LAPORAN PENDAHULUAN (LP) VERTIGO TERBARU DAN LENGKAP
6:51:00 AM
2 Comments
Sebelum anda membuat Laporan Penduhuluan pada Kasus Vertigo maka terlebih dahulu hendaknya kita melihat latar belakangnya dulu.
LATAR BELAKANG VERTIGO
Vertigo
merupakan kasus yang sering ditemui. Secara tidak langsung kitapun pernah
mengalami vertigo ini. Kata vertigo berasal dari bahasa Yunani “vertere” yang
artinya memutar. Vertigo termasuk kedalam gangguan keseimbangan yang dinyatakan
sebagai pusing, pening, sempoyangan, rasa seperti melayang atau dunia seperti
berjungkir balik. Kasus vertigo di Amerika adalah 64 orang tiap
100.000, dengan presentasi wanita lebih banyak daripada pria. Vertigo juga
lebih sering terdapat pada Usia yang lebih tua yaitu diatas 50 tahun.
Vertigo
merupakan salah satu kelainan yang dirasakan akibat manifestasi dari kejadian
atau trauma lain. Misalnya adanya cidera kepala ringan. Salah satu akibat dari
kejadian atau trauma tersebut ialah seseorang akan mengalami vertigo. Kasus ini
sebaiknya harus segera ditangani, karena jika dibiarkan begitu saja akan
menggangu system lain yang ada di tubuh dan juga sangat merugikan klien karena
rasa sakit atau pusing yang begitu hebat. Terkadang klien dengan vertigo ini
sulit untuk membuka mata karena rasa pusing seperti terputar-putar. Ini
disebabkan karena terjadi ketidakseimbangan atau gangguan
orientasi.
Oleh karena
itu, pembelajaran mengenai vertigo beserta asuhan keperawatannya dirasa sangat
penting dan perlu. Dengan memiliki pengetahuan yang baik beserta pemberian
asuhan keperawatan yang benar, maka diharapkan agar kasus vertigo
ini dapat berkurang dan masyarakat bisa mengetahui akan kasus vertigo ini dan
bisa mengantisipati akan hal tersebut.
A. Konsep Dasar Vertigo
Vertigo adalah suatu gejala dengan sensasi diri
sendiri atau sekeliling terasa berputar yang terjadi secara tiba-tiba. Ada
kondisi vertigo yang ringan serta tidak terlalu terasa dan ada yang parah
sehingga menghambat rutinitas.
Serangan vertigo bisa
bervariasi, mulai dari pusing yang ringan dan muncul secara berkala hingga yang
parah dan berlangsung lama. Serangan yang parah bisa terus berlangsung
selama beberapa hari sehingga penderitanya tidak bisa beraktivitas dengan normal
Vertigo dapat adalah salah satu bentuk gangguan keseimbangan dalam telinga bagian
dalam sehingga menyebabkan penderita merasa pusing dalam artian keadaan atau
ruang di sekelilingnya menjadi serasa 'berputar' ataupun melayang. Vertigo
menunjukkan ketidakseimbangan dalam tonus vestibular. Hal ini dapat terjadi
akibat hilangnya masukan perifer yang disebabkan oleh kerusakan pada labirin
dan saraf vestibular atau juga dapat disebabkan oleh kerusakan
unilateral dari sel inti vestibular atau aktivitas vestibulocerebellar.
Vertigo adalah sensasi berputar atau pusing yang
merupakan suatu gejala, penderita merasakan benda-benda disekitarnya bergerak
gerak memutar atau bergerak naik turun karena gangguan pada sistem
keseimbangan. (Arsyad Soepardi efiaty dan Nurbaiti, 2002)
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI VERTIGO
System syaraf dibagi menjadi dua sistem syaraf
pusat yang terdiri dari otak dan medula spinalis dan system syaraf
perifer terdiri dari: saraf kranial dan syaraf spinal.
1. Jaringan syaraf
a. Neuron
Susunan saraf pusat manusia mengandung sekitar 100
miliar neuron. Neuron adalah suatu sel saraf dan merupakan unit anatomis dan
fungsional system persyarafan. Biasanya terdiri dari dendrit sebagai bagian peneriman rangsangan
dari saraf – saraf lain; badan sel yang mengandung inti sel; akson yang menjadi
perpanjangan atau serat tempat lewatnya sinyal yang dicetuskan di dendrit dan
badan sel: serta terminal sel; serta terminal akson yang menjadi pengirim
sinyal untuk disampaikan ke dendrit atau badan sel neuron kedua dan apabila
disusunan saraf perifer, sinyal disampaikan ke sel otot atau kelenjar. (Arif Muttaqin, 2008, hlm. 2)
Neuron – neuron yang membawa informasi dari susunan
saraf perifer ke sentral disebut neuron sensorik atau aferen. Neuron yang
membawa informasi keluar dari susunan saraf pusat ke berbagai organ sasaran
(suatu sel otot atau kelenjar) disebut neuron motorik atau eferen. Kelompok
ketiga yang membawa sebagian besar neuron susunan saraf pusat, menyampaikan
pesan – pesan antara neuron aferen dan eferen, neuron ini disebut interneuron.
