untuk keberhasilan penatalaksanaan, khususnya penjelasan mengenai pemicu, penggunaan dan peran obat-obatan, dan bagaimana mendeteksi dan bereaksi terhadapa perburukan. Menghindari pemicu lingkungan atau allergen penting, terutama menghindari asap rokok.

Pada Asma kronis : dianjurkan menggunakan pendekatan bertahap. Antagonis leukotrien merupakan bronkodilator efektif pada sebagian penderita asma walaupun perannya secara tepat belum jelas.

Dan pada Asma akut : O2, kortikosteroid sistemik, inhalasi β-agonis, anti kolinergik, dan teofilin bila perlu.


6.    Komplikasi

Betz, C.L. dan sowden, L.A (2009, hal 32) menyatakan bahwa kompliaksi yang dapat terjadi pada kien dengan asma bronchial ialah sebagai berikut:

a.    Status asmatikus.

b.    Bronkitis kronis, bronkiolitis, pneumonia.

c.    Enfisema kronis.

d.   Kor pulmonal dengan gagal jantung kanan.

e.    Atelektasis.

f.     Pneumotoraks.

g.    Kematian.


B.  Asuhan Keperawatan


Asuhan keperawatan pada klien dengan Asma Bronkhial dilaksanakan melalui pendekatan proses perawatan terdiri dari : pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Doengoes, M.E. 2000. Hal 152-163).


1.    Pengkajian

Dasar data pengkajian pasien

a.         Aktivitas/Istirahat

Gejala : keletihan, kelelahan, malaise, ketidakmapuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit bernafas. Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi. Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktifitas atau latihan, tanda : keleithan, gelisah, insomnia, kelemahan umum/kehilangan massa otot.

b.        Sirkulasi

Gejala : pembengkakan pada ekstremita bawah. Tanda : peningkatan TD. Peningkatan frekuensi jantung/takikardia berat, disritmia. Distensi vena leher (penyakit berat). Edema dependen, tidak berhubungan dengan penyakit jantung. Bunyi jantung reduk (yang berhubungan dengan peningkatan diameter AP dada). Warna kulit/membrane glukosa : normal atau abu-abu/sianosis : kuku tabuh dan sianosis perifer. Pucat dapat menunjukkan anemia.

c.         Integritas ego

Gejala : peningkatanfaktor resiko. Perubahan pola hidup. Tanda : ansietas, ketakutan, peka rangsang.

d.        Makanan/Cairan

Gejala : mual/muntah. Nafsu makan buruk/anoreksia (emfisema). Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan. Penurunan berat badan menetap (empfisema), peningkatan berat badan menunjukkan edema (bronchitis). Tanda : turgor kulit buruk, edema dependen, berkeringat, penurunan berat badan, penurunan massa otot/lemak subkutan (emfisema). Palpitasi abdominal dapat menyatakan hepatomegali (bronchitis).

e.         Higience

Gejala : penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan melakukan aktivitas sehari-hari. Tanda : kebersihan buruk, bau badan.

f.         Pernafasan

Gejala : nafas pendek (timbulnya tersembunyi dengan dispnea sebagai gejala menonjol pada emfisema) khususnya pada kerja : cuaca atau episode berulang sulit napas (asma) : rasa tertekan dada, ketidakmampuan untuk bernafas (asma). “Lapar udara’ kronis. Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari (terutama pada saat bangun) selama minimum 3 bulan berturut-turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun, produksi sputum (hijau, putih, atau kuning) dapat banyak sekali (bronchitis kronis). Episode batuk hilang-timbul, biasanya tidak produktif pada tahap dini meskipun dapat memproduktif (emfisema). Riwayat pneumonia berulang, terpajan pada polusi kimia/asap mis : abses, debu batu bara, ramikatun, serbuk gerg faktor keluarga dan oksigen pada malam hari atau terus menerus. Tanda : pernafasan biasanya cepat, dapat lambat : fase ekspirasi memanjang, dengan mendengkur, nafas bibir (emfisema). Lebih memilih posisi tiga titik (tripot) untuk bernapas (khususnya dengan eksaserbasi akut bronchitis kronis). Penggunaan otot bantu pernapasan, mis : meninggikan bahu, retraksi fosa supraklafikula, melebarkan hidung. Dada dapat terlihat hiperinflasi dengan peninggian diam AP (bentuk-barel) : gerakan diafragma minimal. Bunyi napas : mungkin reduk dengan ekspirasi mengi (emfisema) : menyebar, lembut atau krekels lembab kasar (bronchitis) : ronki, mengi sepanjang area paru pada ekspirasi dan kemungkinan selama inspirasi berlajut sampai penurunan atau tak adanya bunyi napas (asma). Perkusi : hiperresonan pada area paru (mis : jebakan udara dengan emfisema) : bunyi pekak pada area (mis : konsulidasi, cairan, mukosa). Kesulitan bicara kalimat atau lebih dari 4 atau 5 sekaligus. Warna : pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku : abu-abu keseluruhan : warna merah (bronchitis kronis “biru mengembung’). Pasien dengan empisema sedang sering disebut “pink fuffer” karena warna kulit normal meskipun pertukaran gas tak normal dan frekuensi pernapasan cepat. Tabuh pada jari-jari (empisema).

g.        Keamanan

Gejala : Riwayat reaksi alergi atau sensitive terhadap zat/factor lingkungan. Adanya/berulang infeksi. Kemerahan/berkeringat (asma).

h.        Seksualitas

Gejala : Penurunan libido

i.          Interaksi sosial

Gejala : hubungan ketegantungan, kuman system pendukung, kegagalan dukungan dari/terhadap pasangan/orang terdekat, penyakit lama atau ketidakmampuan membaik. Tanda : ktidakmampuan untuk membuat/mempertahankan suara karena distress pernafasan. Keterbatasan mobilitas fisik, kelainan hubungan dengan anggota keluarga lain.

j.          Penyuluhan/Pembelajaran

Gejala : Penggunaan/penyalahgunaan obat pernapasan, kesulitan menghentikan merokok, penggunaan alcohol secara teratur, kegagalan untuk membaik, pertimbangan rencana pemulangan : DRG menunjukkan rerata lama dirawat : 5,9 hari bantuan dalam berjalan, trasnportasi, kebutuhan keperawatan gigi, perawatan rumah/mempertahankan tugas rumah, perubahan pengobatan/program terapetik.

k.        Pemeriksaan diagnostic

Sinar X : dilakukan untuk menyatakan hiperinflasi paru-paru : mendatarnya diafragma : peningkatan area udara retrosternal : penuruna tanda vaskularisasi/bula (enfisema), peningkatan tanda bronkovaskuler (bronkitis) : hasil normal selama periode remisi (asma). Tes fungsi paru : dilakukan untuk menentukan penyebab dispnea, untuk memperkirakan derajat disfungsi dan untuk mengevaluasi efek terapi, mis. Memperkirakan derajat disfungsi dan untu mengevaluasi efek terapi, bronkodilator. TCL : peningkatan pada luasnya bronchitis dan kadang-kadang pada asma : penurunan emfisemia. Kapasitas isnpirasi : menurun pada emfisema. Volume residu : meningkatkan pada emfisema, bronchitis kronis, dan asma. FEV/FFVC : rasio volume ekspirasi kuat dengan kapasitas vital kuat menurun pada bronchitis dan asma. GDA : memperkirakan progresi proses penyakit kronis, is, paling sering PaO2 menurun, dan PaCO2 normal atau meningkat (bronchitis kronis dan emfisema) tetapi sering menurun pada asma : pH normal atau asidotik, alkalis respiratorik ringan sekunder terhadap hiperventilasi (emfisema sedang atau asma). Bronkogram : dapat menunjukkan dilatasi silindris bronkus pada inspirasi : kolaps bronchial pada ekspirasi kuat (emfisema) pembesaran duktus mukosa yang terlihat pada bronchitis. JDL dan diferensial : Hemoglobin meningkat (emfisema luas), peningkatan eosinofil (asma). Kimia darah : 1-antitripsin dilakukan untuk meyakinkan defisiensi dan diagnose emfisema primer. Sputum : kultur untuk menentukan adanya infeksi, mengidentifikasi pathogen : pemeriksaan sistolik untuk mengetahui keganasan atau gangguan alergi. EKG : Deviasi aksis kanan, peninggian gelombang P (asma berat) : disritmia atrial (bronchitis) ; peninggian gelombang P pada lead II, III, AVF (bronkitis, emfisema) : aksis vertical QRS (emfisema). EKG latihan, tes stress : membantu dalam mengkaji derajat disfungsi paru, mengevaluasi keefektifan terapi bronkodilator, perencanaan/evaluasi program latihan.

l.          Prioritas keperawatan

1.    Mempertahankan potensi jalan nafas

2.    Membantu tindakan untuk mempermudah pertukaran gas

3.    Meningkatkan masukan nutrisi

4.    Mencegah komplikasi, memperlambat memeburuknya kondisi

5.    Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan program pengobatan

m.      Tujuan pemulangan

1.    Ventilasi/oksigensi adekuat untuk memnuhi kebutuhan perawatan diri

2.    Masukan nutrisi memenuhi kebutuhan kalori

3.    Bebas infeksi

4.    Proses penyakit/prognosis dan program terapi dipahami.



2.    Diagnosa dan intervensi Keperawatan

Diagnosa dan intervensi keperawatan yang dapat dirumuskan pada klien asma bronchial menurut Doengoes, M. E (2000, hal 156-163) adalah sebagai berikut :

a.         Takefektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi secret, bronkospasme, sekresi tertahan, tebal, kelemahan. Tujuan : Mempertahankan jalan nafas pasien. Mengeluarkan secret tanpa bantuan. Kriteria hasil : mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi napas. Mis : batuk efektif dan mengeluarkan sekret.

Intervensi/Rasional

Auskultasi bunyi napas. Catat adanya bunyi napas, mis mengi, krekels, ronki. Rasional : beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat/tak dimanifestasikan adanya bunyi napas adventisius, mis . penyebaran, krekels basah (bronkitis) : bunyi napas redup dengan ekspirasi mengi (empisema) : atau adanya bunyi napas (asma berat). Kaji/pantau frekuensi pernapasan, catat rasio inspirasi ekspirasi. Rasional : takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau selama stres/adanya dproses infeksi akut. Pernapasan dapat melambat dan frekuensi ekpirasi memanjang dibanding inspirasi. Catat adanya/derajat dispnea, mis. Keluhan ”lapar udara” gelisah, ansietas, distres pernapasan, penggunaan otot bantu. Rasional : disfungsi pernapasan adalah variabel yang tergantung pada tahap proses kronis selain proses akut yang menimbulkan perawatan di rumah sakit, mis infeksi, reaksi alergi. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, mis. Peninggian kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur. Rasional : peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernapasan dengan menggunakan gravitasi. Pertahankan polusi lingkungan minimum, mis : debu, asap dan bulu bantal yang berhubungan dengan kondisi individu. Rasional : pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat mentriger episode akut. Dorong/bantu latihan nafas abdomen atau bibir. Rasional : memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dispnea dan menurunkan jebakan udara. Obsevasi karakteristik batuk, mis : menetap, batuk pendek, basah. Rasional : batuk dapat menetap tetapi efektif, khususnya bila pasien lansia, sakit akut, atau kelemahan. Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari sesuai toleransi jantung. Memberikan air hangat. Rasional : Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret, mempermudah pengeluaran.

b.        Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen (obstruksi jalan napas oleh sekresi, spasme kerusakan alveoli) ditandai dengan dispnea, bingung, gelisah, ketidakmampuan membuang secret. Tujuan : tanda-tanda vital normal. Kriteria hasil : menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas dari geja distre pernapasan.

Intervensi/Rasional

Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan. Rasional : berguna dalam evaluasi derajat distress pernapasan dan kronisnya proses penyakit. tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernapas, dorong napas dalam perlahan atau napas bibir sesuai kebutuhanindividu. Rasional : pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan napas untuk menurunkan kolaps jalan napas, dispnea, dan kerja napas. Kaji/awasi secara rutin kulit dan warna membrane mukosa. Rasional : sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku) atau sentral (terlihat sekitar bibir/atau daun telinga), keabu-abuan dan diagnosis sentral mengindikasikan beratnya hipoksemia. Dorong mengeluarkan sputum : penghisapan bila diindikasikan. Rasional : kental. Tebal, dan banyaknya sekresi adalah sumber utama gangguan pertukaran gas pada jalan napas kecil. Auskultasi bunyi napas, catat area penurunan aliran udara dan/atau bunyi napas tambahan. Rasional : bunyi napas mungkin reduk karena penurunan aliran udara atau konsolidasi. Palpasi fremitus. Rasional : penurunan getaran fibrasi diduga ada opengumpulan cairan atau udara terjebak. Awasi tingkat kesadaran/status mental, selidiki adanya perubahan. Rasional : gelisah dan ansietas adalah manifestasi klinis umum pada hipoksemia, GDA memburuk disertai bingung. Evaluasi tingkat toleransi aktifitas, berikan lingkungan tenang dan kalem, batasi aktivitas pasien atau dorong untuk tidur dikursi selama fase akut. Rasional : selama distress pernapasan berat/akut/refraktori pasien secara total tak mampu melakukan aktivitas. Awasi tanda-tanda vital dan irama jantung. Rasional : takikardia, disritmia, dan perubahan TD dapat menunjukkan efek hipoksemia, disritmia dan perubahan TD dapat menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.

c.         Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan efek samping obat, anoreksia, mual/muntah. Ditandai dengan penurunan berat badan. Tujuan : berat badan dalam rentang normal. Menunjukkan perubahan perilaku pola hidup. Kriteria hasil: menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan yang tepat. Menunjukkan perilaku/perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan berat yang tepat.

Intervensi/Rasional :

Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kesulitan makan, evaluasi berat badan dan ukur tubuh. Rasional : pasien distress pernapasan akut sering anoreksia karena dispnea, produksi sputum,, dan obat. Auskultasi bunyi usus. Rasional : penurunan/hipoaktif bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster dan konstipasi. Berikan perawatan oral aktifitas, dan hipoksemia. Rasional : rasa tak enak, baud an penampilan adalah pencegah utama nafsu makan dan dapat membuat mual dan muntah istirahat semalam 1 jam sebelum makan. Hindari makanan penghasil gas dan minum karbonat. Rasional : dapat menghasilkan dispense abdomen yang menggangu napas abdomen dan gerakan diafragma, dan dapat meningkatkan dispnea. Hibdari makan yang sangat panas atau sangat dingin. Rasional : timbang berat badan sesuai indikasi. Rasional : berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun tujuan berat badan, dan evauasi keadekuatan rencana nutrisi.

d.        Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidakadekuatnya pertahan utama, tidak adekuatnya imunitas. Tujuan : mengerti pemahamn penyebab/factor resiko infeksi, melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang aman.

Intervensi/Rasional

Awasi suhu. Rasional : demam dapat terjadi karena dan/atau dehidrasi. Kaji pentingnya latihan jalan napas, abtuk efektif, perubahan posisi sering dan masukan adekuat. Rasional : aktifitas ini meningkatkan pengeluaran secret untuk menurnukan resiko terjadinya infeksi peru. Observasi warna, karakter, bau sputum. Rasional : secret berbau, kuning atau kehijauan menunjukkan adanya infeksi paru. dapat menunjukan dan bantu pasien tentang pembuangan tisu dan sputum. Rasional : mencegah penyebaran pathogen melalu cairan. Awasi pengungjung berikan masker sesuai dengan indikasi. Rasional : menurunkan potensial terpajan pada penyakit infeksius. Dorong keseimbangan antara aktifitas dengan istirahat. Rasional : menurut konsumsi/kebutuhan keseimbangan oksigen dan memperbaiki pertahanan pasien terhadap infeksi. Diskusikan kebutuhan masukan aktivitas nutrisi adekuat. Rasional : malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tahanan terhadap infeksi.

e.         Kurang pengetahuan, kondisitindakan berhubungan dengan kurang informasi/tidak mengenal sumber informasi. Tujuan : mampu pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan. Kriteria hasil : menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan.

Intervensi/Rasional

Jelaskan penjelasan proses penyakit individu, dorong orang terdekat untuk menyatakan pertanyaan. Rasional : menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan perbaikan partisipasi pada rencana pengobatan. Instruksikan rasional untuk latihan napas, batuk efektif dan latihan kondisi umum. Rasional : napas bibir dan napas abdominal/disfragmatik individu arti untuk mengontrol dispnea, altihan kondisi umu meningkat toleransi akitivtas. Diskusikan obat pernapasan, efek samping , dan reaksi yang tak diinginkan. Rasional : pasien ini sering mendapat obat pernapasan banyak sekaligus yang mempunyai efek samping hamper sama dan potensial interaksi obat. Tinjukkan tehnik penggunaan dosis inhaler seperti bagaimana memegang, interval semprotan 2-5 menit, bersihkan inhalel. Rasional : pemberin yang tepat obat meningkatkan penggunaan dan keefektifan. System alat untuk mencatat obat interminten/penggunaan dosis dari obat kalau perlu. Anjurkan menghindari agen sedative antiansieta kecuali diresepkan diberikan oleh dokter mengobati kondisi pernapasan. Rasional : meskipun pasien mungkin gugup dan merasa perlu sedative ini. Tekankan pentingnya perawatan oral/kebersihan gigi. Rasional : menurunkan pertumbuhan bakteri pada mulut. Diskusikan pentingnya menghindari orang yang sedang infeksi pernapasan aktif. Rasional : menurunkan pemajan dan insiden mendapatkan infeksi saluran napas atas. Diskusikan factor individu yang meningkatkan kondisi mis. Udara terlalu kering, angin, lingkungan dengan suhu ekstrem serbuk. Rasional : factor lingkungan ini dapat menimbulkan iritasi bronchial, produksi secret dan tambahan jalan napas. Kaji efek bahaya meroko dan nesehatkan menghentikan merokok pada pasien dan atau orang terdekat. Rasional : penghentian merokok dapat memperlambat kemajuan PPOM. Berikan informasi tentang pembatasan aktivitas dan aktivitas pilihan dengan periode istirahat untuk mencegah kelemahan. Rasional : mempunyai pengetahuan ini dapat memampukan pasien untuk membuat pilihan/keputusan informasi untuk menurunkan dispnea. Diskusikan pentingnya mengikuti perawatan medic, foto dada periodic. Rasional : pengawasan proses penyakit untuk membuat program terapi untuk memenuhi perubahan kebutuhan dan dapat membantu mencegah komplikasi. Kaji kebutuhan oksigen untuk pasien yang pulang dengan oksigen tambahan. Rasional : menurnkan resiko kesalahan penggunaan dan komplikasi lanjut. Anjurkan pasien terdekat dalam penggunaan oksigen aman. Rasional : pasien ini dan orang terdekatnya dapat mengalami ansietas, depresi, dan reaksi lain sesuai dengan penerimaan dengan penyakit kronis yang mempunyai dampak pada pola hidup mereka. Rujuk untuk evaluasi keperawatan dirumah bila diindikasikan, berikan rencana pengkajian detail dasar fisik untuk perawatan dirumah sesuai kebutuhan pulang dari perawatan akut. Rasional : memberikan kelanjutan perawatan, dapat membantu menurnukan frekuensi perawatan dirumah sakit.