(Arif Muttaqin, 2008, hlm. 3)
b. Transmisi sinap
Neuron menyalurkan sinyal – sinyal saraf ke seluruh tubuh. Kejadian listrik ini yang kita kenal dengan impuls saraf. Impuls saraf bersifat listrik di sepanjang neuron dan bersifat kimia di antara neuron. (Arif Muttaqin, 2008,
hlm. 4)
c. Neutransmiter
Neurotrasmiter merupakan zat kimia yang disintesis dalam neuron dan
disimpan dalam gelembung sinaps pada ujung akson. (Arif Muttaqin, 2008, hlm. 4)
2. Sistem Syaraf Pusat
a. Otak
Otak merupakan jaringan yang paling banyak memakai energi dalam seluruh
tubuh manusia dan terutama berasal dari proses metabolisme oksidasi glukosa. Metabolisme otak merupakan proses tetap dan kontinue, tanpa ada masa
istirahat. Bila aliran darah berhenti selama 10 detik saja, maka kesadaran
mungkin sudah akan hilang, dan penghentian dalam beberapa menit saja dapat
menimbulkan kerusakan yang tidak irreversible. (Valeria C. Scanlon Tina Sanders, 2006, hlm. 157)
b. Cerebrum
Menurut Arif Muttaqin, (2008, hlm. 9) Cerebrum adalah bagian otak yang
paling besar, kira-kira 80% dari berat otak. Cerebrum mempunyai dua hemisfer
yang dihubungkan oleh Korpus Kallosum yaitu hemisfer substansia alba, yang
menghubungkan bagian – bagian otak dengan bagian yang lain dan substansia
grisea yang terdapat diluar terbentuk dari badan – badan sel saraf. Keempat lobus serebrum yaitu lobus frontal, parietal, temporal dan
oksipital
1) Lobus Prontal :Berfungsi sebagai aktivitas
motorik, fungsi intelektual, emosi dan fungsi fisik. Pada bagian prontal kiri
terdapat Area Broca yang berfungsi sebagai pusat motorik bahasa dan
mengontrol ekspirasi bicara.
2) Lobus parietal :Terdapat sensasi
primer dari korteks berfungsi sebagai proses input sensori, sensasi posisi,
sensasi raba, tekan, perubahan suhu ringan dan pendengaran.
3) Lobus temporal :Mengandung area
auditorius, tempat tujuan area asosiasi primer untuk informasi auditorik
dan mencakup Area Wernicke tempat interpretasi bau dan penyimpanan
bahasa.
4) Lobus occipital:Mengandung area
visual otak, berfungsi sebagai penerima informasi dan menafsirkan warna refleks
visual. Lobus ini menerima informasi yang berasal dari retina mata.
c. Batang Otak : Menurut Arif
Muttaqin, (2008. Hlm 12-14) Batang otak terdiri dari otak tengah atau
Mesencephalon, pons dan medula oblongata, berfungsi pengaturan reflek untuk
fungsi vital tubuh
1) Otak tengah : berfungsi sebagai
kontrol refleks pergerakan mata akibat adanya stimulus pada nervus kranial III
dan IV,
2) Pons: Menghubungkan otak
tengah dengan medula oblongata, berfungsi sebagai pusat-pusat refleks
pernafasan.
3) Medula oblongata : Mengandung pusat
reflek yang penting untuk jantung, vasokontriktor, pernafasan, bersin, menelan,
batuk, muntah, sekresi saliva. saraf kranial IX, X, XI dan XII keluar dari
medula oblongata.
d. Cerebellum
Besarnya kira-kira ¼ dari cerebrum, antara cerebellum dan cerebrum
dibatasai oleh tentorium serebri. Fungsi utama cerebrum koordinasi aktivitas
muskuler: kontrol tonus otot, mempertahankan postur dan keseimbangan dan
melakukan program akan gerakan – gerakan pada keadaan sadar dan tidak sadar.
(Arif Muttaqin, 2008, hlm. 11)
a.
Hipotalamus
Berfungsi memproduksi Anti Diuretik Hormon, mengatur suhu tubuh, mengatur
asupan makanan, mengatur aktivitas organ, seperti jantung, pembuluh darah dan
usus, merangsang respons organ viseral selama dalam kondisi emosional, mengatur
ritme tubuh seperti siklus tidur, perubahan mood dan kesiagaan mental. (Valeria
C. Scanlon Tina Sanders, 2006, hlm. 159).
b.
Thalamus
Terletak diatas hipotalamus dibawah serebrum, fungsi thalamus serkait
dengan sensasi pengindraan sehingga serebrum akan memahami secara keseluruhan.
(Valeria C. Scanlon Tina Sanders, 2006, hlm. 160)
c.
Sirkulasi serebral
Suzzane C. Smelzzer, dkk, (2001, hlm. 2078) menjelaskan Sirkulasi serebral. Sirkulasi serebral menerima kira – kira 20% dari curah jantung atau 750 ml
permenit.
Darah arteri yang disulai ke otak berasal dari dua arteri karotis internal dan dua arteri vertebral dan meluas ke sistem percabangan. Karotis internal dibentuk dari percabangan dua karotis dan memberikan sirkulasi darah otak bagian anterior. Arteri – arteri
vertebral adalah cabang dari arteri subklavia, mengalir ke belakang dan naik
pada satu sisi tulang (Lihat pada gambar 2. 4) belakang bagian vertikal dan masuk tengkorak
melalui foramen magnum. Kemudian saling berhubungan menjadi arteri
basilaris pada batang otak. Arteri vertebrobasialis paling banyak menyuplai
darah ke otak bagian posterior. Arteri basilaris membagi menjadi dua cabang
pada arteri serebralis bagian posterior.