3.    Implementasi

Menurut Carpenito, (2009, hal 57). komponen implementasi dalam proses keperawatan mencakup penerapan ketrampilan yang diperlukan untuk mengimplentasikan intervensi keperawatan. Ketrempilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk implementasi biasanya berfokus pada

a.    Melakukan aktivitas untuk klien atau membantu klien.

b.    Melakukan pengkajian keperawatan untuk mengidentifikasi masalah baru atau memantau status masalah yang telah ada

c.    Member pendidikan kesehatan untuk membantu klien mendapatkan pengetahuan yang baru tentang kesehatannya atau penatalaksanaan gangguan.

d.   Membantu klien membuat keptusan tentang layanan kesehatannya sendiri

e.    Berkonsultasi dan membuat rujukan pada profesi kesehatan lainnya untuk mendapatkan pengarahan yang tepat.

f.     Memberi tindakan yang spesifik untuk menghilangkan, mengurangi, atau menyelesaikan masalah kesehatan.

g.    Membantu klien melakukan aktivitasnya sendiri

h.    Membantu klien mengidentifikasi risiko atau masalah dan menggali pilihan yang tersedia.


4.    Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Dalam melakukan evaluasi perawat harusnya memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam memahami respons terhadap intervensi keperawatan, kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil (Hidayat, A. Hal 124).


BAB III

TINJAUAN KASUS

Pada tinjauan kasus ini, penulis melakukan asuhan keperawatan pada klien Ny. W dengan Asma Bronkhial yang dirawat di Ruang Perawatan Paru Rumah Sakit Umum daerah Cut Mutia Kabupaten Aceh Utara. Dalam tinjauan kasus ini, penulis akan menguraikan tentang Asuhan Keperawatan yang dilakukan terhadap klien Ny. W dengan asma bronkhial selama tiga hari mulai dari tanggal 31 Mei sampai dengan 02 Juni 2012 melalui pendekatan proses keperawatan.

A.      Pengkajian


1.    Biodata

Nama Ny. W, umur : 43 tahun, suku Aceh, alamat jambo Mesjid, pekerjaan IRT, jenis kelamin Permpuan, bahasa utama Aceh, sumber data klien jam pencatatan 09.30 wib, nomor reg 21 47 24.

Keluarga yang bertanggung jawab Tn. Z hubungan dengan klien suami.

2.    Data Riwayat masuk

Tanggal masuk 29 Mei 2012, tiba di RS dibawa dengan mobil sewa, jam 13:30 wib, ruang perawatan paru, tipe rujukan datang sendiri. BB: 53, TB: 147, tekanan darah 110/80mmHg, temp 37oC, pols 90x/m, RR 32x/m.

Keluhan masuk : Sesak nafas, batuk-batuk, kepala terasa pusing, badan lemah.

Riwayat Keluhan : klien mengatakan serangan awal batuk disertai sesak, kepala terasa pusing, badan lemah. Lamanya sejak 6 bulan yang lalu klien hanya tau bahwa dia menderita sesak. Sejak 3 minggu yang lalu klien menyatakan sesak lebih sering timbul, klien belum pernah dirawat di rumah sakit,sebelumnya, hanya berobat dipuskesmas.

3.    Alergi dan reaksi

     Klien mengatakan tidak alergi bila mengkonsumsi obat-obatan dan makanan tertentu. Tetapi klien tidak tahan dengan debu, bunga dan udara dingin karena klien mengatakan dirinya akan mengalami sesak.

4.    Obat/Pengobatan

Klien mengatakan pernah berobat ke puskesmas pada bulan Maret 2012. Klien mengatakan tidak ingat lagi nama obat-obatan yang pernah diminum dan cara mendapatkan obat tersebut melalui resep.

5.    Riwayat penyakit

Klien mengatakan sebelumnya pernah mengalami sesak 6 bulan yang lalu. Namun sejak 3 bulan yang lalu sesak lebih sering muncul. Klien mengatakan tidak pernah mengalami tindakan/prosedur pembedahan.

6.    Riwayat Penyakit Keluarga

Klien mengatakan tidak pernah ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti klien.

7.    Alat Perlengkapan/Bantuan yang Digunakan Special

Klien menggunakan cateter epidural.

8.    Riwayat psikososial

Stres yang baru dialami klien mengatakan sedikit stres memikirkan penyakit yang dirasakan sekarang. Klien menerima dengan sabar, mekanisme koping pasrah kepada Allah, support system suami, dan anak-anaknya, menenangkan diri/rileks, cemas, tidak mengkonsumsi alkohol, tidak menggunakan napza, agama islam.

9.    Neurologis

Orientasi selama dirawat di rumah sakit masih mengenal orang-orang disekitarnya baik keluarganya, perawat yang merawatnya dan orang-orang yang datang membesuknya dan pasien mengetahui tempat ia sedang dirawat, penggantian siang dan malam, dan pasien kelihatan tenang dan resah, kesadaran compos mentis, pupil isokor, ada reaksi, Berbicara jelas, sensori normal, persepsi penglihatan masih dapat melihat dengan jelas mata kiri maupun mata kanan serta klien dapat mendengar jelas telinga kiri maupun telingan kanan, extermitas sedikit terbatas karena terpasang infus pada tangan kanan dan terpasang oksigen..

10.     Respirasi

Pola pernapasan cepat dan pendek (dispnea) dengan frekuensi 32x/menit, dari suara pernafasan didapatkan wheezing, taktil fremitus meningkat. Sesekali batuk produktif dengan sekresi berwarna putih dan kental, oksigen terpasang 1-2liter/menit

11.     Kardiovaskuler.

Polsus apical rate regular (teratur) dengan nadi kiri 90x/menit, auskultasi jantung tidak ada oedema, perfusi kulit hangat, warna kebiruan pada bibir.

12.     Gastrointestinal

Mukosa mulut normal, suara peristaltik usus normal (5-7 x/menit), kemampuan menelan baik atau normal, klien sebelum dirawat di rumah sakit buang air besar 1xsehari dengan karaktersitik lunak dan BAB lancar, tidak disertai dengan nyeri perut atau dengan hal-hal lain. BAB terakhir tanggal 31 Mei 2012, jam 06.30 Wib, konstipasi tidak ada.

13.     Genitourianrius

Pasien BAK 5x sehari dan tidak ada keluhan.



14.     Self care

Selama pasien dirawat di rumah sakit semua kebutuhan pasien dibantu oleh perawat dan keluarga.

15.     Nutrisi

Penampilan umum sedang, berat badan 53 kg, TB : 147 cm, nafsu makan baik, diet MB, pola makan 3xhari, makan sendiri.

16.     Pengkajian kulit

Warna normal, penampilan secara umum : kelebabam kulit kering, temperature hangat, (suhu 370C) tektur kulit halus. Pengkajian bahaya tekanan “resiko dekubitus”. Status mental sadar siaga (1), continence (BAB/BAK) kontrol sepenuhnya (1), mobilitas sedikit terbatas (2), aktivitas berjalan dengan bantuan orang/alat (2), nutrisi sedang/cukup (2). Scor total 8 tidak ada resiko dekubitus .

17.     Musculoskeletal

Klien menunjukan ROM ekstremitas normal, tidak ada odema.

18.     Pendidikan Rencana Pulang

Apa yang anda ketahui tentang penyakit anda sekarang. Klien mengatakan hanya mengalami sesak. Informasi yang anda butuhkan atau perlu tentang pnyakit anda. Klien ingin lebih mengetahui cara mengatasi sesak dan mencegah penyebab timbulnya serangan. Siapakah anggota keluarga anda, yang disenangi terlibat dalam perawatan. Kelurga. Berapa lama anda mengharapkan dirawat dirumah sakit. Sampai klien sembuh. Apakah klien memerlukan bantuan setelah pulang, berkaitan dengan ADL/fungsi fisik. ada. Apakah klien mempunyai anggota keluarga yang cakap/mampu dan mau bersedia. Ada, suami klien. Sebelumnya masuk rumah sakit/enam bulan yang lalu. Tidak. Klien tinggal bersama suami dan anak-anaknya.

Catatan Cerita

Data subjektif : klien mengeluh sesak (sulit bernafas) batuk berdahak berwarna putih kental, tidak bisa tidur sudah 2 malam karena kepala terasa pusing, klien mengatakan sulit tidur terutama pada malam hari, klien mengatakan belum pernah dirawat di rumah sakit, selama 6 bulan terakhir ini, klien hanya berobat di puskesmas. Klien mengatakan sesak jika melakukan aktivitas. Klien dan keluarga belum mengerti tentang penyakit yang sedang dialaminya, klien mengatakan aktifitas dibantu seperti berjalan, memakai pakaian dan mandi.

Data Objektif : selama penulis melakukan pengkajian pada klien Ny. W dengan asma bronkhial selama 3 hari berturut-turut mulai tanggal 31 Mei 2012 sampai dengan 02 juni 2011, maka data objektif yang penulis dapatkan antara lain sebagai berikut : nadi 90x/menit Respirasi 32x/menit, temperature 370C, sputum warna putih kental, auskultasi paru : Whezing, O2 terpasang 1-2 liter/ menit, infus terpasang RL 20tt/menit, klien tampak kebiru-biruan pada daerah bibir,taktil femitus meningkat, keadaan umum lemah klien tampak cepat lelah dalam melakukan aktifitas, makanan yang disajikan dihabiskan, kadang-kadang mual, berat badan 53 kg, tinggi badan 147 cm, pernafasan cepat, tampak aktifitas dibantu, kongjungtiva pucat.

Pemeriksaan fisik

Keadaan umum lemah, kulit normal, kepala simetris, hidung tidak ada pembengkakan, napas cepat dan pendek, tenggorokan tidak ada kelainan, thorak bentuk simetris, pada auskulatasi paru wheezing, pernapasan cepat (dispnea), jantung oedema tidak ada, payudara normal, abdomen bentuk normal peristaltic usus 5-7 x/m, rektum tidak ada kelainan, genitalia tidak ada kelainan, musculoskeletal terbatas karena terpasang infus.