Pada dasar otak di sekitar kelenjar hipofisis,
sebuah lingkaran arteri terbentuk diantara rangkaian arteri karotis internal dan vertebral. Lingkaran ini disebut sirkullus willisi (Lihat gambar 2.5) yang dibentuk dari cabang – cabang arteri karotis internal, anterior dan
arteri serebral bagian tengah dan arteri penghubung anterior dan posterior.
Aliran darah dari sirkulus willisi secara langsung mempengaruhi
sirkulasi anterior dan posterior serebral, arteri – arteri pada sirkulus willisi memberi rute alternatif pada aliran darah jika salah satu peran arteri mayor tersumbat.
Sirkulus Willisi dan beberapa variasi
anatomik yang sering dijumpai. Anormali diberi tanda panah. A. Sirkulus willisi yang normal. B. Reduplikasi arteri komunikans
anterior. C. Arteri
serebri anterior yang menyempit seperti tali. D. Arteria komunikans posterior yang menyempit seperti tali. E. Arteria serebri posterior yang
secara embrionik berasal dari arteri interna. ACA. Arteria serebri anterior. AcomA, arteria komunikans anterior. MCA, arteria serebri media. ICA, arteria korotis interna. PcomA, arteria komunikans posterior. PCA, arteria serebri posterior. SCA, arteri serebri superior. BA, arteria basilaris. AICA, arteri serebralis inferior
anterior. PICA,arteri
serebralis inferior posterior. VA, arteria vertebralis
Jika arteri tersumbat karena spasme vaskuler, emboli atau karena trombus,
dapat menyebabkan sumbatan aliran darah ke distal neuron – neuron dan
mengakibatkan sel neuron cepat nekrosis. Keadaan ini mengakibatkan stroke
(cedera serebrospinal atau infark). Pengaruh sumbatan pembuluh darah tergantung
pada pembuluh darah dan pada daerah otak yang terserang.
d. Medula Spinalis
Medula Spinalis atau sum-sum tulang
belakang bermula pada medula oblongata. Fungsi medula spinalis sebagai
gerakan otot tubuh dan pusat refleks.
3. Sistem Saraf
Perifer
Sistem Saraf Perifer terbagi atas Saraf Spinal dan Saraf
Kranial
a. Saraf Spinal
Terdiri atas 31 pasang Saraf Spinal yang terbagi atas :
1) 8 pasang Saraf Servikal
2) 12 pasang Saraf Torakal
3) 5 pasang Saraf lumbal
4) 5 pasang Saraf Sacral
5) 1 pasang Saraf Coccigeal
b. Saraf Kranial
Menurut Sylvia A. Price, dkk, (2006, hlm. 1034), bahwa ada 12 saraf
kranial yang masing-masing terbagi berdasarkan fungsinya masing-masing,
diantaranya adalah:
C. Etiologi Vertigo
1. Otologi 24-61%
kasus, a) Benigna Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV), b) Meniere Desease c) Parese N VIII
Uni/bilateral, d) Otitis Media
2. Neurologik 23-30% kasus. a) Gangguan
serebrovaskuler batang otak/ serebelum. b) Ataksia karena neuropati. c) Gangguan visus. d) Gangguan serebelum. e) Gangguan sirkulasi LCS. f) Multiple sklerosis. g) Vertigo servikal
3. Interna kurang lebih 33%
karena gangguan kardiovaskuler. a) Tekanan darah
naik turunb) Aritmia kordis. c) Penyakit koroner.
d) Infeksi. e) <
glikemia. f) Intoksikasi Obat: Nifedipin, Benzodiazepin, Xanax,
4. Psikiatrik > 50% kasus; a) Depresi, b) Fobia, c) Anxietas, d) Psikosomatis
5. Fisiologik Melihat turun
dari ketinggian.
D. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis
pada klien dengan vertigo yaitu Perasaan berputar yang kadang-kadang disertai
gejala sehubungan dengan reak dan lembab yaitu mual, muntah, rasa kepala berat,
nafsu makan turun, lelah, lidah pucat dengan selaput putih lengket, nadi lemah,
puyeng (dizziness), nyeri kepala, penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit, mata
merah, mudah tersinggung, gelisah, lidah merah dengan selaput tipis.
Pasien Vertigo akan
mengeluh jika posisi kepala berubah pada suatu keadaan tertentu. Pasien akan
merasa berputar atau merasa sekelilingnya berputar jika akan ke tempat tidur,
berguling dari satu sisi ke sisi lainnya, bangkit dari tempat tidur di pagi hari,
mencapai sesuatu yang tinggi atau jika kepala digerakkan ke belakang. Biasanya
vertigo hanya berlangsung 5-10 detik. Kadang-kadang disertai rasa mual dan
seringkali pasien merasa cemas.Penderita biasanya dapat mengenali keadaan ini
dan berusaha menghindarinya dengan tidak melakukan gerakan yang dapat
menimbulkan vertigo. Vertigo tidak akan terjadi jika kepala tegak lurus atau
berputar secara aksial tanpa ekstensi, pada hampir sebagian besar pasien,
vertigo akan berkurang dan akhirnya berhenti secara spontan dalam beberapa hari
atau beberapa bulan, tetapi kadang-kadang dapat juga sampai beberapa tahun.