Pengkajian/Pemeriksaan Diagnostik Khusus.

Pemeriksaan laboratorium pada tanggal 31 Mei 2012

HB : 11,2. LED :41, Eritrosit : 4,2, lekosit : 8,4, hematrokit : 36,8 MCV : 87, MCH : 26,5, MCHC : 30,4, RDW : 13,8, trombosit : 224, gol darah : B. Dari hasil radiologi foto thorak klien, kesimpulan ahli radiologi : klien menderita Asma Bronkhiale.

Pola kebiasaan dan gaya hidup

Diet makanan dan minuman kesukaan bakso dan juice. Klien tidak merokok, teh. Waktu tidur siang dari jam 14.00 wib sampai dengan 15.00 wib waktu tidur malam dari jam 21.30 sampai dengan 05.30 wib. Kegiatan sebelum tidur istirahat dirumah.

Penatalaksanaan

Infus Ringer Laktat 20 tetes/menit, metronidazol 1 fls/12 jam, cefotaksim 1 grm/12 jam, ranitidine 1 amp/8 jam. Asam mefenamat 3x1, metoclopamin 1 ampul/8 jam, deksamethason 1 amp/8 jam, infus ringer laktat + Drip Aminophilin 24 mg dengan kecepatan 20 tetes/menit. Oksigen terpasang 1-2 liter/menit.

B.       Diagnosa Keperawatan


Berdasarkan hasil pengkajian maka penulis mengumpulkan data-data sebagai berikut :

1.    Analisa Data

a.    Data Subjektif : Klien mengatakan sulit bernafas dan batuk. Data Objektif : secret berwarna putih kental, klien batuk dan sesak, bunyi napas tidak normal (Whezing), frekuensi nafas 32x/menit, O2 terpasang (1-2liter/menit). Masalah : tak efektif bersihan jalan nafas. Penyebab : Peningkatan produksi secret, sekresi kental dan tertahan.

b.    Data Subjektif : Klien mengatakan sulit bernafas (sesak), kepala terasa pusing. Data Objektif : Klien tampak kesulitan bernafas, nafas cepat dan pendek (dispnea), taktil femitus meningkat, keadaan umum lemah. Klien menggunakan oksigen (1-2 liter), auskultasi paru : wheezing, klien tampak kebiru-biruan pada bibir, RR 32x/menit, nadi 90x/menit. Temperature 370C, tekanan darah 110/80 mmHg. Masalah : Kerusakan pertukaran gas. Penyebab : Gangguan suplai oksigen, bronkus spasme.

c.    Data Subjektif : Klien mengatakan sulit beraktivtas, klien mengatakan aktivitas dibantu keluarga. Data Objektif : keadaan umum lemah, aktivitas dibantu, infus terpasang RL 20tt/menit, oksigen terpasang 1-2 liter/menit Masalah : Intoleransi aktivitas. Penyebab : kelemahan fisik.

d.   Data subjektif : klien mengatakan tidak bisa tidur sudah 2 malam karena kepalanya terasa sakit/pusing, klien mengatakan sulit tidur terutama pada malam hari. Data Objektif : klien tampak lemah, tampak gelisah kongjingtiva pucat, tekanan darah : 110/80 mmHg, nadi 90x/menit Respirasi 32x/menit, temperature 370C. Masalah : Gangguan pola istirahat. Penyebab : sakit kepala/pusing.

e.    Data Subjektif : klien dan keluarga mengatakan belum mengerti tentang penyakit yang dialaminya, klien mengatakan belum pernah dirawat di rumah sakit. Data Objektif : klien dan keluarga bertanya tentang penyakitnya, klien baru pertama kali dirawat dirumah sakit. Masalah : kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan. Penyebab : keterbatasan kognitif dan kurang informasi.

2.    Prioritas diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan pada klien dengan asma bronkiale pada kasus yang penulis rawat antara lain :

a.    Tak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan secret, sekresi kental dan tertahan yang ditandai dengan klien sulit bernafas dan sering batuk.

b.    Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen, dan bronkospasme yang ditandai dengan nyeri dada, napas pendek.

c.    Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik yang ditandai dengan klien sulit beraktivitas, aktivitas dibantu.

d.   Gangguan pola istirahat berhubungan dengan nyeri kepala/pusing yang ditandai dengan klien tidak bisa tidur sudah 2 malam, klien tampak gelisah.

e.    Kurang pengetahuan mengenai kondisi tindakan berhubungan dengan keterbatasan kognitif.

C.      Perencanaan Asuhan Keperawatan

1.    Tak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan secret, sekresi kental dan tertahan yang ditandai dengan klien sulit bernafas dan sering batuk. Tujuan : Mempertahankan jalan nafas pasien. Mengeluarkan secret tanpa bantuan. Kriteria hasil : mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi napas. Mis : batuk efektif dan mengeluarkan sekret.

Intervensi/Rasional

Auskultasi bunyi napas. Catat adanya bunyi napas, mis mengi, krekels, ronki. Rasional : beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat/tak dimanifestasikan adanya bunyi napas adventisius, mis . penyebaran, krekels basah (bronkitis) : bunyi napas redup dengan ekspirasi mengi (empisema) : atau adanya bunyi napas (asma berat). Kaji/pantau frekuensi pernapasan, catat rasio inspirasi ekspirasi. Rasional : takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau selama stres/adanya proses infeksi akut. Pernapasan dapat melambat dan frekuensi ekpirasi memanjang dibanding inspirasi. Catat adanya/derajat dispnea, mis. Keluhan ”lapar udara” gelisah, ansietas, distres pernapasan, penggunaan otot bantu. Rasional : disfungsi pernapasan adalah variabel yang tergantung pada tahap proses kronis selain proses akut yang menimbulkan perawatan di rumah sakit, mis infeksi, reaksi alergi. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, mis. Peninggian kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur. Rasional : peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernapasan dengan menggunakan gravitasi. Pertahankan polusi lingkungan minimum, mis : debu, asap dan bulu bantal yang berhubungan dengan kondisi individu. Rasional : pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat mentriger episode akut. Dorong/bantu latihan nafas abdomen atau bibir. Rasional : memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dispnea dan menurunkan jebakan udara. Obsevasi karakteristik batuk, mis : menetap, batuk pendek, basah. Rasional : batuk dapat menetap tetapi efektif, khususnya bila pasien lansia, sakit akut, atau kelemahan. Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari sesuai toleransi jantung. Memberikan air hangat. Rasional : Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret, mempermudah pengeluaran.

2.    Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen, dan bronkospasme yang ditandai dengan nyeri dada, napas pendek. Tujuan : tanda-tanda vital normal. Kriteria hasil : menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas dari geja distre pernapasan

Intervensi/Rasional

Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan. Rasional : berguna dalam evaluasi derajat distress pernapasan dan kronisnya proses penyakit. tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernapas, dorong napas dalam perlahan atau napas bibir sesuai kebutuhanindividu. Rasional : pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan napas untuk menurunkan kolaps jalan napas, dispnea, dan kerja napas. Kaji/awasi secara rutin kulit dan warna membrane mukosa. Rasional : sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku) atau sentral (terlihat sekitar bibir/atau daun telinga), keabu-abuan dan diagnosis sentral mengindikasikan beratnya hipoksemia. Dorong mengeluarkan sputum : penghispan bila diindikasikan. Rasional : kental. Tebal, dan banyaknya sekresi adalah sumber utama gangguan pertukaran gas pada jalan napas kecil. Auskultasi bunyi napas, catat area penurunan aliran udara dan/atau bunyi napas tambahan. Rasional : bunyi napas mungkin reduk karena penurunan aliran udara atau konsolidasi. Palpasi fremitus. Rasional : penurunan getaran fibrasi diduga ada opengumpulan cairan atau udara terjebak. Awasi tingkat kesadaran/status mental, selidiki adanya perubahan. Rasional : gelisah dan ansietas adalah manifestasi klinis umum pada hipoksemia, GDA memburuk disertai bingung. Evaluasi tingkat toleransi aktifitas, berikan lingkungan tenang dan kalem, batasi aktivitas pasien atau dorong untuk tidur dikursi selama fase akut. Rasional : selama distress pernapasan berat/akut/refraktori pasien secara total tak mampu melakukan aktivitas. Awasi tanda-tanda vital dan irama jantung. Rasional : takikardia, disritmia, dan perubahan TD dapat menunjukkan efek hipoksemia, disritmia dan perubahan TD dapat menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.

3.    Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik yang ditandai dengan klien sulit beraktivitas, aktivitas dibantu. Tujuan : aktivitas klien terpenuhi. Kriteria Hasil : klien sudah dapat beraktifitas.

Intervensi/Rasional

Tingkatkan tirah baring/duduk. Rasional : agar klien lebih mudah dalam beraktifitas. Berikan lingkungan yang tenang pad aklien. Rasional : klien lebih mudah dalam beristirahat. Gunakan perlengkapan khusus sesuai kebutuhan. Rasional : untuk meningkatkan kemampuan dalam beraktifitas dengan aman. Bantu klien dalam melakukan aktifitas sehar-hari. Rasional : untuk memudahkan klien beraktifitas.

Kolaborasi

Dalam pemberian obat-obatan/terapi medis. Rasional : memperbaiki keadaan umum.

4.    Gangguan pola istirahat berhubungan dengan nyeri kepala/pusing yang ditandai dengan klien tidak bisa tidur sudah 2 malam, klien tampak gelisah. Tujuan : pola tidur klien tidak terganggu. Kriteria hasil : klien melaporkan dapat istirahat tidur dengan tenang.

Intervensi/Rasional

Lengkapi jadwal tidur secara teratur. Rasional : penguatan saatnya tidur. Anjurkan klien untuk menurunkan aktifitas mental/fisik sesaat sebelum tidur. Rasional : mengakibatkan kelelahan. Berikan makanan kecil pada sore hari, dan menganjurkan mandi, masase punggung sebelum tidur. Rasional : dapat meningkatkan relaksasi dengan perasaan mengantuk. Batasi pengunjung sesuai kebutuhan. Rasional : klien dapat beristirahat dengan tenang.