Pada anamnesis,
pasien mengeluhkan kepala terasa pusing berputar pada perubahan posisi kepala
dengan posisi tertentu. Secara klinis vertigo terjadi pada perubahan posisi
kepala dan akan berkurang serta akhirnya berhenti secara spontan setelah
beberapa waktu. Pada pemeriksaan THT secara umum tidak didapatkan kelainan
berarti, dan pada uji kalori tidak ada paresis kanal.
Uji posisi dapat
membantu mendiagnosa vertigo, yang paling baik adalah dengan melakukan manuver
Hallpike : penderita duduk tegak, kepalanya dipegang pada kedua sisi oleh
pemeriksa, lalu kepala dijatuhkan mendadak sambil menengok ke satu sisi. Pada
tes ini akan didapatkan nistagmus posisi dengan gejala :
1. Penderita
vertigo akan merasakan sensasi gerakan seperti berputar, baik dirinya sendiri
atau lingkungan
2. Merasakan mual
yang luar biasa
3. Sering muntah
sebagai akibat dari rasa mual
4.Gerakan mata yang
abnormal
5.Tiba - tiba muncul
keringat dingin
6.Telinga sering
terasa berdenging
7.Mengalami kesulitan
bicara
8.Mengalami kesulitan
berjalan karena merasakan sensasi gerakan berputar
9. Pada keadaan
tertentu, penderita juga bisa mengalami ganguuan penglihatan
E. Komplikasi
1. Cidera fisik
Pasien dengan vertigo
ditandai dengan kehilangan keseimbangan akibat terganggunya saraf VIII
(Vestibularis), sehingga pasien tidak mampu mempertahankan diri untuk tetap
berdiri dan berjalan.
2. Kelemahan
otot
Pasien yang mengalami
vertigo seringkali tidak melakukan aktivitas. Mereka lebih sering untuk
berbaring atau tiduran, sehingga berbaring yang terlalu lama dan gerak yang
terbatas dapat menyebabkan kelemahan otot.
F. Patofisiologi dan Pathway
Vertigo disebabkan dari berbagai hal antara lain dari otologi seperti
meniere, parese N VIII, otitis media. Dari berbagai jenis penyakit yang terjadi
pada telinga tersebut menimbulkan gangguan keseimbangan pada saraf ke VIII,
dapat terjadi karena penyebaran bakteri maupun virus (otitis media).
Selain dari segi otologi, vertigo juga disebabkan karena neurologik.
Seperti gangguan visus, multiple sklerosis, gangguan serebelum, dan penyakit
neurologik lainnya. Selain saraf ke VIII yang terganggu, vertigo juga diakibatkan
oleh terganggunya saraf III, IV, dan VI yang menyebabkan terganggunya
penglihatan sehingga mata menjadi kabur dan menyebabkan sempoyongan jika
berjalan dan merespon saraf ke VIII dalam mempertahankan keseimbangan.
Hipertensi dan tekanan darah yang tidak stabil (tekanan darah naik turun).
Tekanan yang tinggi diteruskan hingga ke pembuluh darah di telinga, akibatnya
fungsi telinga akan keseimbangan terganggudan menimbulkan vertigo. Begitupula
dengan tekanan darah yang rendah dapat mengurangi pasokan darah ke pembuluh
darah di telinga sehingga dapat menyebabkan parese N VIII.
Psikiatrik meliputi depresi, fobia, ansietas, psikosomatis yang dapat
mempengaruhi tekanan darah pada seseorang. Sehingga menimbulkan tekanan darah
naik turun dan dapat menimbulkan vertigo dengan perjalanannya seperti diatas.
Selain itu faktor fisiologi juga dapat menimbulkan gangguan keseimbangan.
Karena persepsi seseorang berbeda-beda.
G. Pemeriksaan Penunjang
Meliputi uji tes keberadaan bakteri melalui laboratorium, sedangkan untuk
pemeriksaan diagnostik yang penting untuk dilakukan pada klien dengan kasus
vertigo antara lain:
1. Pemeriksaan fisik:
Pemeriksaan mata, Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh, Pemeriksaan
neurologik, Pemeriksaan otologik, Pemeriksaan fisik umum
2. Pemeriksaan
khusus :
ENG, Audiometri dan BAEP , Psikiatrik
3. Pemeriksaan
tambahan: Radiologik dan Imaging, EEG, EMG
G.
Penatalaksanaan
1.
Penatalaksanaan Medis
Beberapa terapi yang
dapat diberikan adalah terapi dengan obat-obatan seperti :
a)
Anti kolinergik
·
Sulfas Atropin : 0,4 mg/im
·
Scopolamin : 0,6 mg IV bisa diulang tiap 3 jam
b)
Simpatomimetika
Epidame 1,5 mg IV
bisa diulang tiap 30 menit
c)
Menghambat aktivitas nukleus vestibuler
Golongan antihistamin
Golongan ini, yang
menghambat aktivitas nukleus vestibularis adalah :
i.
Diphenhidramin: 1,5 mg/im/oral bisa diulang tiap 2 jam
ii.