Kolaborasi

Pemberian obat analgesic. Rasional : mengurangi/menghilangkan rasa nyeri.

5.    Kurang pengetahuan mengenai kondisi tindakan berhubungan dengan keterbatasan kognitif. Tujuan : mampu pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan. Kriteria Hasil : menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan.

Intervensi/Rasional

Jelaskan penjelasan proses penyakit individu, dorong orang terdekat untuk menyatakan pertanyaan. Rasional : menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan perbaikan partisipasi pada rencana pengobatan. Instruksikan rasional untuk latihan napas, batuk efektif dan latihan kondisi umum. Rasional : napas bibir dan napas abdominal/disfragmatik individu arti untuk mengontrol dispnea, altihan kondisi umu meningkat toleransi akitivtas. Diskusikan obat pernapasan, efek samping , dan reaksi yang tak diinginkan. Rasional : pasien ini sering mendapat obat pernapasan banyak sekaligus yang mempunyai efek samping hamper sama dan potensial interaksi obat. Tinjukkan tehnik penggunaan dosis inhaler seperti bagaimana memegang, interval semprotan 2-5 menit, bersihkan inhalel. Rasional : pemberin yang tepat obat meningkatkan penggunaan dan keefektifan. Sistem alat untuk mencatat obat interminten/penggunaan dosis dari obat kalau perlu. Anjurkan menghindari agen sedative antiansieta kecuali diresepkan diberikan oleh dokter mengobati kondisi pernapasan. Rasional : meskipun pasien mungkin gugup dan merasa perlu sedative ini. Tekankan pentingnya perawatan oral/kebersihan gigi. Rasional : menurunkan pertumbuhan bakteri pada mulut. Diskusikan pentingnya menghindari orang yang sedang infeksi pernapasan aktif. Rasional : menurunkan pemajan dan insiden mendapatkan infeksi saluran napas atas. Diskusikan factor individu yang meningkatkan kondisi mis. Udara terlalu kering, angin, lingkungan dengan suhu ekstrem serbuk. Rasional : faktor lingkungan ini dapat menimbulkan iritasi bronchial, produksi secret dan tambahan jalan napas. Kaji efek bahaya meroko dan nesehatkan menghentikan merokok pada pasien dan atau orang terdekat. Rasional : penghentian merokok dapat memperlambat kemajuan PPOM. Berikan informasi tentang pembatasan aktivitas dan aktivitas pilihan dengan periode istirahat untuk mencegah kelemahan. Rasional : mempunyai pengetahuan ini dapat memampukan pasien untuk membuat pilihan/keputusan informasi untuk menurunkan dispnea. Diskusikan pentingnya mengikuti perawatan medik, foto dada periodik. Rasional : pengawasan proses penyakit untuk membuat program terapi untuk memenuhi perubahan kebutuhan dan dapat membantu mencegah komplikasi. Kaji kebutuhan oksigen untuk pasien yang pulang dengan oksigen tambahan. Rasional : menurnkan resiko kesalahan penggunaan dan komplikasi lanjut. Anjurkan pasien terdekat dalam penggunaan oksigen aman. Rasional : pasien ini dan orang terdekatnya dapat mengalami ansietas, depresi, dan reaksi lain sesuai dengan penerimaan dengan penyakit kronis yang mempunyai dampak pada pola hidup mereka. Rujuk untuk evaluasi keperawatan dirumah bila diindikasikan, berikan rencana pengkajian detail dasar fisik untuk perawatan dirumah sesuai kebutuhan pulang dari perawatan akut. Rasional : memberikan kelanjutan perawatan, dapat membantu menurnukan frekuensi perawatan dirumah sakit.

D.      Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

1.    Tak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan secret, sekresi kental dan tertahan yang ditandai dengan klien sulit bernafas dan sering batuk.

Implementasi Tanggal 31 Mei 2012 Jam 10.00 WIB

Mengauskultasi bunyi napas. Mencatat adanya bunyi napas, mis mengi, krekels, ronki, Mengkaji/pantau frekuensi pernapasan, catat rasio inspirasi ekspirasi. Mencatat adanya/derajat dispnea, mis. Keluhan ”lapar udara” gelisah, ansietas, distres pernapasan, penggunaan otot bantu, Peninggian kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur, Mempertahankan polusi lingkungan minimum, mis : debu, asap dan bulu bantal yang berhubungan dengan kondisi individu, Mendorong/bantu latihan nafas abdomen atau bibir mengobsevasi karakteristik batuk, mis : menetap, batuk pendek, basah. Meningkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari sesuai toleransi jantung. Memberikan air hangat.

Evaluasi

S : klien mengatakan sulit bernapas dan batuk berdahak. O : sputum warna putih dan kental, klien batuk dan sesak, suara pernapasan whezing, RR 32x/menit. Temperature 370C. tekanan darah 110/80 mmHg. A : Masalah belum teratasi. P : perencanaan tidakan dilanjutkan.

2.    Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen, dan bronkospasme yang ditandai dengan nyeri dada, napas pendek.

Implementasi Tanggal 31 Mei 2012 Jam 11.00 WIB

Mengkaji frekuensi, kedalaman pernapasan. Meninggikan kepala tempat tidur, bantu klien untuk memilih posisi yng mudah untuk bernafas, mendorong nafas dalam perlahan atau nafas bibir sesuai kebutuhan individu. Mengkaji/awasi secara rutin kulit dan warna membrane mukosa. Mendorong mengeluarkan sputum : penghisapan bila diindikasikan. Mengauskultasi bunyi napas, Mencatat area penurunan aliran udara dan/atau bunyi napas tambahan. Palpasi fremitus. Mengawasi tingkat kesadaran/status mental, Menyelidiki adanya perubahan. Mengevaluasi tingkat toleransi aktifitas, berikan lingkungan tenang dan kalem, batasi aktivitas pasien atau dorong untuk tidur dikursi selama fase akut. mengawasi tanda-tanda vital dan irama jantung.

Evaluasi
S : klien mengatakan sulit bernafas, kepala pusing. O : tampak sulit bernafas, tampak kebiruan pada daerah bibir, napas cepat dan pendek (dispnea), taktil fremitus meningkat, RR 32x/menit, tekanan darah 110/80 mmHg, keadaan umum lemah, oksigen terpasang 1-2 lliter/menit. A : masalah belum teratasi. P : rencana tindakan keperawatan dilanjutkan.

3.    Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik yang ditandai dengan klien sulit beraktivitas, aktivitas dibantu.

Implementasi Tanggal 31 Mei 2012 Jam 12.00 WIB

Meningkatkan tirah baring/duduk. Memberikan lingkungan yang tenang pada klien. Menggunakan perlengkapan khusus sesuai kebutuhan. Membantu klien dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Dalam pemberian obat-obatan/terapi medis.

Evaluasi

S : Klien mengatakan sulit beraktifitas. O : aktifitas dibantu keluarga dan perawat, keadaan umum lemah, oksigen terpasang 1-2 liter/menit, infus terpasang RL 20 tt/menit. A : masalah belum teratasi. P : perencanaan dilanjutkan.

4.    Gangguan pola istirahat berhubungan dengan nyeri kepala/pusing yang ditandai dengan klien tidak bisa tidur sudah 2 malam, klien tampak gelisah.



Implementasi Tanggal 31 Mei 2012 Jam 13.30 WIB

Melengkapi jadwal tidur secara teratur. Menganjurkan klien untuk menurunkan aktifitas mental/fisik sesaat sebelum tidur. memberikan makanan kecil pada sore hari, dan menganjurkan mandi, masase punggung sebelum tidur. Membatasi pengunjung sesuai kebutuhan. Mengkolaborasi Pemberian obat analgesic.

Evaluasi

S : klien mengatakan tidak bisa tidur sudah 2 malam, terutama dimalam hari, klien mengatakan kepala terasa pusing. O : klien tampak lemah, konjungtiva berwarna pucat, temperature 370C. A : masaah belum teratasi. P : tindakan dilanjutkan.

5.    Kurang pengetahuan mengenai kondisi tindakan berhubungan dengan keterbatasan kognitif.

Implementasi Tanggal 31 Mei 2012 Jam 14.30 WIB

Menjelaskan penjelasan proses penyakit individu, dorong orang terdekat untuk menyatakan pertanyaan. Menginstruksikan rasional untuk latihan napas, batuk efektif dan latihan kondisi umum. Meniskusikan obat pernapasan, efek samping , dan reaksi yang tak diinginkan. Menunjukkan tehnik penggunaan dosis inhaler seperti bagaimana memegang, interval semprotan 2-5 menit, bersihkan inhalel. Sistem alat untuk mencatat obat interminten/penggunaan dosis dari obat kalau perlu. menganjurkan menghindari agen sedative antiansieta kecuali diresepkan diberikan oleh dokter mengobati kondisi pernapasan. Menekankan pentingnya perawatan oral/kebersihan gigi. Mendiskusikan pentingnya menghindari orang yang sedang infeksi pernapasan aktif. Mendiskusikan factor individu yang meningkatkan kondisi mis. Udara terlalu kering, angin, lingkungan dengan suhu ekstrem serbuk. Mengkaji efek bahaya merokok dan nesehatkan menghentikan merokok pada pasien dan atau orang terdekat. Mendiskusikan pentingnya mengikuti perawatan medik, foto dada periodik. Mengkaji kebutuhan oksigen untuk pasien yang pulang dengan oksigen tambahan. Menganjurkan pasien terdekat dalam penggunaan oksigen aman. Merujuk untuk evaluasi keperawatan dirumah bila diindikasikan, berikan rencana pengkajian detail dasar fisik untuk perawatan dirumah sesuai kebutuhan pulang dari perawatan akut.

Evaluasi

S : klien dan keluarga mengatakan belum mengerti tentang penyakitnya. O : klien dan keluarga tampak masih bertanya tentang penyakitnya. A : masalah belum teratasi. P : intervensi dilanjutkan.


Implementasi Tanggal 01 Juli 2012 Jam 08.30 WIB

1.    Tak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan secret, sekresi kental dan tertahan yang ditandai dengan klien sulit bernafas dan sering batuk.

Mengauskultasi bunyi napas. mencatat adanya bunyi napas, mis mengi, krekels, ronki, mengkaji/pantau frekuensi pernapasan, catat rasio inspirasi ekspirasi. mencatat adanya/derajat dispnea, mis. Keluhan ”lapar udara” gelisah, ansietas, distres pernapasan, penggunaan otot bantu, meninggikan kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur, mempertahankan polusi lingkungan minimum, mis : debu, asap dan bulu bantal yang berhubungan dengan kondisi individu, mendorong/bantu latihan nafas abdomen atau bibir. mengobsevasi karakteristik batuk, mis : menetap, batuk pendek, basah. meningkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari sesuai toleransi jantung. Memberikan air hangat.

Evaluasi

S : klien mengatakan masih sulit bernapas dan batuk masih berdahak. O : dahak warna putih dan kental, suara pernapasan wheezing, RR 28x/menit. Temperature 370C. tekanan darah 110/80 mmHg. A : Masalah belum teratasi. P : perencanaan tidakan dilanjutkan.

2.    Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen, dan bronkospasme yang ditandai dengan nyeri dada, napas pendek.

Implementasi Tanggal 01 Juli 2012 Jam 09.30 WIB

Mengkaji frekuensi, kedalaman pernapasan. Meninggikan kepala tempat tidur, bantu klien untuk memilih posisi yng mudah untuk bernafas, mendorong nafas dalam perlahan atau nafas bibir sesuai kebutuhan individu. mengkaji/awasi secara rutin kulit dan warna membrane mukosa. mendorong mengeluarkan sputum : penghisapan bila diindikasikan. mengauskultasi bunyi napas, catat area penurunan aliran udara dan/atau bunyi napas tambahan. mengpalpasi fremitus. mengawasi tingkat kesadaran/status mental, selidiki adanya perubahan. mengevaluasi tingkat toleransi aktifitas, berikan lingkungan tenang dan kalem, batasi aktivitas pasien atau dorong untuk tidur dikursi selama fase akut. mengawasi tanda-tanda vital dan irama jantung.

Evaluasi

S : klien mengatakan sulit bernafas, kepala pusing. O : tampak sulit bernafas, taktil femitus meningkat, keadaan umum lemah, RR 28 x/menit oksigen terpasang 1-2 liter/menit.. A : masalah belum teratasi. P : rencana tindakan keperawatan dilanjutkan.

3.    Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik yang ditandai dengan klien sulit beraktivitas, aktivitas dibantu.

Implementasi Tanggal 01 Juli 2012 Jam 10.30 WIB

meningkatkan tirah baring/duduk. memberikan lingkungan yang tenang pad aklien. menggunakan perlengkapan khusus sesuai kebutuhan. membantu klien dalam melakukan aktifitas sehar-hari. memberikan pemberian obat-obatan/terapi medis.

Evaluasi

S : Klien mengatakan masih sulit beraktifitas. O : aktifitas dibantu keluarga dan perawat, keadaan umum lemah. A : masalah belum teratasi. P : perencanaan dilanjutkan.

4.    Gangguan pola istirahat berhubungan dengan nyeri kepala/pusing yang ditandai dengan klien tidak bisa tidur sudah 2 malam, klien tampak gelisah.


Implementasi Tanggal 01 Juli 2012 Jam 11.30 WIB

Melengkapi jadwal tidur secara teratur. menganjurkan klien untuk menurunkan aktifitas mental/fisik sesaat sebelum tidur. memberikan makanan kecil pada sore hari, dan menganjurkan mandi, masase punggung sebelum tidur. membatasi pengunjung sesuai kebutuhan. mengkolaborasi pemberian obat analgesic.

Evaluasi

S : klien mengatakan masih tidak bisa tidur sudah 2 malam, terutama dimalam hari, klien mengatakan kepala masih terasa pusing. O : klien tampak lemah, konjungtiva berwarna pucat, temperature 370C. A : masaah belum teratasi. P : tindakan dilanjutkan.

5.    Kurang pengetahuan mengenai kondisi tindakan berhubungan dengan keterbatasan kognitif.

Implementasi Tanggal 01 Juli 2012 Jam 13.00 WIB

menjelaskan penjelasan proses penyakit individu, dorong orang terdekat untuk menyatakan pertanyaan. menginstruksikan rasional untuk latihan napas, batuk efektif dan latihan kondisi umum. Mendiskusikan obat pernapasan, efek samping , dan reaksi yang tak diinginkan. menunjukkan tehnik penggunaan dosis inhaler seperti bagaimana memegang, interval semprotan 2-5 menit, bersihkan inhalel. Sistem alat untuk mencatat obat interminten/penggunaan dosis dari obat kalau perlu. menganjurkan menghindari agen sedative antiansieta kecuali diresepkan diberikan oleh dokter mengobati kondisi pernapasan. menekankan pentingnya perawatan oral/kebersihan gigi. mendiskusikan pentingnya menghindari orang yang sedang infeksi pernapasan aktif. mendiskusikan factor individu yang meningkatkan kondisi mis. Udara terlalu kering, angin, lingkungan dengan suhu ekstrem serbuk. mengkaji efek bahaya meroko dan nesehatkan menghentikan merokok pada pasien dan atau orang terdekat. mendiskusikan pentingnya mengikuti perawatan medik, foto dada periodik. mengkaji kebutuhan oksigen untuk pasien yang pulang dengan oksigen tambahan. menganjurkan pasien terdekat dalam penggunaan oksigen aman. merujuk untuk evaluasi keperawatan dirumah bila diindikasikan, berikan rencana pengkajian detail dasar fisik untuk perawatan dirumah sesuai kebutuhan pulang dari perawatan akut.

Evaluasi

S : klien dan keluarga mengatakan sudah mengerti sedikit tentang penyakitnya. O : klien dan keluarga tampak bertanya dan mendengarkan penjelasan tentang penyakitnya. A : masalah teratasi sebagian. P : intervensi dilanjutkan.


Implementasi Tanggal 02 Juni 2012

1.    Tak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan secret, sekresi kental dan tertahan yang ditandai dengan klien sulit bernafas dan sering batuk.

Implementasi Tanggal 02 Juni 2012 Jam 08.30 WIB

mengauskultasi bunyi napas. mencatat adanya bunyi napas, mis mengi, krekels, ronki, mengkaji/pantau frekuensi pernapasan, catat rasio inspirasi ekspirasi. mecatat adanya/derajat dispnea, mis. Keluhan ”lapar udara” gelisah, ansietas, distres pernapasan, penggunaan otot bantu, meninggian kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur, mepertahankan polusi lingkungan minimum, mis : debu, asap dan bulu bantal yang berhubungan dengan kondisi individu, mendorong/bantu latihan nafas abdomen atau bibir mengobsevasi karakteristik batuk, mis : menetap, batuk pendek, basah. meningkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari sesuai toleransi jantung. Memberikan air hangat.

Evaluasi

S : klien mengatakan sesak nya berkurang, batuk mulai berkurang namun masih berdahak. O : dahak warna putih dan kental, RR 26x/menit. Temperature 370C. tekanan darah 110/80 mmHg. A : Masalah teratasi sebagian. P : perencanaan tidakan dilanjutkan.

2.    Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen, dan bronkospasme yang ditandai dengan nyeri dada, napas pendek.

Implementasi Tanggal 02 Juni 2012 Jam 09.30 WIB

mengkaji frekuensi, kedalaman pernapasan. Meninggikan kepala tempat tidur, bantu klien untuk memilih posisi yng mudah untuk bernafas, mendorong nafas dalam perlahan atau nafas bibir sesuai kebutuhan individu. Mengkaji dan mengawasi secara rutin kulit dan warna membrane mukosa. mendorong mengeluarkan sputum : penghispan bila diindikasikan. mengauskultasi bunyi napas, catat area penurunan aliran udara dan/atau bunyi napas tambahan. Palpasi fremitus. mengawasi tingkat kesadaran/status mental, menyelidiki adanya perubahan. mengevaluasi tingkat toleransi aktifitas, memberikan lingkungan tenang dan kalem, batasi aktivitas pasien atau dorong untuk tidur dikursi selama fase akut. mengawasi tanda-tanda vital dan irama jantung.

Evaluasi

S : klien mengatakan masih sulit bernafas, nyeri dada berkurang, kepala tidak pusing lagi. O : tampak sulit bernafas, membrane mukosa lembab, warna kebiruan pada bibir keadaan umum lemah, oksigen terpasang 1-2 liter/menit. A : masalah teratasi sebagian. P : rencana tindakan keperawatan dilanjutkan.

3.    Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik yang ditandai dengan klien sulit beraktivitas, aktivitas dibantu.

Implementasi Tanggal 02 Juni 2012 Jam 10.30 WIB

meningkatkan tirah baring/duduk. memberikan lingkungan yang tenang pad aklien. menggunakan perlengkapan khusus sesuai kebutuhan. membantu klien dalam melakukan aktifitas sehar-hari. Dalam pemberian obat-obatan/terapi medis.

Evaluasi

S : Klien mengatakan sudah mampu beraktifitas sedikit. O : aktifitas dibantu keluarga dan perawat, keadaan umum lemah. A : masalah teratasi sebagian P : perencanaan dilanjutkan.