Dimenhidrinat: 50-100 mg/ 6 jam.
Jika terapi di atas tidak dapat mengatasi kelainan yang diderita dianjurkan
untuk terapi bedah. Terapi menurut (Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 48)
Terdiri dari :
a) Terapi kausal
b) Terapi simtomatik
c) Terapi rehabilitatif
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a)
Karena gerakan kepala memperhebat vertigo, pasien harus dibiarkan berbaring
diam dalam kamar gelap selama 1-2 hari pertama.
b)
Fiksasi visual cenderung menghambat nistagmus dan mengurangi perasaan subyektif
vertigo pada pasien dengan gangguan vestibular perifer, misalnya neuronitis
vestibularis. Pasien dapat merasakan bahwa dengan memfiksir pandangan mata pada
suatu obyek yang dekat, misalnya sebuah gambar atau jari yang direntangkan ke
depan, temyata lebih enak daripada berbaring dengan kedua mata ditutup.
c)
Karena aktivitas intelektual atau konsentrasi mental dapat memudahkan
terjadinya vertigo, maka rasa tidak enak dapat diperkecil dengan relaksasi
mental disertai fiksasi visual yang kuat.
d)
Bila mual dan muntah berat, cairan intravena harus diberikan untuk mencegah
dehidrasi.
e)
Bila vertigo tidak hilang. Banyak pasien dengan gangguan vestibular perifer
akut yang belum dapat memperoleh perbaikan dramatis pada hari pertama atau
kedua. Pasien merasa sakit berat dan sangat takut mendapat serangan berikutnya.
Sisi penting dari terapi pada kondisi ini adalah pernyataan yang meyakinkan
pasien bahwa neuronitis vestibularis dan sebagian besar gangguan vestibular
akut lainnya adalah jinak dan dapat sembuh. Dokter harus menjelaskan bahwa
kemampuan otak untuk beradaptasi akan membuat vertigo menghilang setelah
beberapa hari.
f)
Latihan vestibular dapat dimulai beberapa hari setelah gejala akut mereda.
Latihan ini untuk rnemperkuat mekanisme kompensasi sistem saraf pusat untuk gangguan
vestibular akut.
H.
Asuhan Keperawatan sesuai teori
1.
P.
Pengumpulan data
1) Identitas
Data klien, mencakup ; nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama,
pekerjaan, suku bangsa, status perkawinan, alamat, diagnosa medis, No RM/CM,
tanggal masuk, tanggal kaji, dan ruangan tempat klien dirawat.
Data penanggung jawab, mencakup
nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, suku bangsa, hubungan
dengan klien dan alamat.
2) Riwayat Kesehatan Klien
Riwayat kesehatan pada klien dengan gangguan sistem Persarafan akibat
vertigo hal – hal sebagai berikut :
a) Alasan Masuk Perawatan
Kronologis yang
menggambarkan prilaku klien dalam mencari pertolongan.
b) Keluhan Utama
Pada umumnya klien dengan gangguan sistem Persarafan akibat vertigo berupa
pusing seperti berputar.
c) Riwayat Kesehatan Sekarang
Merupakan
pengembangan dari keluhan utama dan data yang
menyertai dengan
menggunakan pendekatan PQRST, yaitu :
P:
|
Paliatif / Propokative: Merupakan hal atau faktor yang mencetuskan terjadinya penyakit, hal
yang memperberat atau memperingan. Pada klien dengan vertigo biasanya klien
mengeluh pusing bila klien banyak bergerak dan dirasakan berkurang bila klien
beristirahat.
|
Q:
|
Qualitas: Kualitas dari suatu keluhan atau penvakit yang dirasakan. Pada klien dengan
vertigo biasanya pusing yang dirasakan seperti berputar.
|
R:
|
Region : daerah atau tempat dimana keluhan dirasakan. pada klien dengan vertigo
biasanya lemah dirasakan pada daerah kepala.
|
S:
|
Severity :derajat keganasan atau intensitas dari keluhan tersebut. Pusing yang
dirasakan seperti berputar dengan skala nyeri (0-5)
|
T:
|
Time : waktu dimana keluhan dirasakan, time juga menunjukan lamanya atau
kekerapan. Keluhan pusing pada klien dengan vertigo dirasakan hilang timbul.
|
d)
Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Riwayat penyakit terdahulu, baik yang berhubungan dengan system persyarafan
maupun penyakit sistemik lainnya.
e) Riwayat Kesehatan Keluarga
Penyakit-penyakit
keluarga perlu diketahui terutama yang menular dam merupakan penyakit turunan.
f)
Riwayat Psikososial
Apabila mengkaji
pasien dengan gangguan system persyarafan perhatikan juga lingkungan rumah dan
pekerjaan yang bersangkutan, ketegangan yan g bersumber dari rumah, adanya
kontak terhadap bahan toksik tertentu dan pemahaman akan kondisi psikososial
klien penting untuk dikaji.
3)
Data Biologis dan Fisiologis
Meliputi hal-hal sebagai berikut :
a) Pola Nutrisi
Dikaji mengenai makanan pokok, frekuensi makan, makanan pantrangan dan
napsu makan, serta diet yang diberikan. Makanan yang mengandung kolesterol
tinggi, biasanya pada klien dengan vertigo terdapat mual-mual selama fase akut
yang diakibatkan karena peningkatan TIK (Tekanan Intra Kranial).
b) Pola Eliminasi
Dikaji mengenai pola BAK dan BAB klien, pada BAK yang dikaji mengenai
frekuensi berkemih, jumlah, warna, bau serta keluhan saat berkemih, sedangkan
pada pola BAB yang dikaji mengenai frekuensi, konsistensi, warna dan bau serta
keluhan-keluhan yang dirasakan.
c) Pola Istirahat dan Tidur
Dikaji pola tidur klien, mengenai waktu tidur, lama tidur, kebiasaan
mengantar tidur serta kesulitan dalam hal tidur. Biasanya klien dengan vertigo
akan mengalami gangguan istirahat tidur karena adanya nyeri kepala yang
hebat.
d) Pola Aktivitas
Dikaji perubahan pola
aktivitas klien, klien dengan vertigo akan merasa kesulitan untuk melakukan
aktivitas karena kelemahan, kehilangan sensasi atau paralisis serta merasa mudah lelah, susah beristirahat
karena nyeri kepala.
d)
Pola Personal Hygiene
Dikaji kemampuan
klien dalam memenuhi kebutuhan personal hygiene (mandi, oral hygiene, gunting
kuku, keramas). Klien dengan vertigo
akan tergantung pada orang lain dalam memenuhi personal hygiene karena adanya keterbatasan
aktivitas fisik atau kelemahan.
4) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum
Dikaji mengenai tingkat kesadaran. Klien dengan vertigo biasanya akan
mengalami kesadaran, kadang tampak lemas.
b) Pemeriksaan Persistem
(1)
Sistem Persarafan
Pada system pesarafan yang dikaji adalah tingkat kesadaran diorientasi
orang, waktu, dan tempat, perubahan tanda-tanda vital, kemampuan klien
mengingat kejadian sebelum dan sesudah sadar.
Pada klien dengan vertigo biasanya ditemukan adanya gangguan kesadaran
dimana klien sadar dapat terlihat linglung atau tidak dapat mempertahankan
keseimbangan tubuh.
(2) Sistem kardiovaskuler
Ditemukan perubahan
yaitu tekanan darah menurun kecuali apabila terjadi peningkatan tekanan
intracranial, maka tekanan darah meningkat, denyut nadi bradicardi, dan kemudian
takikardi dan iramanya tidak terarah.
(3) Sistem Pernafasan
Pada klien dengan vertigo biasanya terjadi pola napas umumnya klien sesak
karena terjadi penyumbatan trakeo brokial karena adanya secret pada
trakeogrankeolus irama nafas tidak teratur nutrisi kedalam maupun frekuensi
cepat dan dangkal.
(4) Sistem musculoskeletal
Pada klien dengan
vertigo biasanya ditemukan terjadinya gangguan fungsi motoris yang dapat
berakibat terjadinya mobilisasi, pusing atau kerusakan pada motor neuron
mengakibatkan perubahan pada kekuatan otot tonus otot dan aktifitas reflek .
(5) Sistem eliminasi
Pada klien dengan
vertigo sistem eliminasi akan terdapat referensi atau trikontinen dalam BAB dan
BAK, terdapat ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, dimana terdapat hiporat
remia atau sipokalemia.
5)
Data Psikologis
Menurut (Keliat, 2006
: 77) konsep diri terdiri atas lima komponen yaitu :
a)
Citra tubuh
Sikap ini mencakup persepsi klien
terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai dan tidak disukai. Biasanya klien
dengan vertigo menyadari akan keterbatasan aktivitasnya.
b)
Ideal diri
Persepsi klien terhadap tubuh, posisi, status, tugas, peran, lingkungan dan
terhadap penyakitnya. Klien dengan vertigo berharap akan sembuh seperti
sediakala.
c)
Harga diri
Penilaian/penghargaan orang lain, hubungan klien dengan orang lain. Biasanya klien dengan vertigo mengalami
penurunan harga diri.
d)
Identitas
Status dan posisi klien sebelum dirawat dan kepuasan klien terhadap status
dan posisinya. Biasanya klien dengan vertigo merasa terganggu dengan keadaannya
karena fungsinya tidak bisa berjalan dengan baik.
e) Peran
Seperangkat perilaku/tugas yang
dilakukan dalam keluarga dan kemampuan
klien dalam melaksanakan tugas.
Biasanya klien dengan vertigo merasa terganggu dalam melaksanaan tugas dan
peran tersebut karena penyakitnya sekarang.
6)
Data
Sosial dan Budaya
Dikaji mengenai hubungan atau komunikasi klien
dengan keluarga, tetangga, masyarakat dan tim
kesehatan termasuk gaya hidup, faktor sosio kultural dan support sistem
(Keliat, 2006 :78)
7)
Stresor
Setiap faktor yang menentukan stress atau
menaganggu keseimbangan. Seseorang yang mempunyai stresor akan mempersulit
dalam proses
suatu penyembuhan penyakit.
8)
Koping
Mekanisme
Suatu cara bagaimana seseorang untuk mengurangi atau
menghilangkan stres yang dihadapi (Keliat, 2006 :78).