4.    Gangguan pola istirahat berhubungan dengan nyeri kepala/pusing yang ditandai dengan klien tidak bisa tidur sudah 2 malam, klien tampak gelisah.


Implementasi Tanggal 02 Juni 2012 Jam 11.30 WIB

melengkapi jadwal tidur secara teratur. menganjurkan klien untuk menurunkan aktifitas mental/fisik sesaat sebelum tidur. memberikan makanan kecil pada sore hari, dan menganjurkan mandi, masase punggung sebelum tidur. membatasi pengunjung sesuai kebutuhan. Kolaborasi Pemberian obat analgesic.

Evaluasi

S : klien mengatakan sudah bisa tidur walapun hanya 5 jam, klien mengatakan kepala tidak pusing lagi. O : klien tampak lemah, konjungtiva berwarna merah muda, temperature 370C. A : masalah teratasi sebagian. P : tindakan dilanjutkan.

5.    Kurang pengetahuan mengenai kondisi tindakan berhubungan dengan keterbatasan kognitif.

Implementasi Tanggal 02 Juni 2012 Jam 13.00 WIB

Menjelaskan penjelasan proses penyakit individu, dorong orang terdekat untuk menyatakan pertanyaan. menginstruksikan rasional untuk latihan napas, batuk efektif dan latihan kondisi umum. mendiskusikan obat pernapasan, efek samping , dan reaksi yang tak diinginkan. menunjukkan tehnik penggunaan dosis inhaler seperti bagaimana memegang, interval semprotan 2-5 menit, bersihkan inhalel. Sistem alat untuk mencatat obat interminten/penggunaan dosis dari obat kalau perlu. menganjurkan menghindari agen sedative antiansieta kecuali diresepkan diberikan oleh dokter mengobati kondisi pernapasan. menekankan pentingnya perawatan oral/kebersihan gigi. mendiskusikan pentingnya menghindari orang yang sedang infeksi pernapasan aktif. mendiskusikan faktor individu yang meningkatkan kondisi mis. Udara terlalu kering, angin, lingkungan dengan suhu ekstrem serbuk. mengkaji efek bahaya meroko dan nesehatkan menghentikan merokok pada pasien dan atau orang terdekat. mendiskusikan pentingnya mengikuti perawatan medik, foto dada periodik. mengkaji kebutuhan oksigen untuk pasien yang pulang dengan oksigen tambahan. menganjurkan pasien terdekat dalam penggunaan oksigen aman. merujuk untuk evaluasi keperawatan dirumah bila diindikasikan, berikan rencana pengkajian detail dasar fisik untuk perawatan dirumah sesuai kebutuhan pulang dari perawatan akut.

Evaluasi

S : klien dan keluarga mengatakan sudah mengerti tentang penyakitnya. O : klien dan keluarga tampak tidak bertanya-tanya lagi tentang penyakitnya. A : masalah teratasi. P : intervensi dihentikan.





BAB IV
PEMBAHASAN


Pada bab ini penulis membahas tentang kesenjangan-kesenjangan yang penulis dapat antara tinjauan teoritis dengan tinjaun kasus melalui proses asuhan keperawatan yang diberikan kepada Ny. W dengan asma bronkhiale selama 3 tiga hari yang penulis uraikan berdasarkan pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi


A.  Pengkajian


Pengkajian pada tinjauan teoristis didapatkan data-data pada klien asma bronkhiale sebagai berikut : keleithan, gelisah, insomnia, kelemahan umum/kehilangan massa otot, peningkatan TD. Peningkatan frekuensi jantung/takikardia berat, disritmia. Distensi vena leher (penyakit berat). Edema dependen, tidak berhubungan dengan penyakit jantung. Bunyi jantung reduk, Warna kulit/membrane glukosa : normal atau abu-abu/sianosis : kuku tabuh dan sianosis perifer. Pucat dapat menunjukkan anemia, ansietas, ketakutan, peka rangsang, mual/muntah. Nafsu makan buruk/anoreksia, Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan, Penurunan berat badan, turgor kulit buruk, edema dependen, berkeringat, penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan melakukan aktivitas sehari-hari, nafas pendek, rasa tertekan dada, ketidakmampuan untuk bernafas, Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari, selama minimum 3 bulan berturut-turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun, produksi sputum, Lebih memilih posisi tiga titik (tripot) untuk bernapas (khususnya dengan eksaserbasi akut bronchitis kronis). Penggunaan otot bantu pernapasan, Bunyi napas mengi, Kesulitan bicara kalimat atau lebih dari 4 atau 5 sekaligus, Warna : pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku, Riwayat reaksi alergi atau sensitive terhadap zat/factor lingkungan, Penurunan libido, Keterbatasan mobilitas fisik, kesulitan menghentikan merokok, penggunaan alkohol secara teratur.

Sedangkan pada tinjauan kasus berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada Ny. W penulis mendapakan beberapa data baik data subjektif maupun data objektif yaitu klien mengeluh sesak (sulit bernafas) batuk berdahak berwarna putih kental, tidak bisa tidur sudah 2 malam karena kepala terasa pusing, klien mengatakan sulit tidur terutama pada malam hari, klien mengatakan belum pernah dirawat di rumah sakit, selama 6 bulan terakhir ini, Klien mengatakan sesak jika melakukan aktivitas. Klien dan keluarga belum mengerti tentang penyakit yang sedang dialaminya, klien mengatakan aktifitas dibantu seperti berjalan, memakai pakaian dan mandi, TTV : nadi 90x/menit Respirasi 32x/menit, temperature 370C, sputum warna putih kental, auskultasi paru : Whezing, O2 terpasang 1-2 liter/ menit, infus terpasang RL 20tt/menit, klien tampak kebiru-biruan pada daerah bibir, taktil femitus meningkat, keadaan umum lemah klien tampak cepat lelah dalam melakukan aktifitas, makanan yang disajikan dihabiskan, kadang-kadang mual, berat badan 53 kg, tinggi badan 147 cm, pernafasan cepat, tampak aktifitas dibantu, kongjungtiva pucat.


Perbedaan antara pengkajian tinjauan teoritis dan tinjuan kasus adalah tidak didapatkan data pada Ny. W seperti cemas tetapi hanya didapatkan data yang menunjukkan bahwa klien kurang pengetahuan yang ditandai dengan keluhan. Klien dan keluarga belum mengerti tentang penyakit yang sedang dialaminya. Dan tidak ditemukan data Kesulitan bicara kalimat atau lebih dari 4 atau 5 sekaligus pada tinjauan kasus karena penulis menilai klien dapa berbicara dengan menggabungkan beberapa kalimat untuk menjawab beberapa pertanyaan mengenai gejala-gejala klinis yang di alami oleh klien. peningkatan TD dan peningkatan frekuensi jantung tidak penulis temukan pada tinjauan kasus Ny. W hal ini dibuktikan oleh pada pemeriksaan umum penulis menemukan bahwa tekanan darah klien adalah 110/80mmHg dan pada pemeriksaan jantung penulis menemukan Polsus apical rate regular (teratur) dengan nadi kiri 90x/menit, auskultasi jantung tidak ada oedema, perfusi kulit hangat, hanya saja pada bibir klien terlihat warna kebiruan. Distensi vena leher tidak didapatkan data pada klien Ny. W hal ini karena klien Ny. W mengatakan bahwa ia baru 6 bulan terakhir ini menderita asma atau sejak tiga minggu yang lalu klien mengatakan sesak dan batuknya lebih sering timbul. Dan kesulitan menghentikan merokok, penggunaan alkohol secara teratur pada riwayat penyakit klien justru didapakan data bahwa klien sama sekali tidak pernah merokok dan minum alkohol akan tetapi klien tinggal dilingkungan yang mayoritas penduduknya adalah perokok dan hal ini mempunyai pengaruh yang sangat buruk terhadap kesehatan klien seperti yang kita ketahui bahwa perokok pasif lebih rentan terpengaruhi kondisi kesehatanya dari pada perokok aktif.

B.  Diagnosa keperawatan


Diagnosa keperawatan yang terdapat pada tinjauan teoritis adalah Takefektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi secret, bronkospasme, sekresi tertahan, tebal, kelemahan. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen (obstruksi jalan napas oleh sekresi, spasme kerusakan alveoli) ditandai dengan dispnea, bingung, gelisah, ketidakmampuan membuang secret. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan efek samping obat, anoreksia, mual/muntah. Ditandai dengan penurunan berat badan. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidakadekuatnya pertahan utama, tidak adekuatnya imunitas. Kurang pengetahuan, kondisitindakan berhubungan dengan kurang informasi/tidak mengenal sumber informasi.

Sedangkan diagnosa keperawatan yang muncul atau penulis tegakkan pada tinjauan kasus klien Ny. W adalah Tak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan sekret, sekresi kental dan tertahan yang ditandai dengan klien sulit bernafas dan sering batuk. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen, dan bronkospasme yang ditandai dengan nyeri dada, napas pendek. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik yang ditandai dengan klien sulit beraktivitas, aktivitas dibantu. Gangguan pola istirahat berhubungan dengan nyeri kepala/pusing yang ditandai dengan klien tidak bisa tidur sudah 2 malam, klien tampak gelisah. Kurang pengetahuan mengenai kondisi tindakan berhubungan dengan keterbatasan kognitif.

Sedang kan perbedaan antara tinjaua teoritis dan tinjauan kasus yang tidak dikemukakan pada tinjauan teoritis oleh Doengoes (2000) tentang muncul nya diagnosa keperawatan Gangguan pola istirahat berhubungan dengan nyeri kepala/pusing, diagnosa tersebut penulis angkat berdasarkan data data yang sangat mendukung yang didapatkan pada tahap pengkajian yaitu adanya keluhan klien dengan mengatakan klien tidak bisa tidur sudah dua malam terakhir dan pada pemeriksaan fisik penulis juga menemukan data klien terlihat lemah dan konjungtiva klien pucat. Dan penulis tidak megakkan dianosa Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahan utama, tidak adekuatnya imunitas yang dikemukan oleh Doengoes (2000) karena penulis tidak menemukan adanya tanda tanda akan terjadinya infeksi dan juga kebersihan perorangan pasien pun sangat diperhatikan oleh pasien dan keluarga pasien.