9) Harapan dan pemahaman klien tentang kondisi
kesehatan Perlu dikaji agar tim
kesehatan dapat memberikan bantuan dengan
efisien
10) Data Spiritual
Pada data spiritual ini menyangkut masalah
keyakinan terhadap tuhan Yang Maha Esa, sumber kekuatan, sumber kegiatan
keagamaan yang
biasa
dilakukan dan kegiatan keagamaan yang ingin dilakukan selama sakit serta
harapan klien akan kesembuhan penyakitnya (Keliat, 2006 :78).
11)
Data Penunjang
a)
Farmakoterafi
Dikaji
obat yang diprogramkan serta jadwal pemberian obat
b) Prosedur
Diagnostik Medik
c) Pemeriksaan
Laboratorium
pengkajian data keperawatan
a) Aktivitas / Istirahat
Letih, lemah,
malaise, keterbatasan gerak, ketegangan mata, kesulitan membaca, insomnia,
bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala, sakit kepala yang hebat
saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja) atau karena perubahan cuaca.
b)
Sirkulasi
Riwayat hypertensi,
denyutan vaskuler, misal daerah temporal, pucat, wajah tampak kemerahan
c)
Integritas Ego
Faktor faktor stress
emosional/lingkungan tertentu, perubahan ketidakmampuan, keputusasaan,
ketidakberdayaan depresi, kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit
kepala, mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik)
d) Makanan dan cairan
Makanan yang tinggi
vasorektiknya misalnya kafein, coklat, bawang, keju, alkohol, anggur, daging,
tomat, makan berlemak, jeruk, saus, hotdog, MSG (pada migrain), mual/muntah,
anoreksia (selama nyeri), penurunan berat badan
e)
Neurosensoris
Pening, disorientasi
(selama sakit kepala), riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma,
stroke, aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus, perubahan visual, sensitif
terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis, parastesia, kelemahan
progresif/paralysis satu sisi tempore, perubahan pada pola bicara/pola pikir,
mudah terangsang, peka terhadap stimulus, penurunan refleks tendon dalam,
papiledema.
f) Nyeri/ kenyamanan
Karakteristik nyeri
tergantung pada jenis sakit kepala, misal migrain, ketegangan otot, cluster,
tumor otak, pascatrauma, sinusitis, nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah,
fokus menyempit, fokus pada diri sendiri, respon emosional / perilaku tak
terarah seperti menangis, gelisah, otot-otot daerah leher juga menegang,
frigiditas vokal.
g)
Keamanan
Riwayat alergi atau
reaksi alergi, demam (sakit kepala), gangguan cara berjalan, parastesia,
paralisis, drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus).
h) Interaksi sosial
Perubahan dalam
tanggung jawab/peran interaksi sosial yang berhubungan dengan penyakit
i)
Penyuluhan/ Pembelajaran
Riwayat hypertensi,
migrain, stroke, penyakit pada keluarga, penggunaan alkohol/obat lain termasuk
kafein, kontrasepsi oral/hormone, menopause.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul :
1. Risiko infeksi dengan factor resiko : prosedur invasive
2. Mual b/d stimulasi mekanisme neurofarmakologis
3. Nyeri akut b/d agen injuri biologi
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d hilangnya nafsu makan, mual dan muntah
no
|
Diagnosa
keperawatan
|
Tujuan Intervensi
|
Intervensi
keperawatan
|
1
|
Risiko infeksi
dengan factor risiko : prosedur invasif
|
NOC:
Pengetahuan pengendalian
infeksi: tingkat pemahaman mengenai pencegahan dan pengendalian infeksi
Pengendalian
risiko: tindakan untuk menghilangkan atau mengurangi ancaman kesehatan
actual, pribadi serta dapat dimodifikasi
Tercapai setelah
menjalani perawatan selama 3 hari
Criteria hasil:
·
faktor risiko akan
hilang dengan dibuktikan oleh keadekuatan status imun klien
·
memantau
factor risiko lingkungan dan perilaku seseorang
·
menghindari
pajanan terhadap ancaman kesehatan
·
Menguah gaya hidup
untuk mengurangi risiko
|
Intervensi NIC:
1.Pemberian
vaksinasi: pemberian imunisasi untuk mencegah penyakit menular
2.Pengendalian
infeksi : meminimalkan penularan agen infeksius
3. Perlindungan
terhadap infeksi
Aktivitas
keperawatan:
·
Pantau tanda/
gejala infeksi : suhu tubuh, denyut jantung,suhu kulit, lesi kulit,
keletihan, malaise,sekresi, penampilan urine, penampilan luka
·
Kaji factor yang
meningkatkan serangan infeksi
·
Pantau hasil
laboratorium: albumin, protein serum,dll
·
Amati penampilan
praktik hygine pribadi untuk perlindungan infeksi
·
Jelaskan kepada
klien/keuarga mengapa sakit/pengobatan meningkatkan risikoterhadap infeksi
·
Ajarkan kepada
klien untuk tehnik mencuci tangan yang benar
·
Lindungi klien
terhadap kontaminasi silang
|
2
|
Mual b/d stimulasi mekanisme neurofarmakologi
|
NOC:
Tingkat
kenyamanan:perasaan lega secara fisik dan psikologis
Keseimbangan
cairan: keseimbangan cairan dalam ruang intraseular dan ekstraselular tubuh
Status nutrisi:
asupan makanan dan cairan: jumlah makanan dan cairan yang masuk kedalam tubuh
dalam 24 jam
Tercapai setelah
menjalani perawatan selama 3 hari
Criteria hasil:
·
Berat badan stabil
·
Tidak tedapat mata
cekung
·
Hidrasi kulit tidak
terganggu
·
keseimbangan asupan
dan haluaran dalam 24 jam
·
klien melaporkan
tidak mual
·
menunjukkan
keseimbangan cairan dengan indicator 1-5 :ekstrem, berat, sedang, ringan,
tidak bermasalah
|
Intervensi NIC:
1.penatalaksanaan
cairan : peningkatan keseimbangan cairan dan pencegahan komplikasi
2.pemantauan cairan
: pengumpulan dan analisis data klien untuk mengatur keseimbangan cairan
3.pemantauan
nutrisi
Aktivitas
keperawatan:
·
pantau gejala subyektif
mual pada klien
·
pantau adanya
peningkatan berat badan
·
pantau tingkat
energy, malaise,keletihan, kelelahan.
·
Pantau turgor kulit
·
Ajarkan klien
tehnik napas dalam untuk menekan reflex muntah
·
Ajarkan klien untuk
makan dengan perlahan tapi sering
·
Kolaboratif : obat
antimetik sesuai dengan anjuran
·
Naikkan bagian
kepala tempat tidur pada posisi lateral untuk mencegah aspirasi
·
Pantau status
nutrisi
|
3.
|
Nyeri akut b/d agen injuri biologi
|
NOC:
Tingkat kenyamanan:
perasaan senang secara fisik dan psikologi
Nyeri: efek
merusak: efek merusak dari nyeri terhadap emosi kliendan perilaku yang
diamati
Perilaku
mengendalikan nyeri: tindakan seseorang untuk mengendalikan nyeri
Tingkat nyeri:
jumlah nyeri yang dilaporkan dan di tunjukkan
Tercapai setelah
menjalani perawatan selama 3 hari:
Criteria hasil:
·
Menunjukkan tingkat
nyeri dengan indicator 1-5 : eksterm, berat,sedang, ringan, tidak sama
sekali.
·
Klien mampu
menunjukkan tehnik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai
Kenyamanan.
·
Klien mampu
meningkatkan konsentrasi
·
Klien dapat tidur
dengan efektif
|
Intervensi NIC:
1.pemberian
analgesic
2.penatalaksanaan
nyeri
3.sedasi sadar :
pemberian sedative, memantau respon klien dan pemberian dukungan fisiologis
yang dibutuhkan selama prosedur terapautik
Aktivitas
keperawatan :
·
Meminta klien untuk
menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10 ( 0-tidak ada nyeri/ketidaknyamanan,
10= nyeri sangat)
·
Lakukan pengkajian
nyeri yang komperehensif meliputi lokasi, karakteristik,dll
·
Bantu klien untk
mengidentifikasi tindakan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman yang telah berhasil
dilakukan seperti: distraksi, relaksasi, kompres hangat atau dingingunakan
pendekatan positif dengan tujuan untuk mengoptimiskan respon klien terhadap
analgesic
·
Bantu klien untuk
lebih berfokus pada aktivitas daripada ketidaknyamanan dengan melakukan
pengalihan melalui televise, tape, radio,dll
·
Observasi
ketidaknyamanan verbal, khususnya pada mereka yang tidak mampu
mengkomunikasikannya secara efektif.
·
Instruksikan klien
untuk menginformasikan kepada perawat jika pengurang nyeri tidak dapat
dicapai
·
Masukkan pada
instruksi saat pemulangan klien mengenai pengobatan khusus yang harus
dikonsumsi, frekuensi pemberian, efek samping, dll
|
4
|
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d hilangnya nafsu makan, mual dan
muntah
|
NOC:
Status gizi:
tingkat zat gizi yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan metabolic
Status gizi: asupan
makanan dan cairan: jumlah makanan dan cairan yang di konsumsi tubuh selama
waktu 24 jam
Status gizi: nilai
gizi: keadekuatan zat gizi yang dikonsumsi tubuh
Tercapai setelah
menjalani perawatan selama 3 hari
Criteria hasil:
·
Klien akan
mempertahankan berat badan ideal
·
Klien menyatakan
toleransi terhadap diet ang dianjurkan
·
Mempertahankan
massa tubuh dan berat badan dalam batas normal
·
Melaporkan
keadekuatan tingkat energy
|
Intervensi NIC:
1.Pengelolaan
gangguan makan
2.Pengelolaan
nutrisi
3.Bantu menaikkan
BB
Aktivitas
keperawatan:
·
Timbang BB klien
pada interval yang sesuai
·
Tentukan BB idea
klien
·
Berikan informasi
menyangkut sumber-sumber yang tersedia . seperti: konseling diet,program
latihan.
·
Diskusikan dengan
klien tentang kondisi medis yang mempengaruhi BB
·
Diskusikan tentang
risiko yang berkaitan dengan kelebihan atau kekurangan BB
·
Bantu klien dalam
mengembangkan rencana makan yang seimbang dan konsisten dengan tingkat
penggunaan energi
|
Terima kasih, sudah share Askep Vertigo dengan Lengkap.
ReplyDeleteLuar biasa bagus laporan pendahuluannya mas, thanks ya.....
ReplyDelete