C.  Perencanaan asuhan keperawatan


Secara umum perencanaan keperawatan pada tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus adalah sama. Dimana perencanaan asuhan keperawatan bertujuan untuk mengembalikan bersihan nafas, menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat dan bebas distres pernafasan, aktivitas dapat dipenuhi, pola tidur klien tidak terganggu, menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan. Perencanaan asuhan keperawatan tersebut telah disesuaikan dengan prioritas masalah untuk memenuhi kebutuhan klien Ny. W selama dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Cut Mutia Kabupaten Aceh Utara yang dilakukan selama 3 hari berturut-turut oleh penulis.

Adapun intervensi yang telah penulis rencanakan pada klien Ny. W untuk diagnosa Tak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan secret, sekresi kental dan tertahan yang ditandai dengan klien sulit bernafas dan sering batuk. Bertujuan untuk Mempertahankan jalan nafas pasien. Mengeluarkan secret tanpa bantuan dan mengharapkan klien mampu mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi napas. Mis : batuk efektif dan mengeluarkan sekret. Untuk Diagnosa Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen, dan bronkospasme yang ditandai dengan nyeri dada, napas pendek bertujuan untuk tanda-tanda vital dalam batas normal dengan Kriteria hasil klien menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas dari geja distre pernapasan. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik yang ditandai dengan klien sulit beraktivitas, aktivitas dibantu bertujuan untuk memenuhi aktivitas klien Dengan kriteria setelah pelaksanaan klien sudah dapat beraktifitas seprti biasanya. Gangguan pola istirahat berhubungan dengan nyeri kepala/pusing yang ditandai dengan klien tidak bisa tidur sudah 2 malam, klien tampak gelisah dengan Tujuan pola tidur klien tidak terganggu dan mengharapkan klien melaporkan dapat istirahat tidur dengan tenang. Kurang pengetahuan mengenai kondisi tindakan berhubungan dengan keterbatasan kognitif dengan tujuan klien mampu memahami kondisi/proses penyakit dan tindakan yang diberikan dan mengharapkan stelah pelaksanaan klien menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan.


D.  Pelaksanaan keperawatan


Pelaksanaan tindakan perawatan pada klien Asma bronkiale terutama ditujukan untuk mengatasi. Diagnosa keperawatan 1 : takefektif bersihan jalan nafas. Menginstruksikan klien agar nafas dalam dan perlahan sambil duduk setegak mungkin, pemberian obat oral (ambroksol dosis 3x1), menginstruksikan agar klien agar tarik nafas dan tahan selama 3-5 setik dan hembuskan secara perlahan melalui mulut, menganjurkan klien untuk menggunakan nafas diafragmatik, mengajarkan klien untuk batuk efektif. Diagnosa keperawatan 2 : kerusakan pertukaran gas. Meningkatkan kepala tempat tidur, membantu klien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernafas, mengkaji frekuensi, kedalaman pernafasan. Diagnosa keperawatan 3 : keterbatasan aktifitas. Menciptakan suasana/lingkungan yang tenang, membantu klien dalam melakukan aktifitas yaitu membantu klien berjalan kekamar mandi, memberikan obat oral (B Komplek dosis 3x1),menganjurkan klien untuk menggunakan perlengkapan khusus sesuai kebutuhan. Diagnosa keperawatan 4 : gangguan pola istirahat. Membuat jadwal tidur klien secara teratur, menganjurkan klien untuk menurunkan aktifitas mental/fisik sesaat belum waktu tidur, membrikan obat oral (asam mefenamat dosis 3x1). Diagnosa keperawatan 5 : kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan, menjelaskan proses penyakit individu, mengintruksikan untuk latihan nafas dalam, mendiskusikan obat pernafasan, efek samping dan reaksi yang tak di inginkan.

Dalam melaksanakan tindakan asma bronkiale dibutuhkan kerja sama yang baik antara perawat dan klien atau keluarganya dan tim kesehatan lainnya sehingga hasil diharapkan dapat tercapai sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Akan tetapi ada tindakan-tindakan yang tidak penulis lakukan sesuai dengan perencanaan seperti Diagnosa keperawatan 2 : auskultasi bunyi nafas, evaluasi tingkat toleransi aktifitas, berikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi. Diagnosa keperawatan 3 : tingkatkan tirah baring, karena pada saat pengkajian klien sudah tirah baring sehingga penulis tidak melakukan intervensi ini. Diagnosa keperawatan 4 : berikan makanan pada sore hari dan menganjurkan mandi, masase punggung sebelum tidur, karena nafsu makan klien tidak terganggu, tidak mengalami anoreksia. Diagnosa keperawatan 5 : diskusikan pentingnya menghindari orang yang sedang infeksi pernafasan aktif, diskusikan faktor individu yang meningkatkan pada klien. Karena efek bahaya merokok dan nasehatkan menghentikan merokok penyakitnya yaitu. Karena klien sudah mengerti tentang penyakit dan cara pencegahan penyakitnya yaitu dengan cara menghindari dari orang yang sedang terinfeksi pernafasan aktif.





E.  Evaluasi


Dari hasil evaluasi yang dialkukan setiap hari untuk mengetahui berhasil tidaknya pemecahan masalah, ternyata hasilnya semua masalah pada klien Ny. W tidak teratasi atau teratasi sebagaian. Adapun masalah yang telah teratasi seperti Kurang pengetahuan mengenai kondisi tindakan berhubungan dengan keterbatasan kognitif dengan kriteria hasil klien dan keluarga menyatakan pemahamannya terhadap penyakit yang diderita klien.

Dan masalah yang belum teratasi atau pun tertasi sebagian adalah Tak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan secret, sekresi kental dan tertahan yang ditandai dengan klien sulit bernafas dan sering batuk, Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen, dan bronkospasme yang ditandai dengan nyeri dada, napas pendek, Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik yang ditandai dengan klien sulit beraktivitas, aktivitas dibantu, Gangguan pola istirahat berhubungan dengan nyeri kepala/pusing yang ditandai dengan klien tidak bisa tidur sudah 2 malam, klien tampak gelisah. Hal yang menyebabkan beberapa diagnosa belum teratasi atau teratasi sebagian karena terbatasnya waktu bagi penulis dan kemudian penulis menunjukkan perawat ruangan paru untuk melanjutkan rencana keperawatan yang telah penulis susun berdasarkan prioritas masalah klien.



BAB V
PENUTUP


Pada bab ini penulis akan meringkaskan berupa kesimpulan dari keseluruhan isi Bab I sampai dengan Bab IV dan memberikan saran kepada semua pihak yang terlibat dalam proses asuhan keperawatan yang penulis berikan pada klien Ny.W dengan asma bronkiale diruang perawatan Paru Rumah Sakit Umum Daerah Cut Mutia selama 3 hari mulai tanggal 31Mei sampai dengan 02 Juni 2012.


A.  Kesimpulan


1.    Pengkajian pada klien Ny. W dengan asma bronkhiale jika dibandingkan dengan pengkajian pada tinjaun teoritis penulis mendapatkan hasil yang sedikit berbeda antara tinjauan teoritis dan tinjauan kasus.

2.    Diagnosa keperawatan yang muncul pada tinjauan kasus klien Ny. W terdapat beberapa perbedaan antara tinjauan kasus dengan tinjauan teoritis namun tidak menyulitkan penulis untuk merencanakan intervensi keperawatan yang penulis rencanakan terhadap kepada Ny. W dengan Asma bronkhiale.

3.    Intervensi yang penulis rencanakan kepada Ny. W dengan Asma bronkhiale berdasarkan prioritas masalah keperawatan, dimana masalah aktual yang lebih diprioritaskan.

4.    Implementasi keperawatan yang penulis lakukan terhadap Ny. W dengan Asma bronkhiale berdasarkan rencana tindakan yang telah penulis intervensikan namun tidak semua dapat terlaksanakan karena faktor eksternal dan faktor internal seperti kurang atau terbatasnya waktu dan instrument di rumah sakit tersebut.

5.    Evaluasi tahap akhir pada klien Ny. W dengan Asma bronkhiale terdapat beberapa masalah yang teratasi dan juga yang belum terasi sepnuhnya atau teratasi sebagian.


B.  Saran-saran

1      Bagi klien dengan masalah kesehatan asma bronkhiale hendaknya untuk meningktkan perhatian terhadap kondisi lingkungan yang aman bagi klien seperti kebersihan lingkungan terhadap debu, bulu binatang dan sari bunga dan perubahan cuaca yang ektrem.

2      Penulis/perawat peneliti hendaknya meningkatkan kulitas literatur Bab I dan Bab II dengan referensi buku terbaru minimal lima tahun kebelakang dari tahun 2012.

3      Profesi perawat dan Perawat pemberi asuhan keperawatan khususnya masalah kesehatan klien dengan asma bronkhiale hendakanya sangat memperhatikan kondisi lingkungan klien, sterilisasi instrument dan tindakan untuk menghindari resiko terjadinya komplikasi yang serius.

4      Pihak rumah sakit khususnya Rumah Sakit Umum Daerah Cut Mutia untuk meningkatkan fasilitas kebutuhan klien dan kebutuhan tenaga medis dan para medis seperti kelengkapan ruangan rawat inap, instrument laboratorium dan fisioterapi.

5      Pihak Akademi Kesehatan Pemerintah kabupaten aceh utara untuk menigkatkan fasilitas pada laboratorium dan perpustakaan untuk memperhatikan referensi buku terbaru.


Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Contoh KTI Asuhan Keperawatan Pada Ny. W dengan Asma Bronkhial"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel